34. Haruskah Dipercaya?

546 57 6
                                    

Jeriko dan Sienna tiba di kediaman orang tua Sienna saat malam telah larut untuk menjemput sang anak. Namun, Lula telah terlelap dalam tidur membuat orang tua Sienna mengajak mereka untuk menginap. Perempuan dengan rambut merah jambu itu hampir menolak karena khawatir konflik rumah tangganya dirasakan oleh kedua orang tua. Hanya saja, melihat Lula yang sudah sangat nyenyak menjadikannya tidak tega untuk membawanya pulang.

Keesokan harinya di hari Sabtu, Jeriko tetap berangkat kerja karena harus mengurus sesuatu. Entahlah sesuatu yang seperti apa, Sienna sudah malas mendengar alasan-alasannya. Pria itu hanya mengenakan kaus dan celana panjang, terlihat lebih santai. Tepat pukul tujuh pagi, Jeriko sudah kembali menancap gas untuk bekerja.

Sienna tak mau ambil pusing. Selagi di rumah orang tuanya, ia ingin kembali seperti seorang anak perempuan yang ceria tanpa memikul beban berat di pundaknya.

"Udah lama?" Pertanyaan mendadak dari sang ayah mengagetkan anak perempuan satu-satunya itu.

Sienna tidak mengerti, "Apanya?" heran wanita yang tengah mengunyah sarapan itu.

"Diem-dieman sama suamimu."

Tangan kanan yang tadinya ingin memotong roti itu terhenti, dia menatap sang ayah juga menatapnya dengan serius. Darahnya berhenti berdesir merasakan tatapan intimidasi dari ayahnya. Beban-beban yang diharapkan sirna untuk sementara ini, perlahan mulai berdatangan.

"Nggak ada yang diem-dieman."

"Perlakuan kamu ke Jeriko dan ekspresimu barusan mengatakan sebaliknya."

Ah, Sienna kira permasalahan rumah tangga mereka tidak terendus oleh keluarganya. Ia lupa sang ayah memiliki insting kuat sejak dulu.

Sienna tidak bisa berbohong.

"Ya, masalah kecil." Ia kembali memotong roti hingga menyantapnya, sebelum melanjutkan, "Nana nggak suka kalau Mas Jeriko berangkat ke kantor karena kemarin udah pulang larut, tapi dari semalem nggak dengerin. Kerjaan akhir tahun, katanya."

Namun, Sienna dapat memilih alasan lain untuk tetap menutupinya.

"Kamu pernah tanya apa urgensi suamimu yang sering lembur gini?"

"Hmmm, pembagian upah buat mahasiswa magang," kilah Sienna. Untuk sekarang, biarlah ia masih berbohong.

Indra—sang ayah tak melepas pandangan dari Sienna, ia mencari letak kebohongan di mata anak perempuannya. Jawaban itu terdengar tidak meyakinkan.

"Jangan sungkan cerita-cerita ke ayah ibu." Hanya kalimat itu yang dapat Indra ucapkan sebelum beranjak, bagaimana pun ia tidak dapat memaksa Sienna meskipun sebetulnya masih merasa ganjal.

Tubuh yang lelah disandarkan pada kursi, ia melemas. Sienna mengingat sang ayah mulai mencurigai Jeriko semenjak acara tujuh bulanan Viona yang saat itu Sienna masih percaya sepenuhnya dengan Jeriko. Jauh di lubuk hati, Sienna juga ingin menceritakan permasalahannya untuk mencari jalan keluar. Namun, ia masih belum siap berbagi cerita jelek tentang rumah tangga ke keluarganya yang begitu harmonis itu. Sienna masih malu dan tidak mau mengecewakan mereka.

***

Penat dengan permasalahan yang tak kunjung usai, Sienna memilih untuk mengajak Renata makan siang di luar. Dirinya kembali menitipkan Lula pada keluarganya untuk beberapa jam.

Sudah cukup lama tidak bertemu, Renata dikejutkan dengan pipi temannya yang semakin tirus serta matanya yang sayu. Mereka memang masih sering bertukar pesan, tetapi Sienna sudah tidak pernah membahas tentang hubungan rumah tangganya setelah memberitahu bahwa akun galerita12 adalah kakak kandung Jeriko.

Renata berasumsi rumah tangga Sienna telah membaik, Sienna hanya salah sangka sehingga tidak ada masalah lain. Namun, penampilan Sienna mengatakan sebaliknya ... bahwa ada banyak keluh kesah yang selama ini tertahan.

ColourfulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang