"NANA … NANA."
Perempuan yang baru selesai menjemur pakaian di halaman belakang rumah mengerang malas. Di pagi hari yang cerah ini gendang telinganya sudah dikotori oleh suara berisik Bhanu. Dengan langkah lebar-lebar, Sienna segera ke pintu utama.
"Bacot, bisa ketok-ketok atau telepon gue, kan?!" bentaknya setelah membuka pintu. "Ganggu tetangga gue pagi-pagi gini teriak, emang rumah gue di hutan?"
Bhanu hanya cengengesan, ia menerobos masuk ke rumah sepupu perempuannya itu tanpa dipersilahkan.
"Ngapain sih, Nu?" kesal Sienna melihat Bhanu langsung mencomot wafer di meja ruang tamu. "Kagak ada sopan santunnya."
"Ya ampun, Na, ada tamu itu harusnya disuguhi minum, bukan ngomel."
"Lah, gak disuguhi juga lo udah ngambil kayak maling." Meski kesal, Sienna tetap beranjak ke dapur membuatkan minuman untuk Bhanu dan dirinya, beserta pisang rebus sisa sarapan suami dan anaknya. Ia menyuguhkan di meja.
"Sienna paling baik sedunia." Cowok itu sumringah, menikmati hidangan dari Sienna itu. "Lula suka makan rebusan gini? Keren," puji cowok itu, nggak nyangka.
Sienna ikut duduk di samping Bhanu. "Dia mau kalo dikasih selai cokelat sama keju."
"Ah, jadi kangen Lula. Sekolah, ya?"
Sienna mengangguk. "Kalo kangen, jemput aja. Kebetulan mamanya lagi mager." Wanita itu meluruskan kaki ke atas paha Bhanu tanpa aba-aba membuat cowok itu tersedak.
"Anjing!"
"Pijetin dong, capek abis nyuci."
Bhanu meliriknya sengit, "Gak."
"Ayolah, tangan lo paling juara kalo mijet. Nanti makan siang di sini deh, atau mau bungkus?"
"Sekalian makan malem, ya?"
"Yeu, kalo gitu pijet seluruh tubuh."
Bhanu berdecak malas, tetapi dia cukup kasihan karena penampilan Sienna yang tampak kusut meskipun masih pagi itu. Rambut pendek yang digulung asal, wajah tanpa riasan, serta tubuhnya dibungkus dengan daster butut yang basah sehabis mencuci. Dia belum pernah lihat Sienna seperti ini sebelumnya. Maka dari itu, Bhanu mengulurkan tangan memijat kaki Sienna sesuai permintaannya. Perempuan itu langsung memejamkan mata sejenak, nikmat!
"Jadi, apa yang membawamu kemari pagi ini, saudaraku?" tanya Sienna tanpa membuka mata.
"Mau ngasih undangan."
"UNDANGAN PERNIKAHAN? KOK LO GAK BILANG-BILANG?!" Suara nyaring Sienna memenuhi ruangan dalam sekejap, ia sudah membuka mata dengan antusias.
"Yang bilang undangan pernikahan tuh siapa?" Cowok itu menghentikan pergerakan tangannya di kaki Sienna, meraih sesuatu dari tas yang ia bawa. "Pameran, Na, gue ngeliput pameran."
Sienna tampak kecewa, dia membaca selembar undangan sederhana yang Bhanu tunjukkan.
"Nanti lah nikah-nikah, gue semakin sibuk."
Bhanu bekerja di stasiun televisi sehingga jam kerjanya fleksibel. Wajah tampan dan kemampuannya itu dipercaya menjadi reporter yang sering disiarkan di televisi. Dengar-dengar Bhanu ingin dinaikkan jabatannya menjadi news anchor makanya belum terlalu memikirkan jodoh.
"Wih, Kebun Raya Bogor. Lula pasti seneng nih," gumam Sienna mengingat keluarganya yang gagal untuk pergi ke sana hingga kini. "Gue bersedia banget-banget, Nu. Masalahnya adalah … ini di hari kerja berarti budak korporat kayak suami gue gak bakal ikut dan tanggal segitu Lula UTS."
"Ujian anak SD paling sampe jam 9 doang? Pulang sekolah kan bisa," usul Bhanu seraya memijat Sienna lagi. "Lula bisa bawa buku dari rumah buat belajar. Nah, Jeriko ditinggal aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Colourful
Science Fiction[SLOW UPDATE] Sienna adalah perempuan satu-satunya dari keluarga ayah dan ibu. Siapa saja yang ingin menjalin hubungan dengannya, harus berjanji untuk tidak menyakitinya atau membuatnya menangis. Sampai suatu hari, seseorang yang merupakan teman bai...