24. Tempat Les

270 32 30
                                    

Motor matic yang dikendarai wanita jaket biru itu melaju dengan kecepatan cukup tinggi. Sesekali terdengar suara klakson dari kendaran lain lantaran ia kurang berhati-hati. Setengah jam yang lalu, ia asyik bermain ponsel untuk memantau aktivitas suaminya. Selama ini mobilisasi suaminya memang normal, hanya di kantor dan di rumah yang tertera di layar, tidak terlalu membuatnya curiga.

Namun, sore ini suaminya bergerak ke arah yang tak seperti biasanya. Ke sebuah perumahan, jaraknya lumayan jauh dari rumah mereka dan mereka hampir tidak pernah lewat ke daerah sana. Sekitar sepuluh menit suaminya berada di sana sebelum akhirnya bergerak lagi menuju daerah yang sangat ia kenali. Tempat kursus bahasa Inggris anak mereka.

Dari situ Sienna langsung sadar, sudah waktunya untuk menjemput Lula sehingga ia kelabakan sendiri sampai hampir ugal-ugalan di jalan. Bisa saja dia mengira kalau Jeriko akan menjemput anaknya, tetapi tidak ada kabar apa pun darinya menjadikan Sienna berpikir kalau suaminya itu memiliki tujuan yang lain.

Dilihat dari penampilan Sienna yang tampak biasa saja, tidak ada yang tahu kalau isi kepalanya dipenuhi banyak kekhawatiran. Tentang suaminya yang pergi entah ke mana, tentang sang anak yang mungkin sudah menunggu lama, serta tentang arah rumah tangganya yang hampir retak. Dia menggelengkan kepala, mengusir nuansa negatif yang bersarang di tubuhnya.

"Bawa motor kayak orang gila sambil overthinking, akhirnya berhasil sampai dengan selamat." Wanita itu menghela napas lega dan mengucap rasa syukur.

Tempat les bahasa Inggris Lula yang terlihat lengang membuat hatinya mencelus. Biasanya Lula menunggu dengan tenang di kursi depan jika ia telat menjemput. Petugas di meja pendaftaran mengatakan kalau Lula memang sudah keluar untuk jajan. Sienna kebingungan sekaligus panik, takut terjadi hal buruk pada anaknya karena tempat les Lula berada di pinggir jalan raya. Dia teringat Lula yang nekat pulang sekolah sendirian lalu ditemukan oleh Renata.

Sienna mulai melangkahkan kaki mengitari area ruko yang sekiranya didatangi Lula, tetapi nihil. Sienna sampai harus berjalan ke luar ruko dengan mata yang terus menyapu segala sisi.

"Apa pulang sama papanya, ya?" gumam Sienna mencoba berpikir positif agar dirinya tenang.

"Mana, katanya kamu mau jemput? Kok jemputannya gak dateng juga?"

Samar-samar suara khas anaknya masuk ke pendengarannya.

"Eh, jangan nangis lagi. Buruan makan es krimnya!"

Sienna langsung mempercepat langkahnya menuju sumber suara. Sudah pasti itu Lula dengan nada ngegasnya. Dia jadi sedikit panik karena setelahnya benar-benar mendengar suara tangisan anak laki-laki.

"Ya ampun Lula, kamu ngapain anak orang?" pekik Sienna kaget. Dia mendekat ke Lula yang duduk di emperan warung yang tak jauh dari ruko tempat les sambil menjilat es krim, di sampingnya ada anak laki-laki juga makan es krim dengan air mata yang mengalir deras. Entah mereka kenal darimana, yang penting Sienna lega karena Lula aman.

"Dia nangis sendiri daritadi, aku ajak makan es krim aja. Eh dia nangis lagi, aku gak tau." Lula mengangkat bahu.

Sienna berjongkok, menyamakan tinggi dengan kedua bocah ini. "Es krimnya udah dibayar?"

Lula mengangguk, "Udah lah."

Sekarang perhatiannya beralih ke bocah satunya. "Hei, dihabisin dulu yuk es krimnya. Keburu cair, gak enak loh," katanya lembut seraya merogoh tissue untuk membersihkan cairan es yang menempel di tangan dan mulut anak ini.

Seolah terhipnotis, bocah itu langsung menurut. Ia menyuap es krimnya meski masih tersedu-sedu. Melihat itu Sienna tidak tega, anak ini kelihatannya lebih muda dari Lula. Kalau tidak salah dengar, tadi Lula sempat menyinggung tentang jemputan. Mungkinkah anak ini menangis karena terlalu lama menunggu?

ColourfulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang