4. Negeri vs Swasta

497 65 2
                                    

Pernikahan Jeriko dan Sienna sudah berusia ketujuh. Orang bilang, akan ada masalah yang menerpa di tahun kelima. Entah permasalahan finansial atau kedatangan orang ketiga, yang jelas di usia itu hubungan sedang terombang-ambing.

Namun, sepasang suami istri yang tengah menonton televisi dengan anaknya bukan golongan yang merasakan hal itu. Mereka dapat melewati kutukan lima tahun. Hanya saja, bukan berarti mereka tidak pernah melakukan kesalahan sama sekali. Seperti sekarang, Jeriko menyadari ada yang nggak beres dengan istrinya. Sienna tidak menyambut antusias kedatangannya tadi, bahkan tidak menyahuti ketika Jeriko dan Lula meributkan donat.

Jeriko bingung, apakah dia melakukan kesalahan?

"Besok aku mau bikin donat yang banyak, Papa nggak dibagi!" Lula menjulurkan lidah, meledek Papanya.

Jeriko menggerakkan rambutnya yang masih basah lantaran habis mandi sampai menimbulkan cipratan kecil dan bikin kulit Lula sedikit basah. Balas meledek Lula sampai anak itu mengeluh. "Rasain nih kalo gak dibagi, besok Papa kelitikin juga."

"Ih reseh!" Lula mendorong tubuh Jeriko menjauh. "Lagian Papa nggak inget aku, semuanya dibawa."

"Lho, tadi udah disisain, kan?"

"Cuma lima! Mama nggak dapet," balas Lula menunjukkan kelima jarinya dengan mata melotot.

"Seharusnya kamu bagi-bagi dong. Tadi Papa juga nggak makan sendiri, kasih ke temen yang lain." Jeriko menepuk-nepuk perut Lula, anaknya memang suka sekali dengan kue-kue. "Besok muat perutnya kalo semua buat Lula?"

"Besok bagi-bagi juga ke Bune," balas Lula. Bune adalah panggilan dari Lula untuk sang nenek, kepanjangannya ibu nenek. Sedangkan kakeknya dipanggil Akek, kepanjangannya ayah kakek. Lula yang menciptakan panggilan unik untuk orang tua Sienna. "Bune udah nggak ke sini lagi, Ma?"

Sienna nggak langsung jawab. Tatapannya kosong ke arah televisi sehingga membuat Lula bingung. Jeriko semakin yakin kalau ada sesuatu yang salah di sini.

"Hei, ditanya Lula tuh." Jeriko mencolek bahu Sienna, istrinya itu menoleh seketika.

"Apa?"

"Mama bengong terus mikirin apa, sih?" Anak yang rambut panjangnya diikat kuda itu melirik curiga ke ibunya. "Bune ke sini lagi nggak? Tadi Tante Lasmi juga nanya."

Tetangga yang tinggal di samping rumah mereka bernama Lasmi. Saat menghampiri Lula yang bermain, Sienna sempat mengobrol singkat dengan ibu-ibu mengenai dirinya yang sudah resign.

"Ke sini tapi nggak setiap hari." Sienna sudah mulai bangun dari lamunannya, nggak bisa dipungkiri kalau ucapan ibunya di telepon masih terngiang jelas. "Tadi Bune nelpon, nanya tentang SD Lula. Kita belum bicarain itu lagi sampai sekarang. Aku mikirin itu."

Dan, Sienna memutuskan untuk menyembunyikan hal yang bikin dia kepikiran.

"Yakin cuma mikirin itu?" Jeriko memicingkan mata, memastikan ucapan sang istri.

Sienna mengangguk, tak lupa mengulas senyum agar keduanya tidak khawatir. "Yap, ibu bilang jangan yang jauh-jauh. Aku bingung, SD di sekitar sini yang bagus yang mana?"

Wanita beranak satu itu memilih topik obrolan yang sedikit serius agar tidak kembali melamun. Apalagi, mereka benar-benar melupakan fakta tentang sekolah anaknya.

Jeriko sendiri mengangguk, mencoba percaya kalau hanya itu yang dipikirkan Sienna. "Kamu inget Pak Valen?"

"Kepala akunting itu?" jawab Sienna, mengingat-ingat teman Jeriko.

"Benar! Anaknya sekolah di SD Negeri yang deket kelurahan itu. Bagus, kemarin anaknya menang olimpiade matematika. Sekarang lanjut ke tingkat provinsi. Lula masuk sana aja."

ColourfulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang