3. Saran Ibu

599 64 1
                                    

Pagi-pagi, Sienna sudah berkutat dengan tepung dan kawan-kawan, menguleninya sampai kalis. Rambut pink pendeknya diikat agar tidak menganggu pergerakannya. Dengan telaten, gadis itu mencetak adonan menjadi bulat-bulat lalu ditusuk tengahnya sampai bolong. Gadis itu tersenyum puas melihat hasilnya yang mulus.

"Rajin banget udah bikin donat." Dari belakang, suaminya datang sudah mengenakan kemeja hitam lengan panjang yang ditekuk sampai siku dan memakai dasi panjang. Dulu, Sienna selalu memasangkan dasi itu saat awal-awal nikah. Namun sekarang sudah tidak lagi, terlalu basi bagi mereka.

"Bentar, Mas, yang ini dikit lagi selesai. Tinggal goreng." Gadis itu mengintip donat-donatnya yang ditutupi kain bersih basah agar adonannya mengembang.

"Oke, aku bikin kopi. Kamu mau apa? Terus Lula?" tawarnya. Jeriko selalu membagi tugas rumah tangga dalam hal apa pun, tidak membiarkan Sienna kerepotan seorang diri.

"Aku teh tarik anget, Lula nanti aja kalo udah bangun. Kemarin marah-marah karena susunya dingin."

"Udah liburan, bangun seenaknya ya dia?"

Sienna mengangguk, padahal biasanya mereka selalu sarapan bertiga dan setelah itu berangkat bersama. "Susah banget dibangunin kalo libur."

"Terus, nanti kamu jadi ke kantor?"

"Iya. Aku cuma ambil folder soalnya ada foto Lula yang lucu di sana, mau pajang di rumah."

"Jam berapa?"

"Tunggu Lula bangun."

Jeriko tersenyum mendengar suara Sienna yang menggemaskan. Dia meletakkan dua cangkir dengan isi berbeda. Sementara Sienna mulai menggoreng donat yang sudah mengembang.

Sienna orang yang cukup telaten dalam urusan dapur. Jeriko tidak salah memilih perempuan yang kini menjadi istrinya. Dia nekat melamar Sienna saat usia mereka masih 23 tahun --setahun setelah lulus kuliah.

Bagi Sienna, Jeriko cowok mandiri. Sohib dari sepupunya itu ternyata sudah bekerja paruh waktu sejak SMA dan saat kuliah banyak mengambil freelance di waktu senggang. Selepas sarjana, cowok itu bekerja di perusahaan besar dengan posisi yang cukup tinggi membuat penghasilannya lebih dari cukup. Semua pendapatannya dari SMA ditabung, ditambah dengan warisan dari kakeknya hingga akhirnya berani meminang Sienna setahun setelah lulus.

Dulu, salah satu syarat yang diminta Sienna ketika Jeriko melamarnya adalah ia tetap ingin bekerja. Sienna nggak mau ilmunya sia-sia, ia juga ingin memberikan orang tuanya uang bulanan. Walau sebenarnya, Jeriko juga masih bisa memberi lebih ke mertuanya.

Namun, sekarang ... setelah Lula mau masuk SD. Sienna memutuskan untuk resign sejak sebulan yang lalu. Ia baru resmi tidak bekerja hari ini setelah menemukan dan melatih penggantinya.

"Gimana, Mas?" Sienna mendekatkan wajah ke suaminya setelah Jeriko mengunyah makanan yang baru ia buat.

"Henak hapi hasi hanash." Jeriko menarik tisu dekat rak piring, meletakkan sisa donatnya ke sana. (Enak, tapi masih panas)

"Ya iyalah, itu baru diangkat udah kamu caplok!"

"Menggoda kayak yang bikin." Setelahnya cowok itu meringis karena mendapat jitakan dari Sienna.

"Itu tuh yang udah dingin, sekalian tolong taburin gula sama olesin cokelat." Sienna menunjukkan tumpukkan donat yang sudah ditaruh piring.

"Gak mau pake gula, ah."

"Kalo jawab karena kamu udah manis, aku pukul beneran."

"Dih? Kan kamu yang manis kalo aku ganteng."

"Terserah lah!" Sienna memilih merampungkan goreng donat-donatnya.

ColourfulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang