9. Keributan Hari Pertama

373 39 4
                                    

"BURUAN MANDINYA, LUSIANA!"

Di depan pintu kamar mandi, Sienna bertolak pinggang dengan tatapan yang jengah. Tiga menit berlalu sejak anaknya masuk kamar mandi, belum terdengar suara cipratan air. Sienna tebak, Lula masih bengong mengumpulkan setengah nyawanya. "SINI MAMA MANDIIN AJA!"

"Aku mulesss," sahut Lula dari dalam dengan suara khas bangun tidur.

Setelah melewati beberapa tes, akhirnya Lula dinyatakan lulus di sekolah yang Jeriko inginkan. Anak itu lagi-lagi dapat hadiah dari para omnya, jadi Sienna nggak perlu menyiapkan perlengkapan sekolah lain kecuali seragam. Sekarang adalah hari pertamanya menjadi siswa SD, Lula sangat susah dibangunkan akibat terlalu lama libur.

Jam dinding menunjukkan hampir pukul enam pagi, Lula masuk pukul setengah tujuh. Masih ada waktu sekitar setengah jam lagi sebelum bel berdering, Sienna tetap khawatir. Apalagi sudah langganan jalanan macet setiap tahun ajaran baru.

"Aku berangkat," pamit Jeriko dengan setengah teriak yang baru selesai menyantap sarapan. "Lula, Papa berangkatt. Semangat belajarnya."

"Hmmmm," balas Lula kelewat singkat.

Sienna beranjak, menghampiri suaminya yang sudah siap. Sejak Jeriko ditugaskan ke Bekasi, pria itu tak jarang berangkat sebelum matahari terbit dan pulang sampai larut. Penampilannya menjadi lebih berantakan, pipinya mulai ditumbuhi bulu-bulu juga pinggiran matanya yang menghitam. Dia sudah terlalu lelah untuk merawat diri.

"Jangan ribut, pagi-pagi begini," ucap Jeriko pada sang istri yang sesekali masih meneriaki Lula.

"Sayang banget Lula nggak dianterin kamu di hari pertama sekolah," keluh Sienna sedikit mengerucutkan bibir. Jeriko menepuk-nepuk kepala Sienna, merasa bersalah harus meninggalkan kedua orang yang disayanginya itu.

"Suatu saat kita anter sama-sama. Sabar, ya." Tangan Jeriko bergerak dari kepala ke dagu Sienna, dengan sekali gerakan dia mengecup bibir istrinya singkat.

Kecupan itu menjadi salam perpisahan sebelum Jeriko menghilang di balik pintu mobil. Sienna nggak bisa berbuat banyak selain menerima kenyataan kalau suaminya mengurusi masalah di cabang lain.

Tidak ada pilihan, Sienna mengantar Lula seorang diri. Jarak dari rumah ke sekolah Lula hanya memakan waktu sepuluh menit kalau ditempuh menggunakan motor. Namun, lagi-lagi mengingat sekarang tahun ajaran baru motor yang dikendarai Sienna sudah terjebak macet begitu memasuki jalan besar.

"Tuhkan macet, makanya jangan lama-lama mandinya." Ibu anak satu itu ngedumel di tengah ramainya kendaraan. Sementara anak yang masih mengenakan seragam TK-nya itu hanya mengangkat bahu. Di hari pertama, Lula memang masih pakai seragam TK karena hanya pengenalan.

Perjalanan ke sekolah Lula lebih lama lima menit dari biasanya, Sienna dapat bernapas lega lantaran masih ada sedikit waktu saat ia memarkirkan motornya. Wanita itu menyapukan pandangannya ke sekitar, area parkir sudah dipenuhi kendaraan orang tua murid. Sekolah Lula cukup luas dan bangunan dua lantai di depannya ini akan menjadi tempat Lula belajar selama enam tahun. Entah kenapa, Sienna jadi terharu. Sejak kapan Lula jadi tumbuh secepat ini?

"Kapan mau jalan?" tegur Lula melihat mamanya malah terdiam.

Sienna tersenyum lebar, ia membenarkan kerah baju anak yang dikucir kuda itu. "Seneng nggak masuk SD?"

"Nggak, bangunnya pagi banget," jawab Lula sangat jujur.

"Biar seger belajarnya pagi-pagi." Dia menggandeng tangan Lula, berjalan masuk ke koridor untuk mencari kelas 1A –kelas Lula yang ada di lantai satu ini.

"Jadi ngantuk bukan seger, Ma." Sienna cuma bisa tertawa mendengar ucapan Lula yang nggak sepenuhnya salah.

Begitu sampai di luar kelas, Sienna menyuruh Lula masuk dan mencari tempat duduk sendiri setelah memberi wejangan biar Lula menjadi anak yang baik dan nurut. Lula mengangguk, anak itu terbilang cukup berani di saat orang tua yang lain masih menemani anaknya di dalam kelas. Tidak ada satupun teman dari TK Lula atau teman dari rumah yang sekolah di sini. Lula benar-benar sendiri di suasana yang asing dan bocah itu sama sekali nggak mempermasalahkannya, walau mengeluh kalau dia mau tidur lagi.

ColourfulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang