6. Keluarga Sienna

457 43 17
                                    

Semua kasih sayang yang Sienna dapatkan juga turun ke Lula. Saat ini anaknya adalah cicit, cucu, dan keponakan pertama di keluarga Sienna. Bisa bayangkan bagaimana senangnya keluarga mereka dengan kehadiran bocah yang banyak omong itu? Apalagi Lula merupakan anak perempuan yang dinantikan. Barang-barang milik Lula kebanyakan diberikan oleh keluarga besar Sienna, bukan hanya dalam rangka ulang tahun, tetapi sering kali membelikan hadiah jika sekadar bertemu Lula.

Sienna selalu mengingatkan biar nggak berlebihan memberikan sesuatu untuk Lula. Dia khawatir anaknya akan mudah cemburu jika nanti memiliki saudara lain.

Namun, di kediaman Bune dan Akek Lula sekarang, bocah itu kembali mendapatkan hadiah. Sepasang sepatu roda dari Bhanu. Padahal, rencana mereka berkumpul di sini untuk menyiapkan tujuh bulan kehamilan Viona --istri dari kakak kandung Sienna, Abercio.

"Mau main gituan di mana sih, La?" Sienna yang sedang melipat kardus untuk snack-snack menggelengkan kepala.

Lula sudah siap dengan sepatu roda barunya, ukurannya benar-benar pas. "Di garasi dulu, nanti kalo udah jago ke luar."

"Besok aja mainnya kalo kita di rumah, sekarang kamu bantuin Mama." Sienna melarang karena nggak ada yang mengawasi anaknya, khawatir akan jatuh.

"Mama bisa sendiri, kan?"

Pernyataan Lula membuat bola mata Sienna berputar. "Kamu tuh sebentar lagi mau punya adek harus rajin nanti bisa ngajarin ke adek."

"Masih bayi, belum bisa ngapa-ngapain. Apalagi ngelipet kardus, Mama aneh banget," cibir Lula.

Helaan napas keluar dari mulut Lula, anak itu punya seribu alasan buat menjawabnya.

"Sini sama Om Ical aja, La." Adik Sienna yang baru saja mencabut rumput-rumput liar di halaman rumah datang, membantu Lula berdiri dengan sepatunya. "Mama mah pelit, ya?"

"Banget!" Lula mengangguk setuju seraya menjulurkan lidahnya, meledek Mama.

"Ini lagi repot banget, Lula! Lagian Bhanu aneh-aneh aja beliin Lula gituan."

"Gue udah nggak repot sih, Kak," kata Ical.

"Jangan kira gua gak denger ya, Nyonya Sienna," celetuk Bhanu dari arah dapur. "Bagus tau, kemarin lucu lihat anak kecil main gituan. Jadi inget keponakan yang lucu juga."

"Aye-aye. Thank you, Brother!" seru Lula yang memang benar-benar sudah akrab sama Bhanu. "Ayo, kita main Om! Keburu disuruh-suruh Mama lagi."

Laki-laki yang merupakan adik Sienna sempat terkekeh sebelum membantu Lula berjalan ke luar. Lihat, kan? Saudara Sienna benar-benar memperlakukan Lula seperti tuan putri.

"Na, Jeriko masih lama?" Sienna cukup terkejut ketika pria yang rambutnya sudah memutih dan banyak kerutan di wajahnya muncul dari dalam kamar yang ada di lantai bawah. "Ini hari Sabtu dan udah sore, belum selesai juga kerjaannya?"

Tadi pagi Jeriko mengantar Sienna dan Lula ke sini, suaminya itu sempat mampir sebentar kemudian pergi lagi ke kantor karena ada masalah yang harus diselesaikan. Sienna yang dari tadi sibuk jadi lupa menghubungi suaminya.

"Sabtu Minggu dia libur, kan? Suamimu sering ada urusan kantor weekend begini?" Ucapan ayahnya terkesan dingin dan menginterupsi Sienna. Indra --ayah Sienna duduk di sofa, menatap anak perempuan satu-satunya itu.

"Enggak, Yah, ini ada karyawannya yang bermasalah. Mungkin sebentar lagi selesai," jawab Sienna. Jeriko memang jarang masuk kantor di hari Sabtu gini, bisa dihitung jari dalam setahun. Sienna nggak pernah mempermasalahkannya.

Tapi, raut ayahnya seperti mencurigai sesuatu.

"Maksud Ayah, dia kan bisa izin dulu hari ini. Bantuin Bhanu angkat-angkat sofa sekarang."

ColourfulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang