chapter 2

123 3 21
                                    

Berminggu-minggu telah berlalu.
Pagi hari nya, Desti berada di dapur menyiapkan sarapan untuk mereka, Marsya keluar kamar dan berjalan ke arah dapur, ia melihat Desti yang sedang memasak sarapan untuk mereka, piring piring pun sudah Desti siapkan, Marsya agak bingung karena ini merupakan hari Minggu biasanya Desti jarang sekali menyiapkan sarapan di Minggu pagi
"Mimom, kok tumben nyiapin sarapan, ini kan hari Minggu mimom" Tanya Marsya yang sudah duduk di kursi meja makan

Desti hanya tersenyum mendengar pertanyaan Marsya, tak hanya tersenyum saja ia pun menjawab pertanyaan Marsya kalau hari ini ia sengaja membuatkan makanan karena memang lagi pengen makan saja, mendengar jawaban Desti, Marsya menepuk jidatnya dan menggerutu
"pantas aja makin gendut"

Desti mendengar gerutu marsya,  ia hanya tersenyum sambil tertawa kecil mendengarnya.
Selang beberapa lama kemudian Maya, Mita, dan Ariel berjalan ke arah dapur duduk di meja makan, Raina yang menginap di sana juga ikut  ke dapur melihat sarapan sudah tergeletak di meja makan.

Melihat makanan di atas meja, Raina ikut bertanya dengan pertanyaan yang sama dengan Marsya, namun kali ini bukan Desti yang menjawabnya melainkan Marsya, mendengar jawaban Marsya, Ariel Maya Mita dan Raina tertawa ngikik.

Sarapan sudah selesai dibuat, menu sarapan mereka yaitu nasi goreng ala neng Desti,  semuanya pun duduk di kursi meja makan menikmati nasi goreng.
"Naya mana? Kok ngak keluar?" Tanya Desti sambil mengunyah nasi goreng yang ia buat

"Ngak tau, tadi belum bangun dia mimom" jawab Mita

"Tumben banget tuh anak belum bangun?" Tanya desti lagi.

Tak berapa lama kemudian Naya keluar kamar dan berjalan ke dapur, ia melihat semuanya sudah berada di sana sambil menikmati sarapan mereka.
"Morning Naya" ucap Desti sambil tersenyum melihat Naya

"Morning mimom.." balas Naya dengan suara lemas

Desti melihat Naya duduk bersama mereka, wajahnya tampak pucat pasi, ia terlihat lemas dan tak bersemangat.
"Lo kenapa Naya? Sakit? Muka lo pucat banget loh?" Tanya Mita dengan cemas, ia meraba raba kening Naya merasakan suhu tubuh Naya.

"Makanya teh jangan suka begadang, sakit kan" ucap Desti, lalu memasukkan sesendok nasi goreng ke mulutnya

Belum sempat menjawab, Naya merasa mual, karena tidak tahan, ia segera berlari ke wastafel dan memuntahkan semua isi lambungnya, ia terdiam sejenak dan mengingat yang ia lakukan waktu itu bersama Samuel

Khawatir dengan Naya yang terus muntah muntah, mita mendekati Naya dan mengelus Elus belakang Naya, Naya memegang dadanya dan terus muntah
"Lo kenapa Naya?" Tanya Mita lagi dengan cemas

"Ngak tau kak, badan gue lemes banget kepala gue juga pusing banget" terang Naya memegang kepalanya

"Kita ke dokter aja ya"

"Ngak usah kak, palingan cuma masuk angin biasa kok"

"Yaudah kalo gitu lo istirahat aja di kamar, ya nanti kakak bawain makanan ya"

Naya hanya mengangguk angguk berjalan masuk ke kamarnya, mita kembali duduk di kursi sesekali ia melihat Naya berjalan masuk ke kamarnya.

"Naya kenapa kak?" Tanya Ariel

"Masuk angin itu kayaknya, katanya pusing terus mual juga" jawab Mita

"Nah, keras kepala sih, mimom bilang juga apa kan, jangan begadang, mimom suka pergokin Naya begadang Karna telfonan sama si kasep Sam, sakit kan, Mita nanti habis makan beli obat aja di apotek, obatnya habis soalnya" ucap Desti

"Iya mimom..."

Naya berbaring di kasurnya, ia mengingat kembali yang mereka lakukan waktu malam tahun baru
"Apa aku hamil?" Batin Naya bertanya sambil memegang perutnya, ia menghitung siklus mentruasi nya yang biasanya Lancar setiap bulan menjadi telat selama 4 Minggu

kisah Naya & Samuel ( Cinta Yang Tak Pernah Hilang )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang