Chapter 35

101 1 0
                                    

Naya dan Maya sangat bingung, Naya merasa walaupun Abah sudah jahat kepada mereka, Abah tetap ayah kandung mereka, Desti masih duduk di sofa, wajahnya terlihat sangat kesal.
"Mimom, Mimom kenapa sih, Mimom kenapa dari dulu ngak pernah mau kita ketemu sama Abah?!" Ujar Maya kesal karena Maya merasa sikap Desti selalu seperti itu seperti waktu Desti tidak mengizinkan Maya dan Ariel bertemu dengan Naya.

"Maya" Naya menghela nafas panjang, ia lalu berjalan mendekati Desti lalu duduk disampingnya.

"Mimom" panggil Naya mengelus Elus punggung telapak tangan Desti

"Mimom, Mimom Naya mau nanya, Mimom merasa terbebani ngak menyimpan dendam selama bertahun tahun?" Tanya Naya membuat Desti mengalih memandang Naya

"Mimom selalu ngajarin Naya, jangan suka nyimpan dendam sama orang lain, tapi kenapa Masih ada dendam di hati mimom, Mimom, Abah adalah ayah kandung Naya dan juga Maya walaupun ayah biologis, iya Naya tau kelakuan Abah ngak bisa dimaafkan, tapi Mimom jangan nyimpan dendam sendiri dong di hati mimom, Mimom lepaskan oke? Abah udah mendapatkan ganjaran nya, semua perbuatan Abah akan dibalas sama Allah, biarkan Allah yang akan memberi Abah hukuman yang layak diterima oleh Abah, Mimom lepaskan ya, Naya mohon, dan Naya sama Maya pengen banget liat Abah untuk yang terakhir kalinya, beri kesempatan untuk kedua anak anak Mimom berbakti kepada orang tua" Naya mencium punggung telapak tangan Desti.

"Naya, sekarang Mimom mau nanya sama kalian" ucap Desti menatap Naya serius

"Naya sama Maya dendam sama Abah?" Tanya desti kepada dua putrinya yang sudah dewasa.

Maya dan Naya menggeleng gelengkan kepalanya secara bersamaan lalu menjawab tidak, Desti bertanya lagi kepada mereka, apakah mereka pernah membenci Abah.

Naya dan Maya saling bertukar pandang, Maya berbicara jujur, ia mengatakan bahwa Maya pernah membenci Abah, begitu juga dengan Naya pernah membenci Abah. Apalagi waktu itu Abah pernah menculik Naya dan shakiel hingga membuat nyawa Naya dan shakiel terancam.
"Pergilah" Desti tersenyum menatap kedua putrinya.

"Kalo kalian ngak benci dan ngak dendam sama Abah, pergilah, kalian anak yang berbakti, maafin Mimom karna sempat larang kalian, Mimom Cuma takut kehilangan kalian" ucap Desti.

Maya dan Naya segera memeluk Desti, mereka lalu mengucapkan terima kasih secara bersamaan untuk Desti. Marsya berdiri di belakang Geby, saat Geby menoleh melihat marsya di sana, Geby bingung apa yang telah terjadi kenapa Marsya menatapnya dengan tatapan sedih.

Semua orang yang berada di sana sudah mengerti karena mereka juga mengenal ibunya marsya yang sudah meninggal mirip dengan Geby.
"Marsya boleh peluk Tante?" Tanya Marsya dengan matanya yang berkaca kaca.

Geby bingung kenapa Marsya ingin memeluknya, ia sama sekali tidak mengenal Marsya, tanpa menunggu persetujuan dari Geby, Marsya langsung memeluknya dengan erat sambil menangis.
"Marsya kangen sama mama, seandainya aja Tante adalah mamanya Marsya yang udah meninggal, Marsya pasti seneng banget, tapi sayangnya Tante hanya mirip mama, tapi bukan mama Marsya" Marsya melepas pelukannya

"Ngapapa, begini aja udah cukup kok, udah cukup melepas rindu dengan mama, makasi ya Tante" Marsya menyeka air matanya lalu berjalan pergi dari sana.

Geby terlihat sudah paham dengan sikap Marsya barusan, dengan wajah yang mirip dengan almahuma ibunya yang sudah meninggal, itu menjadikan obat rindu bagi Marsya.

Setelah dibolehkan untuk melihat Abah mereka untuk yang terakhir kalinya sebelum dikebumikan, Naya dan Maya bergegas pergi ke sana, Ariel dan lainnya juga ikut ke sana kecuali Desti, Charlie dan Geby.

Jenazah Bowo sudah siap dimakamkan, Maya Naya dan teman teman serta polisi polisi yang ikut serta dalam pemakaman Abah Bowo.

Setelah jenazah Bowo sudah dimasukkan ke dalam liang lahat, pengali kubur segera mencangkul tanah kuburan untuk mengebumikan jenazah Bowo.

kisah Naya & Samuel ( Cinta Yang Tak Pernah Hilang )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang