Chapter 34

41 0 0
                                    

Hari itu juga acara pemakaman dilakukan, di tempat pemakaman umum, liang lahat sudah digali oleh tukang gali kubur, semua orang berpakaian serba hitam. 

Samuel dan charlie turun ke liang lahat menurunkan jenazah shakiel yang sudah dibungkus dengan kain kafan, setelah selesai, mereka kembali naik ke atas.  

Naya berusaha untuk tidak menangis, Desti dan Maya berdiri di samping Naya, Desti mengelus Elus lengan Naya, Desti tidak bisa menahan tangisannya, ia terus menangis karena kehilangan cucunya, Naya mulai meneteskan air matanya ketika melihat Samuel Charlie dan tukang gali kubur mulai mengebumikan anaknya. 
“Shaka, kenapa kamu cepat pergi ninggalin mama sih nak? Kamu ngak sayang sama mama? Mama gimana mau hidup kalo ngak ada kamu sayang, kamu satu satunya harta mama yang paling berharga, maafin mama yang belum bisa memberimu yang terbaik, mama akan selalu sayang sama kamu shaka” Ucap Naya dalam hati.

Setelah sudah selesai dikebumikan, semua orang yang ikut hadir di acara pemakaman mengirim doa, ±30 menit berlalu, semua orang, karyawan kantor, para artis artis lain yang turut hadir sudah bubar karena memang acara pemakaman itu telah selesai.

Di tempat pemakaman umum, hanya ada Naya, Samuel, Charlie,  Desti, Maya, Hans, Ariel, Rendy, Luna, Reza, Marsya, Anna, Eni, Marvel, Fery, Ruby, Ratu, Mita, keysar, Justin, Ridzwan, Linda, Fayhan, Yura, Liana, Zia, Raina dan Tamrin masih berada di sana.  

Naya tersenyum lalu menabur bunga bunga di atas tanah kuburan yang masih basah. 

Di dalam jeruji besi, Deven Awan serta Lindra sangat bingung setelah mendengar berita shakiel ditemukan sudah meninggal 
“Eh ndra, lu apain tu bocah hah? Sampe meninggal gitu?” Tanya Awan kepada Lindra  

“Gue ngak ngapa ngapain, sumpah dari kita iket dia di kursi sampai lu pada datang gue ngak ngapa ngapain” jawab Lindra membela diri  

“Lu juga Dev, ngapain lu bilang lu bunuh tu anak, kita dipenjara seumur hidup kayaknya, gue ngak mau lah” ucap Deven yang berdiri lalu terduduk di lantai, Deven hanya diam saja, ia duduk membelakangi mereka  

“Mampus gue, bokap gue marah banget pasti, Rebecca ngak bisa bantuin kita Dev” ujar Awan lalu memukul tembok.

Lindra juga sangat pusing karena dia adalah korban dari awan dan deven, jika bukan karena mereka yang menyuruhnya menculik shakiel, ia tidak akan masuk penjara.  

Sepasang mata kecil terbuka, ia melihat atap rumah yang terbuat dari seng  
“Mama” ucap shakiel menengok kanan dan kirinya  

Rupanya Geby tertidur di samping tempat tidur yang di tiduri shakiel, merasakan gerakan dan mendengar suara shakiel, Geby terbangun dan melihat Shakiel sudah sadarkan diri. 
“Eh dek, kamu udah siuman, Alhamdulillah kamu akhirnya sadar juga” ucap Geby lega  

“Ibu siapa?” Tanya shakiel. 

“Jangan takut, ibu yang menemukan kamu pingsan di pantai, kamu kenapa bisa sampai pingsan di sana sih? Di mana orang tua kamu?” Tanya Geby kepada shakiel. 

Shakiel mengingat kembali, saat itu ia berusaha melepaskan tali yang mengikat tangannya, kali ini ia berhasil membuka ikatan yang mengikat tangannya, setelah semuanya sudah terlepas, ia diam diam pergi dari sana.  

Di jalan shakiel sama sekali tidak mengenal jalan itu, ia terus berjalan sambil menangis sesekali ia memanggil mama. Dari dekat, dua preman nongkrong di pondok sambil menyapit puntung rokok melihat Shakiel berjalan sendiri, keduanya saling kode kodean  
“Lumayan bro, culik minta tembusan” Dua preman itu saling bermain Mata lalu berjalan mendekatinya  

“Dek, adek mau kemana? Kok sendiri sih?" Tanya salah satu preman. Shakiel tidak menjawab, ia takut karena melihat penampilan dua preman yang mengerikan. 

kisah Naya & Samuel ( Cinta Yang Tak Pernah Hilang )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang