Raburein [Lee Haechan?]

2.7K 185 6
                                    

Happy Reading!

Giselle x Haechan?

..

Tik... tik... tik...

Rintik hujan perlahan membasahi tanah yang sudah basah. Ya, dua minggu terakhir ini hujan turun hampir setiap hari. Setumpukan buku yang diikat di depan rumah tua itu juga basah.

Seorang gadis kecil berambut sebahu keluar dari kamar dan membantu ibunya membereskan buku-buku itu sebelum hujan meleburkan semuanya.

Ditengah aktifitas membereskan buku-buku itu, sang ibu berhenti sejenak saat kedua matanya menatap sebuah buku tua bersampul biru muda.

"Love Rain? (Raburein)" gumam sang anak.

Sudut bibir sang Ibu tertarik membentuk sebuah senyuman.

"Cinta yang datang saat hujan... cinta yang hilang saat hujan..."

.
.
.

22 April 2017

"Yah, lama sekali sekali sih..." gerutu seorang gadis menghentakkan kakinya bosan.

Saat ini sedang hujan, dan dia masih tetap menunggu seseorang yang selalu sibuk lebih dari presiden Korea (hanya gadis itu yang berpikir demikian).

Beberapa temannya sudah mulai meninggalkan sekolah. Ada yang berlari sambil menutup kepalanya dengan tas sekolah. Ada yang berjalan santai dengan sebuah payung yang sudah mereka sediakan sebelumnya. Maklum, akhir-akhir ini hujan sering turun, bahkan ketika matahari masih bersinar cukup terang.

"Gue hitung sampai tiga, kalau dia gak segera muncul, gue bakal ninggalin di sini," kesal gadis berambut hitam panjang itu.

Gadis itu menarik napas sejenak. Tangannya terulur merasakan rintik hujan yang jatuh membasahi telapak tangannya.

"Satu..."

"Dua..."

"Tiga..."

Laki-laki itu masih tidak muncul. Gadis itu menoleh sejenak. Berharap menemukan siluet laki-laki menyebalkan itu muncul di belakangnya. Tapi nihil. Gadi itu lantas membuka payungnya dan melangkah pergi.

"Yak! Kim Giselle udah gue bilang tunggu lo malah pergi," omel seorang laki-laki yang tiba-tiba berjalan disampingnya.

Sedikit menghimpit tubuh kecil gadis yang dipanggil Giselle untuk berbagi payung.

"Lee Haechan lo benar-benar keterlaluan. gue nungguin lo lebih dari tiga puluh menit tahu gak??" sergah gadis itu kesal.

"Hei~ tiga puluh menit hanya waktu yang sebentar. Lo tahu.... gue bahkan udah tunggu lo bertahun-tahun," ucap Haechan santai namun terdengar serius.

Giselle menoleh. Menatap laki-laki itu dengan bola mata membulat.

"Apa?"

Bukannya menjawab, laki-laki itu justru menarik tangannya. Mau tidak mau pegangan gadis itu pada payung birunya jadi terlepas. Seketika hujan membahasi tubuh keduanya.

"Lo gila ya chan!" umpat Giselle karena saat ini dia dan Haechan yang masih memakai seragam sekolah lengkap harus basah kuyup terkena hujan.

Percuma saja dia membawa payung jika hal ini terjadi.

"lo benar, gue memang gila. Benar-benar gila."

Jantung Giselle berdegup kencang saat Haechan menggenggam tangannya lebih erat. Dingin, tidak. Bahkan saat hujan menjadi lebih deras, Giselle justru merasa hangat. Sangat hangat. Bukan hanya telapak tangannya, tapi hatinya.

Giselle Short Story [Gigi x Boys]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang