Blind Date in May 4 END [Na Jaemin]

513 64 6
                                    

happy reading!

Setelah pertemuan malam itu, keadaan menjadi semakin kompleks. Jaemin, meskipun dengan hati yang berat, akhirnya mengiyakan permintaan Giselle untuk menerima perjodohan dengan Winter. Ini adalah keputusan yang sulit, namun dia percaya itu mungkin adalah jalan terbaik untuk menjaga hubungan baik antar kedua keluarga.

Beberapa hari kemudian, saat tiba waktunya untuk fitting baju pernikahan, Winter meminta Giselle untuk menemaninya. Meskipun Giselle ragu, dia tidak bisa menolak permintaan sahabatnya itu. Giselle tiba sedikit terlambat di salon gaun pengantin, dan ketika dia masuk, pemandangan yang disaksikannya menambah berat perasaannya. Jaemin sedang berdiri dengan gagahnya mengenakan jas pengantin, dan di sampingnya adalah Winter yang memakai gaun pengantinnya yang anggun.

Suasana di salon itu hangat dengan obrolan ringan dan tawa dari para karyawan dan beberapa pelanggan lainnya. Seorang karyawan salon, yang mungkin tidak menyadari ketegangan di antara mereka, mendekati Giselle yang baru saja masuk. "Mereka sangat cocok, kan?" katanya dengan riang, menganggap Giselle sebagai salah satu kerabat atau teman dekat yang ikut merayakan momen bahagia.

Giselle hanya bisa memaksakan senyum. Melihat Jaemin dan Winter bersama, berpakaian sebagai pasangan pengantin, adalah pemandangan yang menyakitkan. Dia merasa seolah hatinya diremas perlahan. "Ya, mereka terlihat... cocok satu sama lain," jawab Giselle, suaranya serak karena berusaha menahan emosi.

Jaemin, yang juga menyadari kehadiran Giselle, memilih untuk tidak mengucapkan kata apa pun. Meskipun dia telah setuju untuk melanjutkan dengan pernikahan ini, rasa kecewa dan sakit hati masih terasa. Kemarahannya bukan pada Giselle secara pribadi, melainkan pada situasi rumit yang memaksa mereka berpisah setelah membuka hati satu sama lain.

Sisa sesi fitting berlangsung dengan suasana yang agak dingin. Jaemin dan Giselle sama-sama menghindari kontak mata, masing-masing tenggelam dalam pertarungan batin mereka sendiri. Setelah selesai, Jaemin segera meninggalkan salon tanpa menunggu atau berbicara lagi dengan Giselle. Giselle, yang merasa kehilangan dan kesepian, tetap di sana sebentar.

Setelah suasana yang tegang dan penuh emosi di salon gaun pengantin, Giselle merasa butuh berbicara dengan Winter tentang segala perasaannya—tentang ketidaknyamanan, kekecewaan, dan kebingungan yang menderanya. Ia tahu bahwa percakapan ini penting, tidak hanya untuk mengekspresikan perasaannya tetapi juga untuk mencoba memahami posisi Winter lebih jauh dalam skenario kompleks ini.

Ketika mereka berjalan menuju parkiran, Giselle mencoba mengumpulkan keberanian untuk memulai percakapan. Namun, sebelum ia dapat mengutarakan apa pun, Winter tampaknya sudah menduga bahwa Giselle ingin berbicara. Dengan ekspresi yang menunjukkan campuran rasa bersalah dan kelelahan, Winter memotong langkah Giselle.

"Bisakah nanti saja? Hari ini waktuku sangat padat karena malam ini ada acara pertunangan. Jangan lupa datang, ya?" kata Winter dengan nada yang cepat dan hampir memohon. Ada rasa bersalah yang mendalam dalam suaranya, menyadari bahwa dia mungkin telah membebani Giselle lebih dari yang seharusnya.

Jaemin, yang sudah berada di pintu mobil, hanya fokus untuk membukakan pintu bagi Winter. Sikapnya terlihat formal dan dingin, kontras dengan kehangatan yang pernah dia tunjukkan kepada Giselle. Dia tidak meladeni Giselle, yang kini terasa lebih seperti orang luar daripada bagian dari kehidupannya.

Giselle, merasakan kekecewaan yang mendalam, hanya bisa mengangguk pelan. "Aku pasti akan datang," sahutnya dengan suara yang hampir tidak terdengar, mencoba menyembunyikan rasa sakit yang makin mendalam. Dia menonton dengan hati yang berat saat mobil yang membawa Winter dan Jaemin perlahan melaju menjauh, meninggalkannya dalam debu kesendirian dan refleksi.

Saat berdiri sendirian di parkiran, Giselle merenungkan keadaannya—perasaan terisolasi dan tersisih yang tiba-tiba muncul begitu tajam. Malam itu, dia harus menghadiri acara pertunangan Winter dan Jaemin, sebuah peristiwa yang akan mengesahkan apa yang selama ini dia coba hindari. Tapi Giselle tahu, dia harus kuat. Ini bukan hanya tentang kehadiran fisik di acara tersebut, tetapi juga tentang menghadapi realita dan mungkin menemukan penutupan pada bab yang penuh gejolak ini dalam hidupnya.

Giselle Short Story [Gigi x Boys]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang