Blind Date in May 2 [Na Jaemin]

603 71 12
                                    

happy reading!

"Kita sudah jadi lebih dekat, kan?" kata Jaemin dengan senyum hangat, mencari pengakuan dari Giselle. Dalam cahaya bulan yang lembut, matanya berkilau penuh kebahagiaan.

Giselle, yang sejenak lupa akan rencana awalnya untuk menolak perjodohan, mengangguk tanpa sadar, tersenyum kembali kepadanya. Ada sesuatu tentang Jaemin yang membuatnya mudah untuk terbuka dan jujur, sebuah kualitas yang jarang ia temukan pada orang lain.

Merasa semangat, Jaemin kemudian menambahkan, "Aku akan menyanyikan lagu untukmu nanti. Mari bertemu lagi sebelum bunga-bunga ini berguguran?" Kata-katanya penuh dengan harapan, seolah-olah mengundang Giselle untuk berbagi lebih banyak lagi momen istimewa bersamanya.

"Lagu buatanmu sendiri?" tanya Giselle.

Jaemin mengangguk, senyumnya semakin lebar. "Ya, sesuatu yang aku tulis. Aku pikir kamu mungkin menyukainya ini berhubungan dengan bulan Mei."

"Ada apa dengan bulan Mei?"

"jika kita menyanyi saat bulan Mei, belalang akan ikut membantu jika suaraku jelek"

Kalimat itu membuat Giselle merasa dihargai dan spesial. Meskipun awalnya ia berencana untuk menjaga jarak, kehangatan dan keaslian Jaemin membuatnya mempertimbangkan kembali. "Kalau begitu, aku setuju," sahutnya dengan suara yang mengandung sedikit kegembiraan. 

***

Giselle menghabiskan pagi yang gelisah di apartemennya. Pikirannya terus melayang kembali ke pertemuan terakhirnya dengan Jaemin, terutama saat dia mengajaknya untuk bertemu lagi, sebuah ajakan yang dia simpan sebagai rahasia pribadinya, belum siap untuk dibagi dengan Winter.

Dengan perasaan yang campur aduk, Giselle memutuskan untuk mengunjungi Winter, tetapi tanpa membuka terlalu banyak tentang perasaannya yang semakin dalam untuk Jaemin.

Setibanya di rumah Winter, Giselle disambut dengan keceriaan yang biasa dari Winter, yang tampak sangat antusias dan sedikit gugup tentang pertemuan sore itu.

"Eonni jadi, bagaimana keadaanmu? Kamu terlihat sedikit... berbeda. Apa semuanya baik-baik saja?" tanya Winter, matanya penuh kepedulian.

Giselle menghela napas, berjuang dengan keinginan untuk membuka semua yang terjadi dan sekaligus keinginannya untuk menjaga rahasia pertemuannya dengan Jaemin. "Oh, ya... semuanya baik-baik saja," jawabnya, memberikan senyum yang dipaksakan. "Cuma agak lelah saja, banyak kerjaan di perusahaan."

"Kencan kalian kemarin bagaimana? apakah dia masih berusaha untuk menerima perjodohan ini?" dorong Winter, tidak ingin melewatkan kesempatan untuk memahami lebih jauh.

Giselle tersenyum tipis. "Itu... itu menyenangkan," akhirnya dia mengakui, sambil berusaha mengalihkan topik. "Dia...dia sepertinya masih tetap mengikuti perjodohan ini."

"Huft, apakah aku saja yang turun untuk menemuinya langsung dan menolak perjodohan ini?" Winter kesal dia tidak ingin perjodohan ini berlanjut.

Winter tampak semakin gelisah, bibirnya bergetar dan matanya penuh kekhawatiran. Ketegangan yang sudah lama ia pendam kini tampak jelas di wajahnya. "Aku serius, Giselle. Aku tidak tahan lagi dengan semua ini. Aku harus bicara langsung dengan Jaemin, menolak semua perencanaan ini dengan caraku sendiri."

Giselle, yang terkejut mendengar ketegasan Winter, segera berusaha menenangkan sahabatnya itu. Dia tahu betul bahwa pertemuan yang telah disusun dengan Jaemin bukan hanya sekadar kencan, tetapi juga memiliki konsekuensi yang lebih besar untuk semua pihak yang terlibat.

"Winter, dengar... aku mengerti perasaanmu, tapi biar aku saja yang bicara dengan Jaemin," kata Giselle, mencoba menyuarakan pendekatan yang lebih tenang. 

Giselle Short Story [Gigi x Boys]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang