Light at Autumn's End: The Tale of Giselle and Jeno

937 75 6
                                    

Happy reading!

Giselle x Jeno

Kota kecil yang dikelilingi dedaunan musim gugur itu memiliki keindahan yang tersendiri, tapi bagi Jeno, itu hanyalah latar belakang yang sama setiap hari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kota kecil yang dikelilingi dedaunan musim gugur itu memiliki keindahan yang tersendiri, tapi bagi Jeno, itu hanyalah latar belakang yang sama setiap hari. Sebagai siswa SMA yang pendiam, Jeno menjalani kehidupannya dengan rutinitas yang teratur dan monoton. Pagi dihabiskan di sekolah, sore di perpustakaan, dan malam di rumah. Tidak banyak yang mengetahui tentang Jeno, bahkan teman sekelasnya pun hanya melihatnya sebagai siswa yang rajin dan tenang.

Jeno, sejak kecil, selalu dikenal sebagai anak yang pendiam dan tertutup. Dia tumbuh di sebuah keluarga yang cenderung menyendiri, di mana kedua orang tuanya bekerja keras dan sering kali tidak ada di rumah. Sebagai anak tunggal, Jeno menghabiskan banyak waktu sendirian, sering kali tenggelam dalam buku dan dunia imajinasinya.

Di sekolah, Jeno jarang berbicara dengan teman-temannya. Dia tidak pernah merasa nyaman dengan keramaian atau percakapan santai yang sering terjadi di antara anak-anak seusianya. Bagi Jeno, dunia buku dan cerita jauh lebih menarik daripada interaksi sosial yang sering kali dia temukan membingungkan dan melelahkan.

Selain itu, Jeno memiliki pengalaman buruk saat berusaha bergabung dengan teman sebayanya. Pada suatu hari, di usia muda, Jeno mencoba untuk bergabung dalam permainan di taman, tetapi anak-anak lain mengejeknya karena cara bicaranya yang pelan dan pemalu. Pengalaman itu meninggalkan bekas yang dalam dan membuat Jeno lebih memilih untuk menyendiri.

Kondisi ini semakin diperkuat ketika Jeno mengalami kejadian yang menyakitkan di awal masa remajanya. Ayahnya, yang selama ini menjadi sosok yang diam-diam Jeno kagumi, meninggalkan keluarga mereka. Kepergian ayahnya meninggalkan luka emosional yang mendalam, membuat Jeno semakin menutup diri dari dunia luar.

Ketidakpercayaan terhadap orang lain dan rasa takut akan penolakan membuat Jeno semakin menyepi. Dia menemukan kenyamanan dalam kesendirian dan buku-bukunya, tempat dia bisa melarikan diri dari realitas yang terasa begitu menyakitkan.

Suatu hari, saat sedang duduk di sudut perpustakaan dengan buku di tangannya, Jeno mendengar suara yang belum pernah dia dengar sebelumnya. Seorang gadis sedang berbicara dengan pustakawan tentang buku sastra klasik. Suaranya lembut namun penuh dengan kegembiraan dan kehidupan. Jeno mencuri pandang dan melihat gadis itu - dia adalah Giselle, siswa baru yang rambut coklat keemasannya berkilau di bawah cahaya perpustakaan.

Jeno merasa ada sesuatu yang berbeda tentang Giselle. Ada aura kehangatan dan keceriaan yang menyelimuti gadis itu. Meskipun begitu, Jeno kembali menundukkan kepala, kembali ke dunia bukunya, berusaha mengabaikan rasa penasaran yang tumbuh di dalam dirinya.

Hari-hari berikutnya, Jeno menyadari bahwa dia sering melihat Giselle di sekolah. Gadis itu tampaknya membuat semua orang di sekitarnya merasa lebih ceria. Dia berbicara dengan semua orang, dari siswa populer hingga yang paling pendiam di kelas, dan setiap kali, dia berhasil membuat mereka tersenyum.

Giselle Short Story [Gigi x Boys]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang