Unexpected Ties 2 [Lee Jeno]

592 61 7
                                    

happy reading!

Giselle berjalan gontai menuju halte terdekat. Ini sudah malam, dan dia tidak tahu bis mana yang harus dia naiki. Selama ini, belum pernah sekalipun dia naik angkutan umum. Jika bukan dengan sopir pribadi, Giselle akan pergi bersama ayahnya atau Jaehyun.

Gadis itu mengayunkan kakinya bosan. Duduk di halte selama berjam-jam membuatnya mengantuk. Baterai ponselnya sudah mati sejak beberapa jam yang lalu, membuat dia tidak bisa menghubungi siapapun.

Dalam keadaan sepi seperti sekarang, dia bisa dengan jelas mendengar suara derap langkah kaki. Ya, ada seseorang yang berjalan mendekatinya.

Dengan takut-takut Giselle menoleh, seorang pria kumal dengan mantel coklat selutut, juga rambut agak gimbal yang menurut Giselle belum pernah dicuci selama bertahun-tahun itu berjalan ke arah halte, lebih tepatnya datang ke arahnya.

Giselle melihat sekeliling, ini terlalu sepi untuk berteriak minta tolong. Dan penampilan orang itu benar-benar buruk. Pria itu bahkan senyum-senyum tidak jelas. Giselle ingat, ini seperti yang diceritakan bibi Im tempo hari. Ada pria keterbelakangan mental yang suka menggoda anak gadis.

Giselle melihat orang itu sekali lagi. Ya, ciri-cirinya benar-benar sama. Dan yang lebih buruk adalah bibi Im bilang, orang itu adalah pria gila mesum.

Dengan waspada Giselle bangkit dari duduknya. Setidaknya dia masih cukup kuat untuk pergi menghindari orang itu. Awalnya Giselle berjalan perlahan, lalu dia mulai menambah sedikit kecepatan. Benar saja, orang itu berjalan cepat mengikutinya sambil tertawa.

Ketika dirasa cukup aman, Giselle berhenti. Napasnya tersengal, dia lelah. Masih tetap waspada, Giselle menoleh ke belakang dan orang itu sudah tidak ada. Dia mengelus dadanya lega.

"Huaaa!!"

Giselle berteriak kaget karena saat berbalik orang itu sudah ada di depannya. Orang itu masih menatapnya sambil tersenyum mesum. Giselle memundurkan langkahnya takut. Orang itu semakin mendekat.

"Kau mau melihatnya, kan?" goda orang itu. Dia memegang mantel coklatnya.

Giselle yakin sebentar lagi orang itu akan membuka mantelnya tepat di depan Giselle.

"Akan aku tunjukkan padamu," katanya lagi.

Tidak! Tidak! Giselle tidak akan siap dan dia juga tidak akan mau melihat tubuh telanjang pria gila itu.

"Satu..."

Giselle menarik napas dalam, dia takut.

"Dua..."

Keringat mulai membasahi pelipisnya.

"Ti... Ga!"

Dan tepat saat itu, sebuah telapak tangan menutup mata Giselle. Dengan gerakan cepat, tubuh Giselle berbalik menghadap orang itu. Dia mendongak dan tersenyum saat tahu siapa yang menolongnya.

Sementara pria gila itu merasa malu sendiri karena tubuhnya yang telanjang justru dilihat oleh laki-laki yang menolong Giselle. Dia segera berlari pergi sambil masih tertawa tidak jelas.

***

Tiffany baru saja selesai menyiapkan makan malamnya. Dia hanya perlu menunggu Jeno pulang. Anak laki-lakinya sudah menelfon dan mengatakan akan pulang sedikit terlambat, jadi dia tidak buru-buru memasak tadi.

Dia duduk di meja makan, menatap tangannya yang tadi di genggam Siwon. Entah kenapa itu membuatnya malu sendiri, padahal hubungannya dengan Siwon dulu hanya sebatas teman. Ya, teman yang sangat dekat.

Tiffany ingat bagaimana dulu teman-temannya mengira dia dan Siwon adalah sepasang kekasih karena mereka selalu tampil berdua. Makan bersama, bermain bersama, naik bis yang sama. Sudut bibirnya melengkung membentuk senyum jika mengingat hal itu.

Giselle Short Story [Gigi x Boys]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang