35. Venezuela

1.9K 286 18
                                    

Sepulang dari kantor, Rio keluar dari lobby kantor nya, ia sudah di sambut dengan mobil Hye Kyo yang datang menjemput nya, senyum lebar pun merekah di bibir Rio, ia pun langsung masuk dan duduk di samping kekasih nya.

"Lelah hm?" Tanya nya perhatian

"Sedikit, tapi aku menikmati nya" jawab Rio.


"Lusa hyung mengajak ku ke Venezuela" beritahu Rio pada Hye Kyo, wanita itu terkejut karena secepat itu Dong Wook akan membawa kekasih nya keluar negeri.

"Secepat itu?" Tanya Hye Kyo tak percaya, Rio mengangguk


"Paspor mu bagaimana?"



"Sudah siap, hyung yang akan mengurus visa nya juga nanti"


"Berapa hari kalian akan di sana?"


"Aku tidak tahu, hyung tidak memberitahu ku"

Dan sehari sebelum Rio berangkat, Hye Kyo sedang membantu sang kekasih menata baju nya di sebuah koper kecil berwarna hitam, serta ransel dan tas slempang kecil berisi dompet, paspor dan barang-barang penting lain nya, Hye Kyo memasukan platinum card nya ke dalam dompet sang kekasih, ia tahu, Rio tak memiliki banyak uang saku, meski semua ditanggung Dong Wook, tapi akan jauh lebih tenang jika ia membekali Rio dengan platinum card.

"Istirahatlah lebih cepat, agar besok tidak ketinggalan pesawat" ujar Hye Kyo, Rio pun menurut, ia segera ke kamar mandi, membersihkan diri dan berganti baju tidur, Hye Kyo hanya diam duduk di bangku meja rias nya memperhatikan setiap pergerakan sang kekasih sampai pemuda itu naik ke atas ranjang dan berbaring terlentang, menunggu Rio terlelap, ia seolah sedang merekam adegan demi adegan yang akan ia putar saat ia merindukan Rio nanti nya, dan ketika pemuda itu sudah tertidur pulas, Hye Kyo pun menyusul nya, ia memeluk tubuh sang kekasih dari samping, dan berhasil mengusik Rio.

"Eenngg. . ." Gumam Rio dalam tidur nya, ia pun mengganti posisi menjadi menyamping dan membalas pelukan Hye Kyo, wanita itu tak bisa tidur membayangkan ia yang akan kesepian ditinggal Rio ke luar negeri di saat ia baru merasakan jatuh cinta kembali setelah sekian tahun.

Keesokan hari nya, Rio pun bersiap akan berangkat ke bandara, Hye Kyo pun mengantar nya, bersama sang supir, yang begitu tiba, ia langsung turun untuk mengambilkan koper milik Rio di bagasi mobil, pemuda itu masih di tahan Hye Kyo di dalam mobil nya.

"Terus kirimi aku pesan, jangan membuat ku khawatir, jangan lupakan makan mu" ujar nya dingin, seolah acuh, padahal dalam hati ia tak ingin di tinggal pergi oleh Rio, tapi itulah hebat nya Hye Kyo yang pandai menutupi perasaan, dan menyamarkan ekspresi nya, ia tak sabar menunggu Rio untuk mencium nya, dan gengsi untuk memulai lebih dulu.

"Iya" jawab Rio patuh, pemuda itu segera membuka pintu mobil nya, kaki kanan nya sudah menginjak lantai bandara, tapi ia lupa satu hal.

Cup


Ia mengecup bibir Hye Kyo yang malah membuka mulut nya dan mengulum bibir bawah Rio untuk menahan nya, Rio pun membalas nya, ciuman panas sebelum perpisahan.


"Aku pergi, sampai ketemu, madam Kyo" lirih Rio dengan suara dalam nya yang selalu berhasil membuat debaran di jantung Hye Kyo terasa berbeda, dan semakin berat untuk berpisah.

"Jangan macam-macam di sana, kamu sudah ada yang memiliki disini" pesan nya acuh, Rio terkekeh, ia lalu turun bertepatan dengan Dong Wook yang baru tiba di bandara.


Begitu tiba di negara salah satu penghasil kopi terbaik di dunia itu, Rio dan Dong Wook pun segera chek in di sebuah hotel, mereka memesan satu kamar dengan dua tempat tidur, hampir enam belas jam perjalanan dengan pesawat, kedua nya mengalami jetlag parah dan kelelahan, sampai tak sempat untuk makan malam, dan langsung tidur.

Dan saat terbangun keesokan hari nya, Rio mengechek ponsel yang lupa ia nyalakan semalam terdapat sekian puluh panggilan tak terjawab dan pesan masuk yang semua nya dari satu orang Hye Kyo, Rio langsung panik, ia pun segera ke kamar mandi untuk menelpon Hye Kyo agar tak mengganggu Dong Wook yang masih tertidur pulas.


"Hallo"

"Maafkan aku, maafkan aku, semalam aku langsung tidur begitu tiba di hotel, aku baru saja mengaktifkan ponsel ku"


"Jangan membuatku khawatir, aku memikirkan mu semalaman"


"Maaf, aku tak sengaja"


"Jangan diulangi!"


"Iya iya"


"Kenapa suara mu menggema?"


"Aku di kamar mandi, hyung belum bangun, aku takut suara ku akan mengganggu nya jika menelpon di kamar"

"Ya sudah, yang penting aku sudah mendapatkan kabar dari mu"

Setelah berpamitan, Rio menutup sambungan telpon nya, ia langsung mandi, dan bersiap, sambil menunggu Dong Wook bangun.

"Kita sarapan dulu di bawah Rio-yaa" ajak Dong Wook yang juga sudah bersiap.


"Ne hyung" mereka ke restauran hotel, untuk sarapan, Rio mencari nasi, tapi tak ada, ia sedikit gelisah, dan terpaksa memakan menu yang ada, bayangan wajah sang ibu, Rose sang dongsaeng dan Hye Kyo sang kekasih, membuat Rio akhir nya mampu menghabiskan makanan nya, ketiga wanita itu adalah penguat bagi Rio, akan cita-cita nya menguliahkan Rose, membahagiakan sang ibu, dan membanggakan sang kekasih.

"Kita akan ke perkebunan tuan Chaves hari ini, dia adalah petani kopi terbesar di Venezuela, kita harus pandai melobi nya, karena banyak pesaing" ujar Dong Wook, Rio langsung mendongak menatap Dong Wook dan melupakan pikiran nya tentang orang-orang yang ia sayangi di rumah.



#TBC

Grow Up, PleaseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang