Paris memang memiliki mata dan bibir milik sang ayah, tapi gaya berpakaian dan ekspresi wajah nya sangat mirip sang mama.
"Kenapa lama sekali?" Tanya Hye Kyo pada sang putri yang membawakan nya segelas hot americano.
"Antri mama" alasan Paris, gadis kecil itu pun mulai meminum susu coklat nya.
"Woah, ini susu coklat terenak yang pernah Paris minum ma" puji sang putri.
"Ini, mama coba lah" sang putri mendekat dan menyodorkan cup nya pada sang ibu, Hye Kyo pun menyicipi nya.
Deg
Ingatan nya kembali melayang pada Rio enam tahun yang lalu, dimana jika ia yang membuat susu coklat sendiri, rasanya akan seperti ini, entah ada tambahan apa yang Rio bubuhkan Hye Kyo tak tahu, tapi ia ingat dengan pasti rasa ini yang ia rindukan, yaa Rio hanya menambahkan sedikit bubuk kayu manis, dan Hye Kyo tak tahu itu, ia merasa seperti menemukan barang berharga nya yang telah lama hilang.
Keesokan hari nya, Paris terjaga dari tidur siang nya di ruangan sang mama.
"Sudah bangun sayang?" Tanya sang ibu, Hye Kyo pun mendekat dan merapikan rambut sang putri.
"Paris mau beli susu ya ma?" Ijin nya dengan suara serak khas bangun tidur, Hye Kyo mengangguk.
"Belikan juga untuk mama ne" pesan nya.
"Mama tidak mau americano?"
"Tidak, susu coklat saja seperti Paris" jawab sang ibu, dan gadis kecil itu pun ke Paris Caffe milik Rio dengan diantar oleh paman Han, sang supir pribadi mama nya.
"Hi Paris" sapa Rio begitu melihat gadis pelanggan baru nya datang mengunjungi cafe.
"Satu hot americano dan susu coklat?" Tebak Rio, Paris menggeleng dengan senyum tipis di bibir nya, Rio mengerutkan kening nya, karena biasanya itu yang di pesan Paris setiap datang.
"Lalu?"
"Dua susu coklat" Paris terkikik lucu
"Baiklah" Rio pun lantas membuatkan pesanan sang pelanggan kecil, Paris menyodorkan platinum card nya pada Jaehyun, dan pemuda itu pun melayani nya dengan ramah.
"Seperti melihat mu dalam versi perempuan" gumam Jaehyun pada Rio begitu Paris keluar dari pintu cafe, Rio menggedikan kedua bahu nya acuh.
Suatu hari, Hye Kyo akan mengadakan meeting dengan klient nya di sebuah restauran, ia membawa serta Paris tentu nya.
"Nanti Paris tunggu di mobil ne" pesan sang ibu.
"Ne ma" patuh sang putri, dan mobil pun menuju ke restauran tempat Hye Kyo meeting.
"Ma, Paris tunggu di sana ya?" Tunjuk sang putri ke cafe seberang, dimana ternyata restauran dan cafe milik Rio itu tempat nya berseberangan.
"Baiklah, Paris sekalian makan siang ne" ujar Hye Kyo, mobil pun melaju berputar arah menuju ke Paris Caffe, gadis kecil itu mendekati Rio yang tengah menuang biji kopi ke dalam alat penggilingan.
"Oppa, mama meminta Paris sekalian makan siang disini, ada menu apa yang bisa Paris pilih?" Tanya gadis kecil itu.
"Oppa punya spagheti, steak waghyu dan kentang tumbuk" Rio menyebutkan beberapa menu yang ia punya.
"Apa tidak ada nasi?" Rio langsung bertatapan dengan Jenno saat gadis itu menanyakan nasi.
"Mianhae, oppa tidak punya menu nasi sayang" sesal Rio.
"Baiklah, susu coklat saja, Paris minum di sini ya oppa" pesan nya.
"Ok" jawab Rio yang kemudian membuatkan pesanan untuk pelanggan nya itu, Jenno yang bertugas menerima pembayaran, dan Rio mengantar segelas susu coklat tadi pada Paris yang duduk di sudut ruangan, di bangku yang Rose pernah tempati dulu.
"Tumben Paris minum di sini?" Tanya Rio, ia duduk menemani gadis itu.
"Paris menunggu mama meeting di restauran depan oppa" jawab nya sambil meminum susu coklat nya.
"Paris suka minum susu?" Gadis itu mengangguk.
"Kenapa lebih suka susu?"
"Kata mama, papa Paris juga penyuka susu, terutama susu coklat, jadi mama yang mengajari kebiasaan itu" Hye Kyo memang sengaja, karena ia sangat sulit melupakan Rio sampai sekarang, dan untuk terus mengingat nya, ia mengajari sang putri melakukan kebiasaan-kebiasaan sang ayah yang sekira nya positif.
"Paris lapar?"
"Uhum, tapi Paris tak bisa kenyang tanpa nasi, dan oppa tak punya itu" keluh nya.
"Tunggu sebentar" Rio berdiri dan mengambil bekal makan siang masakan sang ibu, untuk ia berikan pada pelanggan kecil nya itu.
"Ini makan lah" Rio menyodorkan lunch boxx nya pada Paris.
"Apa ini oppa?"
"Paris lapar bukan? Makan saja" Rio membantu nya membuka penutup kotak makan siang itu.
"Wah, oppa tahu dari mana kalau Paris suka daging masak merah?" Takjub Paris tak menyangka, perut nya langsung berteriak minta di isi.
"Paris makan ya oppa?"
"Yaa, silakan" jawab Rio, ia membeku menatap cara makan nya yang persis dengan nya.
"Kenapa semua serba mirip? Mata, bibir, susu coklat, daging masak merah, cara makan nya, tak bisa kenyang tanpa nasi, Tak mungkin jika ini hanya kebetulan bukan?" Batin Rio penuh tanya.
"Paris"
"Hm?" Paris mendongak menatap Rio setelah menghabiskan nasi nya.
"Kenapa orang tua mu memberi nama Paris?"
"Aku tidak tahu, mama bilang ia menyukai kota Paris beserta kenangan nya"
"Mama? Memang di mana ayah mu?" Paris langsung menunduk, ia menggeleng lirih.
"Mama bilang, Paris tak perlu tahu dan mencari di mana papa berada, jika suatu saat Paris bertemu dengan nya, ia pasti akan langsung mengenali Paris, karena kata mama kami sangat mirip" cerita gadis kecil itu.
Krriiingg. . .
"Hallo"
"Paris, mama sudah selesai sayang, ayo kita pulang"
"Ne ma"
"Oppa, Paris pulang dulu, mama sudah selesai meeting" pamit nya.
"Terima kasih untuk makan siang nya, masakan istri oppa sangat enak" puji Paris, Rio menggeleng.
"Oppa belum menikah, itu tadi masakan eomma" Rio tersenyum lucu.
"Mian"
"Its ok" Paris keluar dari cafe, Rio menghela nafas berat.
#TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Grow Up, Please
Fiksi Penggemarkisah cinta pemuda pethakilan dengan seorang janda kaya raya. Mohon di makhlumi jika nanti ada kesalahan dalam penyebutan sebuah profesi, mohon di maafkan, karena saya masih banyak kurang ilmu, dan cerita ini tidak terfokus pada profesi tokoh utama...