Lima hari pasca putus dari Rio, akhir nya Hye Kyo mau membuka mulut nya, pada Tae Hee, karena hanya dia yang setia menemani, Miyoung bukan nya tak berada di sana, ia juga harus menangani pasien nya, jadi tak bisa sewaktu-waktu menemani sang ibu hamil.
"Ada masalah apa diantara kamu dan Rio?"
"Hubungan kami telah berakhir" jawab Hye Kyo sambil melamun menatap keluar jendela.
"Apa separah itu hingga kalian lebih memilih untuk putus? Kamu butuh Rio untuk melalui masa kehamilan mu Hye Kyo ya, dia tahu kamu mengandung anak nya kan?" Hye Kyo menggeleng.
"Aku belum sempat memberi tahu nya, dan tak akan memberitahu dia"
"Jangan egois"
"Siapa yang egois? Aku atau dia yang tak bisa merubah sifat kekanakan nya padahal dia sudah berusia seperempat abad?"
"Hye Kyo-yaa, tak peduli siapa kamu, kita tak akan pernah bisa merubah sikap dan sifat seorang pria kecuali dia sendiri yang akan berubah karena wanita yang di cintai nya" nasehat Tae Hee panjang lebar.
"Itulah sebab nya aku memilih untuk melepasnya, aku sudah tidak bisa mengendalikan Rio lagi, dia selalu mengunjungi club malam, mabuk, dan terakhir dia mencium wanita disana" cerita Hye Kyo.
"Rio masih sangat muda, aku akui dia hebat, sejauh ini mau mendengar apa kata mu, hingga ia seperti sekarang, tapi jika aku menjadi Rio, aku juga akan melakukan hal yang sama, bersenang-senang di club malam, dia butuh hiburan, dan dia masih muda Hye Kyo yaa"
"Tapi tidak untuk berciuman dengan perempuan lain" bantah Hye Kyo, Tae Hee menyerah untuk menasehati sahabatnya itu.
"Aku harus pulang, besok aku akan datang lagi" pamit Tae Hee.
Sementara Rio, ia hanya berdiam diri di rumah, melamun, kadang mulai menganalisa kopi, dan jarang tidur, ia hanya makan saat Tiffany di rumah karena sang eomma akan memaksa nya, tapi jika Tiffany di kios, Rio tak akan menyentuh sama sekali masakan yang eomma nya siapkan untuk makan siang.
Dan makan malam pun tiba, Rio mau tak mau harus makan bersama Rose dan sang ibu, ia nampak tak berselera, dan Tiffany sedih melihat sang putra seperti kehilangan semangat, dan selesai makan, Tiffany menyusul Rio ke ruang tv, Rose sudah masuk ke dalam kamar nya untuk mengerjakan tugas kuliah nya.
Tiffany duduk di samping Rio, dan meletakan segelas coklat hangat di depan sang putra.
"Jangan menyerah, setidak nya, jika kamu tak bisa membuktikan pada nya, buktikan pada eomma kalau Rio pantas untuk menjadi panutan bagi dongsaeng mu" Tiffany memberi semangat pada sang putra.
"Setiap manusia pasti pernah mengalami yang nama nya jatuh cinta dan patah hati, dan itu wajar, jadikan itu pelajaran untuk menjadi pribadi yang lebih baik dalam memperlakukan pasangan kedepan nya nanti"
"Eomma yakin, eomma percaya, Rio bisa melalui cobaan ini, eomma juga pernah mengalami nya saat ditinggal oleh appa mu, tapi eomma masih punya kalian yang menjadi alasan dan penyemangat eomma" Rio termenung memikirkan kata-kata sang ibu, sampai ia tak tidur, dan keesokan hari nya, ia mulai kembali sibuk dengan pekerjaan nya, Rio tak hanya menjadi caffe tester, tapi ia juga mencoba sebagai coffe roaster dan barista, hampir semua profesi dan keahlian ia pelajari, untuk menyibukan diri, dan mulai berusaha melupakan Hye Kyo, Rio mulai rajin wara wiri ke tempat ia bekerja.
Suatu hari, ia melewati rumah sang mantan kekasih, yang kini lebih banyak bekerja di rumah semenjak kehamilan nya, Hye Kyo harus istirahat total di rumah atas saran dokter karena kehamilan nya yang beresiko, sebab usia dia yang sudah rentan, empat puluh tiga tahun dan ini adalah untuk kehamilan pertama nya.
Rio menghentikan mobil nya, berdiam diri menatap bangunan megah penuh kenangan itu dari tepi jalan, hal yang sama juga di lakukan Hye Kyo dari dalam rumah nya, seolah hati mereka telah terkoneksi kuat, ia tengah mengamati mobil Rio dari jendela kamar nya, rasa rindu, tentu memenuhi hati nya, tapi ia juga masih marah pada Rio.
"Sebelum kita berpisah, aku tak tahu jika dunia ternyata sesunyi ini tanpa mu" batin Rio yang tak tahu jika Hye Kyo juga tengah menatap nya, rasa sesak kembali menekan dada nya, dan Rio pun melajukan mobil nya untuk pulang ke rumah, sementara Hye Kyo kembali menangis.
Kesepian menambah luka di hati mereka, keputusan untuk berpisah kini menjadi penyesalan paling besar, dan itu berpengaruh bagi kesehatan Hye Kyo dan janin nya.
"Terpaksa aku harus membawa mu pergi dari sini" ujar Tae Hee yang melihat kesehatan Hye Kyo semakin memburuk, mungkin karena ia terlalu memikirkan Rio, dan rumah nya menyimpan banyak kenangan dengan pemuda itu.
"Aku tidak mau" tolak Hye Kyo.
"Kenapa?"
"Aku masih ingin menikmati aroma nya yang tertinggal di rumah ini" alasan Hye Kyo, Tae Hee menghela nafas kesal.
"Astaga Hye Kyo, kesehatan mu dan janin yang ada dalam perut mu, itu lebih penting dari apa pun, jangan keras kepala seperti anak kecil" ujar Tae Hee, ia pun memanggil bibi Han, dan meminta nya menyiapkan seluruh baju Hye Kyo untuk di kemas, karena ia akan membawa sahabat nya itu pindah ke tempat yang lebih tenang agar fokus dalam menjalani hari-hari nya sebagai wanita hamil yang harus menjaga kondisi fisik dan mental nya.
#TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Grow Up, Please
Fanfictionkisah cinta pemuda pethakilan dengan seorang janda kaya raya. Mohon di makhlumi jika nanti ada kesalahan dalam penyebutan sebuah profesi, mohon di maafkan, karena saya masih banyak kurang ilmu, dan cerita ini tidak terfokus pada profesi tokoh utama...