Chapter 2

670 74 32
                                    

Jadi manajer Shea yang paling utama adalah menemaninya makan. Shea tak suka makan sendirian. Dan ia bisa makan full meal 5 kali dalam sehari. Selain itu Shea juga sering tiba-tiba paranoid walaupun hari lainnya ia pemberani. Kalau sedang kumat, bahkan BAB pun harus ditunggui di depan pintu sambil terus diajak mengobrol. Karena itulah Dion menatap pasrah makanan Shea yang sudah bisa dikatakan cabe dikasih bakso, bukan bakso dikasih cabe. Semoga saja Shea tidak sedang penakut saat diare nantinya.

"Kyaaaa!" pekiknya tertahan, sengaja dibuat ala-ala anime.

Dion menatapnya malas. Di tangan Shea sedang terpegang naskah film Kiss The Baby Sky yang diangkat dari novel kesukaan gadis itu.

Shea telah pernah memaksa Dion membacanya. Dion katakan iya, tapi hanya berakhir teronggok di kamar. Akhirnya Shea memantaunya membaca halaman per halaman, bahkan sampai diuji pertanyaan-pertanyaan segala hanya karena Shea tidak ingin ia hanya asal membalik halaman.

Kesimpulannya adalah tidak ada yang menarik dari novel itu. Tapi kalau sampai diangkat jadi film, mungkin Dion yang kurang mengerti daya tariknya. Atau mungkin....remaja memang suka kisah cinta yang bodoh seperti itu?

"Bagusnya Rain apaan sih?" tanya Dion akhirnya. Dion penyuka sesama jenis. Jadi ia juga punya kriteria lelaki idamannya. Tapi Rain yang di cerita itu....Dion sama sekali tidak paham pesonanya. "Mata biru doang bisa bikin jatuh cinta?"

Shea memasang senyum lebar percaya diri. "Lu sih gak pernah lihat langsung. Emang bagus banget loh," jawabnya senyam-senyum lalu melanjutkan bacaan.

Dion mangangguk asal. Shea sudah pernah bercerita Papa dan kakak laki-lakinya bermata biru. Katanya orang tuanya bercerai hingga mereka tidak pernah bertemu lagi. Mata Rain yang menjadi pemeran utama di cerita itu juga berwarna biru. Elsa si pemeran utama pun memulai ketertarikannya karena warna mata itu.

Dideskripsikan menatap ke dalam mata itu membuatnya merasa melambung di langit yang cerah. Memang sih kalau dituliskan puitis sekali rasanya. Tapi kalau di dunia nyata itu biasa saja. Mata biru tidak menjamin akan meiliki sikap yang baik, tidak pula membuat kenyang.

Karena itu menurut Dion, Shea suka Kiss The Baby Sky karena mengingatkannya pada Papa dan kakak laki-lakinya, matanya saja. Deskripsi lainnya tak ada yang cocok tuh.

"Yang jadi cowoknya siapa ya? Seingat gue gak ada aktor Indo yang matanya biru deh. Yang ada pada nikah sama bule, trus anaknya matanya biru, tapi anaknya pada masih bocil."

"Paling disuruh make soft lenses, She. Kalau gak, di editing ntar diganti warna matanya. Lagian mau asli pun, kalau di dalam ruangan gak bakal kelihatan banget juga tuh mata. Bakal rada gelap juga."

Shea manggut-manggut mengerti. Smartphone Dion pun bergetar. "Baru diomongin, kayaknya ini mau ngabarin pemeran cowoknya deh."

"Ya? Halo, Pak?" sapa Dion mengangkat telfon. Keningnya mengernyit sejenak, lalu mengangguk. "Oh dia." Lalu lantas gesture-nya menggeleng. "Gak. Gak pa-pa, Pak. Cuma agak heran aja. Oke, Pak. Bakal saya informasikan ke Shea-nya."

"Gimana? Gimana? Beneran nginformasiin pemeran cowoknya? Siapa? Siapa?" serbu Shea penasaran.

Dion menyeruput jus jeruknya sebelum menjawab. "Exon Dax."

"WHAT?!"

Dion tak menanggapinya. Sudah terbiasa dengan Shea yang overreacting. "Kayaknya orangnya gak sekasar yang di film juga. Sering bikin acara amal kok. Kayaknya baik aslinya. Lu gak usah takut lah."

Mulut Shea bergetar gelagapan tak tahu harus memulai dari mana. "Di, gue gak bisa kalau lawan mainnya dia."

Dion menghela nafas malas. Kapan Shea tak ribet dan tak banyak mau. "She, dia aktor yang lebih senior dari lu. Lu mau nolak dia jadi lawan main lu, yang ada skandal. Karir lu gak bakal mulus."

Act It Out!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang