Chapter 23 Part 1

410 46 19
                                    

Chapter kali ini agak panjang. Aku ngerasa mereka masih punya flow yang sama jadi emang ngerasanya itu 1 chapter.

Tapi ingat wattpad mudah error kalau kepanjangan banget. Jadi aku bagi-bagi aja. Mungkin jadi 2 part atau 3 malah, karena panjang bingits.

Malam ini Part 1 dulu. Sebenarnya tinggal 1 scene lagi buat selesai keseluruhan chapter yang aku bagi-bagi itu. Tapi aku dah ngantuk.







Katanya setiap orang punya standar-nya masing-masing. Race on their own track.

Karena itu sekalipun angka tercantum, artinya relatif bagi tiap orang.

Preman pasar pergi berguru ilmu agama itu sebuah pencapaian. Anak santri pergi ke masjid itu biasa saja.

Anak yang biasanya ranking terakhir di kelas akan mendapat pujian besar saat mendapat ranking 20.

Anak yang biasanya ranking 1 akan dimarahi orang tuanya ketika mendapat ranking 5.

Sekalipun kedua anak ini punya orang tua yang sama.

Ada orang yang ketika bisa membeli 1 motor sudah berjingkrak bahagia. Ada pula yang kalau tahun ini mobilnya hanya 5 merasa ekonominya sedang sempit.

Yang membuat perbedaan itu adalah berbedanya standar. Angka rata-rata yang dicapai berapa? Yang biasanya berapa?

Karena sebenarnya banyak manusia yang tidak peduli angka itu berapa. Tapi hanya peduli tentang apakah itu sebuah kemajuan? Atau kemunduran?

Hal itu tak berbeda pula tentang mencari pasangan.

Memang aneh melihat banyak wanita bertahan dengan pria yang buruk.

Tapi makanan terasa lebih lezat setelah menahan lapar cukup lama, kan?

Tegukan air ditengah panasnya gurun sahara akan terasa berbeda dengan air yang bisa diminum kapan saja di rumah.

Hari ini menangis karena diperlakukan seperti binatang. Besoknya si pria berlaku romantis, memuja kekasihnya sampai menciumi telapak kaki si wanita. Sebuah kontras yang menarik.

Diperlakukan buruk memang tidak menyenangkan. Tapi sekali ia berbuah baik, it hits hard. Doesn't it?

Jawaban Fiona pun akan sama ketika ditanya kenapa ia selingkuh dari pacarnya yang baik, dan malah bertahan dengan Exon?

Itu jawaban yang sama dengan "Jika semua orang di dunia ini spesial, maka itu artinya tak ada yang spesial."

Hari-hari yang ia habiskan dengan pacarnya dulu berjalan dengan baik-baik saja. Tak ada hari yang spesial karena Fiona tahu besok ia akan mendapatkan itu lagi. Lagi. Lagi. Lagi.

Tegukan pertama kita haus memang melegakan. Setelahnya rasa puas itu akan berkurang. Lalu sampai tegukan menjemukan, dan tidak bisa meneguk lebih banyak.

Sedangkan dengan Exon, ia menangis, terluka, dihinakan. Tapi ketika pria itu memagut bibirnya, itu terasa spesial. Itu bukan hal yang ia dapatkan setiap hari. Itu hari beruntungnya. Itu berkah. Sebuah pencapaian. Itu hadiah. Dan siapa yang tak suka mendapat hadiah?

Exon tahu bagaimana membuatnya untuk tetap haus.

Exon tahu pula cara memenuhi dahaganya.

Fiona peluk kekasihnya. Mendesah tertahan seiring dorongan Exon di dalam dirinya. Ia mendapatkan semuanya dari pria ini. The butterflies. The roller coaster. The jealousy. The madness. The kink.

Fiona belai rahang sempurna kekasihnya. Exon meraup bibirnya lagi.

"Does it feel good, Babe?" tanya Exon.

Act It Out!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang