Yang belum pollow, sabilah pollow
Shea tahu mungkin mendengar tetangga menyanyi dangdut dengan menggunakan mic sampai malam adalah teror yang luar biasa bagi Exon yang terbiasa hidup nyaman. Karena itu ia maklum kalau Exon tidak mau menginap di rumahnya.
Saat Exon menawarkan menginap, Shea kira ia diundang ke rumah lama mereka. Tapi ternyata ia malah dibawa ke hotel. Setelah dipikir-pikir, memang tidak memungkinkan bagi Exon untuk membawanya ke rumah. Itu rumah Papa mereka. Mungkin pria itu tidak akan mau menerima kedatangan anak yang dicurigai sebagai anak dari hasil perselingkuhan istrinya.
Shea melihat-lihat sekitarnya. Yahh...setidaknya ia bersama dengan Exon. Sudah lama mereka tidak berbagi kasur.
Shea menyibak gorden untuk melihat pemandangan di malam hari. Di bawah sana lampu berkelap-kelip lebih ramai dibanding bintang. Dunia penuh sesak, ada banyak bangunan. Salah satunya rumah, tempat berkumpulnya keluarga. Namun tempat kembali ia dan Exon malah berada di titik cahaya yang berbeda.
Shea lirik Exon sekilas lalu melihat ke buku menu. "Abang kita pesan makan ya? Tapi Abang yang bayar bill-nya," putusnya seenak jidat.
Toh, seorang abang tercipta untuk dimanfaatkan sebanyak-banyaknya oleh sang adik.
Alis Shea menaik melihat sang abang yang hanya duduk diam di kursi. Ia hampiri pria tersebut. Sebelah tangannya menangkup pipi Exon.
"Are you okay?"
***
Permintaan apa yang paling kau ingat semasa hidupmu?
Kalau Exon, jawabannya adalah "Mau adek."
Dulu Exon sedikit enggan mengakuinya, tapi acting mamanya benar-benar buruk. Bahkan sampai menjadi bulan-bulanan anak kecil. Exon malu, ia ingin mengatakan pada mamanya agar berhenti saja, tapi ia tak sampai hati. Walau akhirnya rasa malu membuatnya tidak begitu nyaman berteman dengan anak-anak lainnya.
Lalu suatu ketika, salah seorang anak teman mamanya bercerita tentang adik barunya. Anak itu begitu pamer soal adiknya itu. Gaya bicaranya seolah mengatakan mama Exon tidak sehebat mamanya hingga tak bisa memberi Exon adik, dan kemampuannya hanya seremeh akting buruknya di televisi.
"Kapan-kapan ya sayang. Sekarang Mama lagi gak bisa. Kondisi Mama lagi kurang sehat." Selalu begitu alasan Papanya.
Sedangkan Exon tidak sabar membuktikan pada orang-orang bahwa mamanya juga hebat, mampu memberikannya adik.
Kata orang tuanya, memiliki adik itu tanggung jawab yang besar. Harus sabar, harus bisa mengajari adiknya hal-hal baik, tidak boleh menyakiti adiknya, dan masih banyak lagi.
Exon berjanji ia akan menjadi abang yang baik. Ia akan mau berbagi kasih sayang orang tuanya, ia tidak akan jahat pada adiknya, ia akan menjaga adiknya, ia akan sering menemani adiknya bermain. Exon sudah melakukan segala hal untuk membuktikan ia mampu untuk memiliki adik, tapi orang tuanya akan berpura-pura lupa akan janji itu.
Sampai Exon masuk TK barulah orang tuanya mengatakan padanya dalam 6 bulan lagi ia akan punya adik.
Tak terungkap bagaimana senangnya Exon mendengar kabar itu. Exon sebisa mungkin tak merepotkan mamanya, karena kata papanya mamanya sedang mudah lelah karena membawa calon adik barunya kemana-mana.
Setiap hari Exon bangun pagi tanpa mamanya perlu datang ke kamarnya. Mainannya selalu langsung ia bereskan tiap selesai bermain. Tak ada baju kotor bercecer. Ia ingin membuktikan ia siap untuk punya adik.
Exon bantu mamanya memakai kaos kaki dan sepatu karena perut buncit mamanya membatasi gerakan wanita itu. Ia selalu sigap pergi ke warung kalau ada cemilan yang mamanya inginkan. Ia juga rajin menemani mamanya kontrol kehamilan. Ia mau membantu mengompres kaki bengkak dan memijat punggung mamanya, karena kata orang-orang mamanya harus bahagia agar adik di dalam perut mamanya juga bahagia.
![](https://img.wattpad.com/cover/298574093-288-k378203.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Act It Out!!
Romance"Never let go." Itulah janji Exon dan Shea yang memiliki latar perdebatan memekakkan telinga dari kedua orang tua dari luar ruangan. Shea mengangguk sambil memegang gemetar tangan Exon yang menutup telinganya agar ia tak mendengar terlalu banyak. Na...