Chapter 14

381 58 29
                                    

Sepatu Dion mengetuk-ngetuk tak sabaran lantai rumah yang dipakai sebagai set rumah Elsa. Sejak kemarin ia telfon, smartphone Shea tidak aktif.

Dion kaget bukan main mendengar betapa bersemangat suara Shea ketika Exon mengajaknya menginap. Di detik pertama, di kepalanya terlintas, "Nih anak bodohnya gak ketulungan." Detik selanjutnya ia pikir, "Apa dia gak ngerti ya maksudnya itu apa?"

Dengan cepat Dion berlari ke parkiran, berniat menyusul. Setengah jalan, ia masih mengikuti. Namun pikirannya silih berganti antara Shea memang bersedia untuk seks atau tidak.

Dion yakin ia akan merasa sangat bersalah kalau Shea diperkosa. Tapi setelahnya ia ingat Shea berusaha menutup-nutupi persoalan ciumannya dengan Exon. Terbersit di benaknya, "Bagaimana kalau mereka memang sama-sama setuju atas hubungan itu?".

Sekalipun mayoritas manusia merasa Dion menyimpang, entah kenapa ia masih tidak bisa menerima penyimpangan dalam bentuk incest. Tapi sekalipun ia tidak setuju, ia tidak punya hak. Ia hanya sekedar teman Shea. Kalau keduanya memang dimabuk kasih, akan sangat memalukan kalau Dion tiba-tiba meloncat masuk di sesi seks mereka sebagai pahlawan salah tempat.

Akhirnya ia hentikan pembuntutan itu. Namun ia mengirim pesan pada Shea terkait kejelasan yang akan mereka lakukan. Shea tidak membalas pesannya.

"Mungkin mereka sedang asik." Sumpah. Sekalipun terdengar konyol dan acuh, tapi itu sudah tebakan terpositif yang Dion punya.

Pintu ruang istirahat para aktris dan aktor terbuka. Shea masuk dan duduk di kursi. Make-up artist langsung menanganinya. Exon pastinya tidak datang bersamanya. Hari ini jadwal syuting pria itu di rumah Rain dan tempat nongkrong Rain.

Dion tilik wajah yang tampak sendu tersebut. Entah apa artinya.

'Apa baru di-unboxing ya?' batin Dion.

Tidak mengherankan bagi Dion jika seorang perempuan lebih pendiam setelah melepas keperawanan. Jangankan dengan yang setabu abang, dengan suami yang dipilih sendiri pun masih ada perempuan yang merasa dirinya kotor telah bersetubuh.

'Gue harus ngapain, njir?'

Dion meminum canggung air minum dalam kemasan yang disediakan. Ingin bertanya, tapi rasanya aneh jika ia langsung menyeletuk, "Lu pake pengaman, kan? Atau butuh gue beliin pil KB?"

Akhirnya ia berbasa-basi dengan apapun yang melintas di kepalanya.

"Eh, lu tau gak Dalton dah keluar dari rumah sakit? Kayaknya jadwal persidangan sama Exon udah keluar deh."

***

Dirundung agensi selama dirawat, Dalton hanya tutup mulut. Karena itu manajernya tak bisa berbicara pada media atas namanya. Begitu ia diperbolehkan keluar, agensinya langsung menjadwalkan klarifikasi atas insiden kekerasan di pesta Nabila. Pengadilan pun telah dikabari bahwa mereka sudah siap untuk datang menghadiri sidang.

Di rumah sakit, berkali-kali ia putar klarifikasi gadisnya di suatu acara. Miskomunikasi tentang putus katanya? Tidak ada kesalah pahaman seperti itu antara ia dan Shea. Gadis itu tak pernah mengatakan ia lelah atau berakhir, sekalipun dengan bahasa tersirat. Shea hanya tiba-tiba menjauh saja.

Dalton jumpai gadis itu menunggu di salah satu ruang VVIP restoran yang sudah Dalton reservasi. Saat ia buka pintunya, Shea membatu sedetik. Setelahnya buru-buru membantu jalan Dalton yang mengapit kruk di ketiak.

Dalton lihat gadis itu menunduk ketika duduk di hadapannya. Tampak gelisah, mungkin karena tahu kebohongannya pada publik telah sampai pada Dalton.

"So?" Hanya satu kata, tapi jelas membuat Shea gelagapan menjawabnya. Tahu ia berhutang penjelasan pada Dalton.

Act It Out!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang