"Jangan begadang. Langsung tidur," pesan Dion saat sampai di depan rumah Shea. Shea hanya balas mengangguk pelan.
Setelahnya motor Dion langsung melaju meninggalkan pekarangan rumahnya. Sedangkan Shea masih berdiri di tempat yang sama melihat arah kepergian pria itu.
'Lu taik banget sih, Di,' keluh Shea dalam hati.
"You like me. Don't you?"
Shea ingin meneriakkan di wajah pria itu. "Iya, anjir! Lu ngapain pura-pura bego!"
Tapi tak mungkin Shea ungkapkan saat tatapan Dion jelas-jelas mengatakan "Berani lu ngungkapin, gue colok mata lu. Pendem selamanya. Najong!"
Memangnya perasaannya semenjijikkan itu ya? Atau ia yang menjijikkan? Malah kata-kata yang digunakan Dion adalah "It finally stopped." Apa maksudnya finally? Dion menanti-nanti sejak lama agar rasa sukanya hilang?
Shea sering dengar keluhan perempuan soal kedekatan sang pacar dengan teman wanita. Kalau dipikir-pikir sih memang menyebalkan menaruh rasa dengan benteng sahabat.
Tapi Shea bukan teman lama yang menjadi nyaman dan berubah menjadi rasa suka. Bukan pula orang yang suka dari awal, berharap dibalas, tapi takut dijauhi hingga berkamuflase menjadi teman.
Ia orang yang dari awal menyatakan cinta dengan terang-terangan. Tapi pernyataan cintanya tak ditolak maupun diterima. Lalu mereka tetap menjalani hari. Hingga tak ada label yang tepat untuk mereka. Dion yang secara asal menempatkannya di posisi teman. Shea sih sudah jujur dari awal ia ingin lebih.
"Ini di friend zone gak sih namanya?" gumam Shea.
Tapi bukannya friendzone itu karena mendapat sinyal abu-abu? Shea kan sudah jelas dari awal. Secara verba malah.
Shea hela nafas berat. Menarik malas kakinya memasuki rumah. Pintu depan telah terbuka. Mamanya tampak menungguinya di depan pintu.
"Masuk, sayang. Di luar dingin. Dion nge-chat tadi bilang hari ini syutingnya berat. Nanti kamu sakit."
Shea berjalan lesu ke pelukan mamanya. Cerita tidak ya soal kejadian hari ini? "Ma, tadi Bang Exon-"
"Lulu dateng loh. Sapa gih."
"Hah?" Shea pun melongok ke dalam rumah. "Hey!"
"Jangan tidur kemaleman," pesan mamanya sebelum melepas peluk. Tahu keduanya pasti akan bergosip.
Shea segera menuju kamarnya, Lulu mengekor. Langsung Shea mengganti baju. "Tiba-tiba bats lu dateng."
Lulu yang goleran di kasur pun dengan santai menjawab. "Gue lihat live ig lu tadi."
"Oh" balas Shea kebingungan menanggapi. Hanya hening selama ia mengganti bajunya.
"Dion juga nge-chat kayaknya lu bakal nangis malem ini," imbuh Lulu lagi. Seperti melempar rasa malu ke wajah Shea.
'Maksud tuh manusia apaan sih ngomongin gitu?'
"So?" tanya Lulu ketika temannya naik ke atas kasur.
Shea lihat temannya beberapa detik. Masalahnya Lulu tidak hanya temannya, tapi juga teman Dion. Gadis itu akan sulit menempatkan diri di antara kedua temannya yang terjebak drama cinta.
"Dion tuh nyebelin. Gak ada hati."
"Ya dari dulu kan kita emang tahu itu, She. Dia muka doang baby face, dalemnya dingin kayak kulkas 20 pintu. Cowok-cowok dia aja dibuat habis manis sepah dibuang. Sampe kontaknya di hp gue aja cool beauty."
"Dia doyan banget mempermalukan gue," tambah Shea.
"Masa sih? Bukannya elu yang hobi banget malu-maluin diri sendiri?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Act It Out!!
Romansa"Never let go." Itulah janji Exon dan Shea yang memiliki latar perdebatan memekakkan telinga dari kedua orang tua dari luar ruangan. Shea mengangguk sambil memegang gemetar tangan Exon yang menutup telinganya agar ia tak mendengar terlalu banyak. Na...