Chapter 16

498 46 28
                                    

Sebenarnya gak ada yang gimana-gimana di part ini. Tapi karena incest intinya dosa, dan kita dihimbau menjauhi dosa saat bulan Ramadhan, saya sarankan kalau anda muslim dan bacanya tanggal 2 atau setelah itu, sebaiknya setelah berbuka saja.

***

"Gak mau masuk?" tanya Shea ketika mobil Exon berhenti di depan rumahnya. Mengantar Shea agar gadis itu bisa mengambil beberapa barang yang Shea butuhkan untuk syuting hari ini. "Mama lagi gak di rumah kok," imbuh Shea.

"Gak di rumah?"

"Anda kira bagaimana bisa saya nginep bareng anda 2 malam berturut-turut? Kena omeli lah kalau Mama di rumah." Shea menggeleng cepat. "Kalau bilang nginep bareng Abang sih gak bakal dimarahi ya."

"Kemana lagi tuh orang? Nyari sugar daddy?" hina Exon ringan.

"Hadehhh" Shea berdecak. "Jadi orang nethink mulu dah. Mama lagi ke rumah Om Bastien. Lagi sakit soalnya. Aku mau ikut juga, tapi kata Mama selesaiin dulu syutingnya." Gadis itu menggembungkan pipinya lesu. "Kayaknya hari ini sih pulang, paling ntar agak sore."

"Mau masuk gak?" tawar Shea ulang. "Masuk aja ya?" paksanya menarik tangan Exon.

"Silahkan masuk!" ujar Shea mempersembahkan rumah sederhana mereka.

Exon langsung berhadapan dengan foto keluarga mereka di ruang tamu. Tapi ia memilih tak berkomentar apapun sekalipun sadar Shea menanti suatu reaksi.

"Kamar aku sebelah sini," tuntun Shea.

"Buset. Berantakan bats."

Shea hanya cengengesan. "Kan aku lagi sibuk," dalihnya cepat.

Exon masuk dan mengabsen isi kamar itu. Memastikan tak ada yang aneh-aneh semisal komik gay. Exon tidak peduli dianggap terlalu diskriminasi dan menuduh, tapi Dion langsung memaki-makinya atas jawaban yang sudah Exon pikirkan setengah mati. Kesan pertama yang ia dapat dari pria itu buruk sekali.

"Btw, Abang gak ada schedule pagi ini?"

"Kagak. Elu?"

"Harusnya sih ada. Jadi model catalogue baju. Tapi diubah jadi lusa."

"Lu modeling?"

Shea mengangguk. Masuk dunia hiburan itu sulit, tapi sekali masuk, pintu jalur ke yang ia inginkan akan lebih besar. Sebelum ia mendapatkan agensi, Mamanya juga tidak bisa jamin ia akan debut lewat jalur apa agar bisa sampai ke akting. Karena itu ia mengambil kelas acting, modeling, hosting, vocal.

Karena sudah ada pengalaman, Shea lumayan yakin menerima beberapa pekerjaan di luar akting. Dan ia rasa kebanyakan selebritis Indonesia juga tidak fokus pada 1 bidang. Mereka ada di beberapa cabang dunia hiburan.

"Abang gak ada ambil job modeling?" tanya Shea pula.

"Gue mau hidup damai, bukan mau pamer muka kemana-mana," balas Exon menghela nafas.

"But you're an actor,"

"Never like it tho."

"Kok gitu? Padahal kan akting seru," rengut Shea.

"Bagi lu berpura-pura itu seru?" balik Exon nyinyir.

"Ih! Bukan!" bantah Shea. "Kan kalau akting bisa rasain jadi berbagai macam orang. Kejadian, situasi, perasaan, dan sifat yang bahkan aku aja belum pernah alamin atau tau."

"Lu krisis identitas sampe perlu tambahan personality orang lain?"

Shea berdecak malas. "Abang mah gitu." Shea pun keluar dari kamarnya, Exon mengekor.

"Masih ada waktu sebelum syuting hari ini. Abang makan di sini ya? Aku masakin," putus Shea.

"Lu bisa masak?" tanya Exon terkejut.

Act It Out!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang