Chapter 23 Part 3

542 38 35
                                        

"She?"

Shea mendongak ketika namanya dipanggil. "Ya?"

"Gak mesan? Mbaknya nungguin loh."

Shea mengangguk cepat. Lalu langsung memesan menu teratas yang ditangkap matanya.

Setelahnya ia kembali tenggelam lagi dalam lamunan.

'Itu bukan apa-apa kok, She. Kalau diingat-ingat lu juga pernah lamar Papa sama Mama. Anak kecil pasti pernah gitu kok. Normal-normal aja kalau dulu pengen nikah sama Bang Exon. Itu gak abnormal. Emang masih polos aja.'

"Dek?" Shea menatap lesu abangnya. Rasanya nyaman sekali tiap Exon memanggilnya dengan lembut seperti itu. "Kenapa? Capek? Kita pulang?"

Shea menggeleng. Ia sudah membuat rencana mau pergi kemana. Lagi pula ia libur hanya hari ini. Besok sudah kembali syuting.

"Lama nunggu, sayang?" Shea bahkan tak sempat menoleh memastikan itu siapa, ia sudah melihat abangnya dan wanita asing berpagutan.

Mereka memakai ruang privat sih. Tak kan ada yang melihat "pacarnya" mencium perempuan lain. Tapi kan....kasih aba-aba dulu kek. Ini kan namanya porno aksi. Selain itu....kenapa Fiona di sini?

Ini kan waktunya quality time yang ia dan Exon rencanakan.

Fiona duduk di sebelah Exon. Menuntun lengan Exon merangkulnya. Dan Exon menurutinya.

Fiona memesan makanan untuk dirinya. Lalu keduanya bermesraan. Sampai Shea merasa canggung barang melihatnya sekalipun.

Pelayan yang menghidangkan akhirnya menyelamatkan Shea. Ia makan makanannya tanpa satu kali pun melirik hal lain. Sadar diri.

Tiba-tiba ia rasakan sebuah tangan menyeberang meja mengusap bawah bibirnya. "Makannya biasa aja. Makanannya gak bakal lari. Berantakan banget. Udah kayak perang," kekeh Exon.

Pipi Shea bersemu merah ketika pria itu menjilat ibu jarinya yang dinodai saus steak yang Shea makan. Lalu Shea langsung menunduk begitu menyadari tatapan tajam dari Fiona.

"Steak-nya enak. Jadi buru-buru," balas Shea pelan.

Shea menatap iri Fiona yang tampak tenggelam dalam rangkulan sebelah tangan Exon. 'Enak ya kecil-kecil imut-imut kayak gitu. Gimana-gimana pun kesan yang dikasih bakal cute.'

Shea menghela nafas pelan. Yang pernah menyebutnya cute sih hanya Exon seorang. Sisanya mengatakan ia absurd dan barbar kalau dalam kehidupan sehari-hari. Hanya mendapat pujian saat ia sedang bekerja. Kadang rasanya ingin juga mendapat pujian saat tak perlu berusaha.

Shea lirik lagi pasangan di hadapannya. Fiona menempel pada Exon. Lalu memberi ciuman-ciuman kecil mengikuti garis rahang tegasnya.

Shea coba ingat-ingat lagi bahwa ia tak salah, bukan ingatan palsu, bahwa mereka jalan-jalan hari ini adalah bentuk permintaan maaf dari Exon karena pergi dari rumahnya tanpa penjelasan. Hanya saja Shea tak tahu di bagian mana keadaan saat ini yang merupakan niat minta maaf dari Exon. Ini....tak terasa tepat atau menyenangkan sama sekali.

Shea mau bertemu Fiona. Shea mau dikenalkan pada Fiona. Mau Fiona berhenti salah paham atas dirinya. Tapi bukannya hal yang seperti itu direncanakan terlebih dahulu? Tidak sepatutnya muncul di sela-sela siblings time ia dan Exon, kan? Ditambah lagi sejak tadi Exon tak terlihat ada niatan ingin menjelaskan apapun. Lalu apa gunanya pertemuan ini?

Shea dengar suara decapan ciuman keduanya, hingga ia tak berani lagi mengangkat wajahnya. Mencoba mengetik beberapa pesan kepada salah satu kontak. Lalu harap cemas menghitung waktu dari pesannya dibalas. Belasan menit, ia jadi semakin resah.

Act It Out!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang