Aku gak tau aku nulis apaan. Tapi baca sampai TBC yah. Hati-hati kepotong kalau wattpad lagi error.
99% hati Shea milik Dion. 1% sisanya milik Exon.
Shea tak pernah bilang begitu. Exon yang berkata demikian. Kenyataannya? Shea sendiri tak tahu.
Tapi kemarin ia cemburu sampai hilang akal hanya karena Exon memakai benda pemberian mantannya. Dan itu tak terasa seperti reaksi yang timbul dari perasaan yang hanya 1%.
Shea belai pipi pria yang masih terlelap dalam tidurnya. Betapa tampannya sampai terasa tak nyata. Shea tak suka matematika. Karena itu ia tak akan memberi angka pada apa yang ia rasakan. Hanya saja ia tahu Exon telah menguasai hatinya.
Hey, itu hatinya. Exon harusnya tak bisa menjajahnya begitu saja. Namun nyatanya sekalipun disebut menjajah, rasanya begitu lega dan bahagia. Seperti semua yang membebani hatinya terangkat begitu saja. Padahal kalau diingat-ingat ia baru saja patah hati karena cinta palsu.
Wajarnya ia tak harusnya sebahagia ini, kan?
Normalnya ini momen hatinya campur aduk antara bahagia dan sedih, kan?
Tapi rasanya tidak demikian. Tidak abu-abu. Warnanya jelas dan menyeluruh. Hatinya berwarnakan Exon.
Apa ia memang sebesar ini mencintai Exon dari awal? Atau ini cinta yang berkembang sangat pesat karena benteng norma dan akal sehat yang membatasi Shea sudah runtuh?
Shea pernah diajak Papanya liburan ke desa saat ia kecil. Di sungai di desa tersebut terdapat bendungan. Shea ingat betul sungainya. Kotor. Penuh sampah. Berbau menyengat. Tak terlihat bisa terselamatkan sama sekali. Hancur karena tindakan masyarakat yang tinggal di sekitar sungai tersebut. Beberapa hari di sana, badai berkecamuk. Badai yang parah sampai bendungan pun jebol. Air yang telah tertahan bendungan mendadak lepas hingga menghancurkan semua rumah di pinggir sungai.
Berita yang sangat menyedihkan kalau didengar. Namun saat Shea melihat ke sana, ia lihat sepanjang sungai itu bersih. Sangat bersih malah. Tidak ada sampah sama sekali. Bahkan puing sisa rumah saja tak ada, seolah memang tak pernah ada yang tinggal di situ sebelumnya. Detik itu Shea diperlihatkan bentuk asli sungai itu. Indah dan asri. Alam mengambil tindakannya sendiri untuk memperbaiki apa yang menjadi miliknya.
Yang Shea rasakan pada Exon persis seperti itu. Exon membuat porak poranda akal sehatnya, pegangan hidupnya, dan batasannya. Benar-benar hancur tak bersisa. Namun di hati yang semula Shea kira tak lagi layak huni itu Exon membasuh bersih semua sampah yang ada. Exon memperlihatkannya hatinya. Menunjukkan padanya "Hey, ini cantik kok. Kita bisa nanam cinta kita di sini." Bermula dari satu bagian kemudian tumbuh merambat ke bagian lainnya. Terasa sangat alami. Seolah itu memang hal yang harusnya terjadi. Seolah dikembalikan pada pemilik aslinya.
Shea kecup ringan bibir menggoda kekasihnya. Berbisik mesra di telinganya. "Sayang, bangun."
Exon yang setengah sadar hampir menariknya dalam pelukan. Namun Shea menghentikannya.
"Aku pegang kopi. Ntar tumpah!" serunya cepat.
Exon melepasnya. Shea letakkan gelas kopinya di nakas samping tempat tidur. Menyelinap di balik selimut yang Exon pakai. Memeluk erat kekasihnya.
"Sayang, bangun yuk? Ntar kita kejebak macet," ajak Shea merayu.
"5 menit lagi" lenguh Exon malas.
5 menit berlalu dengan damai. Saat Exon akhirnya membuka mata, pria itu tiba-tiba menarik bantal ke depan pinggangnya.
"Kenapa?" tanya Shea heran.
"I got morning wood," gumamnya hampir tak bisa Shea dengar. Suaranya lebih berat dari biasanya. Seksi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Act It Out!!
Romance"Never let go." Itulah janji Exon dan Shea yang memiliki latar perdebatan memekakkan telinga dari kedua orang tua dari luar ruangan. Shea mengangguk sambil memegang gemetar tangan Exon yang menutup telinganya agar ia tak mendengar terlalu banyak. Na...