Chapter 25

700 42 52
                                    

Maap lama up. Serius, mikirnya habis vote waktu itu besoknya bakal langsung selesai. Tapi aps nulis aku emang tau mau bikin adegan apa. Tapi gak kerasa flow-nya gitu. Kayak tahapan adegannya itu maksa. Jadi aku butuh waktu buat nulisinnya.

Btw, sekali lagi aku ingatkan. Wattpad suka eror buat cerita yang panjang. Cerita ini 9,5K. Jadi pastikan baca sampe tulisan TBC.






Shea menoleh pada Exon ketika mobil abangnya telah terparkir rapi.

"Bang, mata aku gak kelihatan kan habis nangis?" tanya Shea memastikan.

Exon tatap baik-baik wajah adiknya sepersekian detik. Lalu menggeleng. "Kan tadi di sepanjang jalan dah dikompres pake es."

Shea mengangguk mengerti. Meskipun bibirnya masih cemberut. "Takut ketahuan. Kan malu."

Exon acak-acak puncak kepala gadisnya. Ia pasang kaca mata hitam yang biasa ia pakai. "Turun yuk?"

Sebuah vila terpampang di depan wajahnya. Tempat yang disewa untuk para aktris dan kru tinggal selama proses syuting.

"Duluan aja. Abang ngeluarin koper dulu."

Shea pun melangkah lebih dulu membelah parkiran vila.

"Shea!" seru seorang gadis.

Shea langsung menoleh. "Lulu?!" Ia menganga kaget. Temannya telah sampai di hadapannya. Refleks loncat-loncat bersama ketika kedua tangan mereka sudah bergenggaman. "Kok lu bisa ada di sini?" tanyanya bersemangat.

"Dion ngajak gue."

Satu nama itu langsung membuat ekspresi Shea berubah malas. Dan Lulu sadar perubahan itu.

"Lu berdua lagi ribut ya?" tebaknya yakin. Ini bukan pertama kali ia dibawa-bawa untuk mendamaikan kedua temannya.

Tidak hanya Lulu sih. Masing-masing mereka pernah menjadi pendamai saat dua di antaranya bertengkar. Ini bukan hal baru. Taktik lama. Agar tak canggung berduaan.

"Gak tau lah, Lu," balas Shea tanpa minat.

Lulu mengangguk mengerti. Syukurnya dalam pertemanan mereka tidak ada orang yang terlalu sensitif. Jadi tidak ada yang bermasalah ketika dua temannya merahasiakan sesuatu dari salah satunya. Mereka paham sifat masing-masing. Tak akan merasa tersisih. Karena bisa saja masalah yang ini cocoknya dengan ini, masalah yang itu cocoknya dengan itu. Selama mereka tak menjelek-jelekkan di belakang, maka rahasia yang tak dibagi bukanlah masalah.

"Ya udah kalau gak mau cerita," tukas Lulu enteng.

"Siapa?" Suara maskulin seorang pria tiba-tiba ikut nimbrung dalam percakapan mereka.

Lulu mendongak tajam untuk melihat seorang pria yang menumpukan dagunya di ubun-ubun kepala Shea. Tidak pernah ia perhatikan Shea yang jangkung ternyata bisa menjadi ukuran mini saat bersama pria itu.

"Lulu. Teman aku. Udah pernah aku bawa ke lokasi syuting kok. Abang gak ingat?" Shea menoleh. Exon menggeleng. Langsung menghasilkan decakan dari Shea. "Ya udah. Kenalan aja. Lu, ini Bang Exon."

Lulu menatap pria itu antara tak selera dan jijik. Jangan kira ia akan lupa orang ini melecehkan sahabatnya di depan seluruh penonton siaran live-nya. Lulu tak merestui tuh Shea bersama dengan orang yang santai-santai saja nyosor di depan umum. Tapi walau ia tak merestui, ia tak akan memaksakan pendapat. Ia hanya akan mengingatkan Shea bahwa lelaki brengsek bukanlah idaman.

"Lulu" "Exon" ucap keduanya bersamaan ketika menjabat tangan.

"Masuk yuk, She!" ajak Lulu langsung menarik tangan temannya hingga terlepas dari belenggu Exon.

Act It Out!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang