Jadwal syuting selanjutnya, Shea lebih bersemangat dari sebelumnya. Sangat bersemangat malah. Saking semangatnya dialog-dialognya sudah diucapkan berulang-ulang dengan menggebu-gebu di sepanjang perjalanan menuju lokasi syuting.
Shea tidak hanya mengucapkan dialog Elsa, tapi juga Rain. Dion yang kena getahnya. Tokoh Rain itu entah kenapa suka kali menarik paksa tangan orang. Kalau bukan itu, dia suka mendorong bahu orang sampai terpental dan terpojok di dinding.
Dion merasa mereka sedang perjalanan menuju ajal karena Shea menarik tangan atau mendorong-dorong dirinya yang sedang menyetir. Tapi ditegur berapa kali pun, Shea tak mendengarkan. Telinganya sudah tersumpal oleh khayalan bagaimana interaksinya dengan Exon hari ini.
Mata Shea cepat mencari sosok Exon di sekolah yang disewa tersebut. "Abaaaaang!" serunya ketika berlari menghampiri.
***
Exon menghela nafas jenuh mendengar seruan dari suara yang ia kenal. Ken melihat sejenak gadis yang berlari ke arah mereka dengan mulut menganga seperti orang keterbelakangan mental. Ia tertawa kecil melihat menderitanya Exon.
Exon mau kabur juga tak bisa, ini memang lokasi syutingnya. Mau terang-terangan memusuhi juga sudah tak bisa, karena sebelumnya ia menyiram minuman kaleng di kepala gadis itu di depan banyak orang. Kalau sikap Exon masih bermusuhan, bisa dikira ia membully anak baru hanya karena ia merasa berkuasa telah lebih senior. Dan ditambah lagi ia stress karena memerankan Rain yang sikap sok cool-nya itu terlalu norak.
"Ajal gue kapan, Ya Tuhan?" gerutunya tak berdaya.
"Lu kenapa stress sih? Tuh cewek cantik loh. Pacarin aja. Bagus juga kan efeknya ke rating film ini?" cetus Ken.
Exon menganga. "What the-"
"Hai Abang!"
Exon tak menanggapinya. Melihat-lihat arah lain seolah Shea tembus pandang. Shea malah berdiri di hadapannya. Kemana Exon bergeser, ia mengikut. Melompat-lompat di depannya, untuk membatasi pandangan Exon, agar hanya melihat padanya.
"Syutingnya belum mulai loh, She. Ntar lu capek karena lompat-lompat mulu," tegurnya sok logis. Tak mungkin menghantam wajah menyebalkan itu dengan kepalan tangannya.
"Kyaaaaa!" pekik Shea memegangi pipinya, terpesona berlebihan. "Bang Exon perhatian banget deh! Shea jadi makin suka!" godanya memeluk sebelah lengan Exon.
"She, jangan nempel-nempel cowok. Ntar dikira lu gatel," tegur Dion yang sampai belakangan karena tak mau berlari-lari seperti Shea.
Shea merengut. Image yang dibentuk manajemennya memang gadis baik-baik. Tapi sekalipun ia menempel pada Exon tanpa maksud keganjenan, orang tetap tak tahu hubungan mereka yang membuat Shea seberani itu.
Shea melepasnya dengan tak rela. "Bang, ntar malem dinner bareng yuk? Shea traktir. Tapi jangan yang mahal-mahal," ajaknya dengan mata berbinar.
"Ntar malem gue ada acara," dusta Exon bahkan tak balas menatap mata lawan bicaranya.
"Shea tungguin," timpal Shea masih tak menyurutkan semangat.
"She, gak ada lembur kalau gak penting. Ada ulangan di sekolah lu. Lu harus masuk sekolah besok," sela Dion mengingatkan.
Shea mencebikkan bibirnya lesu. Dulu ia sangat suka sekolah. Bukan sekolahnya sih, temannya yang ia senangi. Tapi sejak ia masuk dunia entertainment, ia sangat sering izin tak sekolah karena keperluan kerja. Walau tugasnya masih dikumpulkan sekalipun ia tak masuk. Lalu ia juga selalu hadir di tiap ulangan dan ujian sekolah. Tapi itu tidak cukup untuk mengganti hari-hari ia tak ada. Obrolan temannya tak lagi ia pahami, sudah ketinggalan terlalu banyak kejadian. Ia tidak punya teman dekat lagi. Ia jadi tidak terlalu suka sekolah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Act It Out!!
Romance"Never let go." Itulah janji Exon dan Shea yang memiliki latar perdebatan memekakkan telinga dari kedua orang tua dari luar ruangan. Shea mengangguk sambil memegang gemetar tangan Exon yang menutup telinganya agar ia tak mendengar terlalu banyak. Na...