Chapter 18

481 48 39
                                    

Exon menunggu dengan gelisah adiknya di set. Saat pintu terbuka, langsung Exon hampiri adiknya. Menariknya menjauh untuk diajak bicara berdua.

"Sayang, maaf. Gak maksud nuduh yang nggak-nggak. Cuma...cuma..." ...ingin memastikan Shea aman.

Apapun itu, Shea berhak mendapat yang terbaik. Dion jelas bukan yang terbaik. Exon tidak mengerti kenapa sangat sulit bagi Shea meninggalkan pria itu. Ia hanya ingin tahu kejelasan apa saja yang terjadi di antara mereka selain berciuman yang katanya bukan apa-apa itu.

"It's okay."

Exon menatap sendu adiknya. "Baby...." Entah bagaimana mendeskripsikan rasa bersalah yang ia rasakan setelah menanyakan hal senegatif itu pada Shea. Tapi ia memang tidak percaya pada Dion.

Sangat jelas laki laki-perempuan tidak bisa hanya bisa menjadi teman, bahkan ketika salah satunya homoseksual. Shea pihak yang mencinta, Exon cukup yakin Shea tak melakukan hal-hal buruk untuk meraih cintanya. Tapi Dion? Pria itu boleh saja gay. Tapi gay tidak otomatis membuatnya tak mungkin mengambil keuntungan dari gadis yang jatuh cinta padanya. Shea aktris terkenal, bisa saja Dion memasukkan obat tidur ke minuman aktrisnya, menelanjanginya, mengambil foto bugil Shea, lalu memperjual belikannya. Siapa tahu, kan?

"I'm okay," ulang Shea yakin.

"Abang salah. Maaf ya, Dek. Please....I didn't mean to." ucap Exon memohon.

Shea belai sebelah pipi pria itu. "Don't mind. I forgive you."

Dengan perasaan bersalah yang belum beranjak, Exon peluk erat adiknya. "Thank you," ucapnya sungguh-sungguh. Lalu menciumi wajah cantik gadis yang berdasarkan ingatan Exon masih kategori bayi. Dan bayi kesayangannya itu....ditarik darinya.

Tatapan Exon langsung menajam. Shea yang sudah hapal betul bagaimana abangnya langsung menghadangnya. "Abang, udah. Dion manajer aku. Dia cuma-"

"Do I look like I care?"

Shea menghela nafas berat. Langsung menarik abangnya ke ruangan lain dimana mereka bisa berbicara berdua.

"She, don't," tegur Dion saat gadis itu hanya akan berduaan dengan Exon di ruangan lain, yang jelas-jelas akan membuat orang punya opini masing-masing apa yang mereka lakukan di dalam sana.

"Bentar!" balas Shea menyeru kesal. Tak satupun yang sabaran. Exon tidak, Dion juga tidak.

"Abang,-"

"No" tolak Exon bahkan sebelum mendengarnya. Kalau sudah nada bicara Shea seperti membujuk seperti itu, apalagi tadi dengan pembelaan Dion adalah manajernya, Exon yakin topik pembicaraan ini adalah hal yang tidak ia sukai.

"Abang, denger dulu!"

"No." balas Exon keras kepala. Ia tidak ingin mendengar apa yang Shea inginkan. Karena ia akan jadi kepikiran dan merasa bersalah ketika ia tidak bisa mengabulkannya.

"Kalau Abang sayang sama aku, dengerin aku ngomong dulu!"

Kan? Pakai jurus itu.

"Abang, orang tuh kalau lihat kita skinship berlebihan, bakal diomongi yang nggak-nggak. Abang mau aku dikatai cewek gak bener?"

"She, hidup itu bukan soal muasin opini orang. Abang seneng kayak gini. Kamu juga. Dan gak bakal ada hari dimana manusia sedunia atau minimalnya se-Indonesia ini kompak tentang sesuatu. Bakal ada aja yang salah. Gak bakal ada akhir dari nurutin keinginan orang."

"Tau. Tapi kalau mayoritas bilang itu gak baik, berarti itu gak baik. Ada yang salah sama kita."

"Gak ada yang salah sama kita!" bantah Exon tidak mau tahu.

Act It Out!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang