Part 13

4.4K 308 2
                                    

Hari minggu sore dan Nadia bersama dengan Mikey masih ada di rumah Rama. Rencananya, siang hari setelah mereka akan pulang setelah makan siang, tapi semua itu gagal. Setelah berbincang mengenai permintaan Rama yang ingin lebih serius menjalin hubungan dengan Nadia, mereka kemudian menghampiri Mikey dan Silla. Namun, pemandangan yang nampak sungguh mengagetkan bagi Rama dan juga Nadia. Mikey tertidur di karpet berbulu sedangkan Silla juga tertidur dengan perut Mikey sebagai bantalnya. Keduanya terlihat sangat lelap, bahkan Mikey sedkit mendengkur tapi itu tidak membuat Silla terganggu. Rupanya mereka kecapekan setelah tadi bermain hampir seharian.

Melihat Mikey dan Silla tertidur dengan nyenyak, Rama memanfaatkan itu semua untuk kembali mendekati Nadia. Dia tadi memang nekad mengungkapkan isi hatinya, namun Nadia masih belum menjawab dengan jelas, apakah dia menerima Rama ataukah tidak. Keduanya kini duduk manis di teras depan rumah.

"Jadi, gimana Nad? Apa boleh saya jadi papa buat Mikey?" Kembali, Rama bertanya kepada Nadia.

"Mas, kita masih baru saja kenal. Kita masih belum tahu siapa dan bagaimana masing-masing. Banyak yang belum saling kita ceritakan mas." Celutukan dari Mikey tadi tidak bisa dijadikan alasan buat Nadia. Akhirnya, dia harus mengutarakan alasan sebenarnya.

"Ya udah, kita lagi ngobrol nih. Kita bisa saling cerita tentang kita"

"Kita bahkan baru bertemu lima kali, mas. Apa tidak terlalu tergesa? Biarkan semua berjalan dengan apa adanya." Nadia berucap sembari tersenyum manis. Rama menanggapi perkataan Nadia itu juga dengan senyum. Masuk akal memang. Mereka memang baru saja bertemu lima kali. Tapi, Rama tidak mau kehilangan kesempatan mendapatkan Nadia. Hatinya semakin yakin saat melihat bagaimana Mikey dan Silla berinteraksi. Tidak ada kecanggungan sama sekali diantara mereka. Mereka berdua bermain bersama selayaknya saudara kandung. Juga bagaimana Nadia memperlakukan Silla seperti anaknya sendiri. Bagaimana dengan telaten Nadia menanggapi celotehan-celotehan random khas anak yang ingin tahu segalanya. Bagaimana ternyata kedua orang tuanya pun menyetujui kehadiran Nadia, bahkan dengan keadaan Nadia yang seorang single parent membuat Rama semakin yakin.

"Eh, ngomong-ngomong kemarin ke mall sama Mikey mau ngapain? Mau beli apa?" Pertanyaan dari Rama, membuat Nadia langsung menepuk jidatanya sendiri. Dia dan Mikey malah kelupaan untuk membeli laptop.

"Astaga, sampai lupa. Kemarin ke mall itu buat beli laptop buat Mikey. Dia udah di kelas dua belas. Banyak tugas. Jadi butuh laptop. Kemarin itu ke mall niatnya buat beli laptop." Nadia menceritakan secara lugas kepada Rama.

"Ya udah, ntar kita makan malam aja di luar. Sekalian kita bisa mampir ke toko laptop buat beli laptop buat Mikey" Rama tersenyum saat melihat bagaimana wajah Nadia nampak sedikit kaget dan itu justru terlihat menggemaskan di mata Rama. Ekspresi yang natural, tanpa dibuat-buat.

Sore harinya, sesuai dengan rencana, mereka akan makan malam bersama di luar, sekaligus akan membeli laptop untuk Mikey dan mengantarkan kembali Nadia dan Mikey ke rumah mereka. Sama seperti kemarin malam, posisi mereka kali ini juga tidak berubah. Nadia bergandengan tangan dengan Silla berjalan sedikit di depan Rama yang tangannya merangkul pundak Mikey. Senyum santai menghiasi wajah mereka.

Senyum Mikey semakin bertambah lebar, saat Rama malah membelikannya laptop baru dengan spesifikasi yang tinggi. Bukan itu saja, Rama juga membelikan Mikey ponsel baru juga. Sebenarnya Rama inginnya membelikan ponsel itu untuk Nadia. Tapi karena Nadia menolaknya, maka Mikey yang akhirnya mengambilnya. Padahal, tujuan utama Rama membelikan ponsel itu untuk memperlancar komunikasinya dengan Nadia. Dia sedang berusaha keras bagaimana meluluhkan hati Nadia.

Selesai semuanya, sekarang mereka meluncur ke rumah susun dimana Nadia dan Mikey tinggal. Hari masih belum terlalu larut. Rama sebenarnya masih ingin menghabiskan waktu bersama dengan mereka, tapi karena besok Mikey masih harus sekolah, membuatnya harus mengalah.

Sampai di unit rumah susun Nadia, pandangan Nadia dan Mikey langsung tertuju pada satu orang yang berdiri bersandar di tembok depan. Dia Dito.

"Pah, makasih ya udah beliin laptop baru buat Mikey." Perkataan dari Mikey justru membuat Rama bingung. Dia paham jika Mikey tipe anak yang ekspresif jika sudah dekat dengennya, namun tetap saja ini terlalu berlebihan.

"Hm.. Makasih juga ya pah buat ponsel barunya. Hehehe.. Akhirnya Mikey punya ponsel baru juga pah" Saat berkata itu, ekor mata Rama lalu menangkap seorang yang menatap mereka dengan pandangan yang sulit diartikan.

"Iya, inget laptopnya dipake buat belajar sama ngerjain tugas ya. Jangan dipake buat mainan" Rama berkata sambil mengacak ringan rambut Mikey.

"Bundaaa... Besok kita main lagi ya?" Kini giliran Silla yang berucap sambil tangannya menarik-narik baju Nadia.

"Iya sayang. Nanti kita bisa main lagi." Nadia menganggapi rengekan dari Silla dengan sabar.

"Bunda, besok kita ke rumah kakek aja. Di sana lebih gedhe rumahnya. Gak kayak rumahnya papa." Silla berkata dengan merentangkan tangannya untuk menggambarkan luasnya rumah Wahyudi.

"Iya sayang... Iya... Nanti kita main bareng ke tempatnya kakek" Nadia berkata sambil mencubit pipi Silla. Setelahnya, Nadia juga menciumi wajah Silla dengan gemas.

"Oke, pamit dulu ya. Silla ayok pamit dulu sama bunda, sama kakak juga" Rama lalu mengarahkan Silla untuk salim dengan Nadia dan Mikey. Selesai dengan semuanya, Rama dan Silla lalu masuk ke mobil.

"DAAAADAAAAH PAPA... KALAU UDAH SAMPE RUMAH TELPON MIKEY YAAA..." Mikey berteriak heboh sambil tangannya melambai lambai ke arah mobil yang mulai bergerak meninggalkan parkiran rumah susun itu.

Dito yang meliihat dan mendengar itu semua langsung teriris perih perasaannya. Bahkan Mikey dengan ringannya menyebut seorang lain dengan sebutan "papa". Tentu saja dia iri. Tentu saja dia ingin jika yang dipanggil papa sama Mikey itu adalah dia. Dia adalah ayah kandungnya. Bukan lelaki itu. Dan lagi, melihat bagaimana hangatnya interaksi dari empat orang itu membuat hatinya ingin berteriak. Dia ingin dialah yang menjadi lelaki itu. Dialah orang disayang oleh Nadia dan juga Mikey.

Mencoba mengabaikan keberadaan Dito, Nadia dan Mikey berjalan dengan tidak mempedulikan keberadaannya. Mereka melangkah begitu saja.

"Nad..." Dito menahan lengan Nadia yang hendak membuka pintu rumahnya. Melihat apa yang dilakukan oleh Dito, Mikey langsung menepis tangan Dito.

"Anda tidak diterima di sini Pak Dito. Jadi, bisa anda lepaskan tangan anda dari bunda saya?" Mikey berucap dengan geram dan marah yang tertahan.

"Mikey...."

"Silakan pergi dari sini atau saya akan teriak kalau anda itu maling! Anda tentu tahu bukan bagaimana kalau orang diteriaki maling di rumah susun ini?"

Dito kembali menyerah. Dia harus kembali kalah dengan Nadia dan juga Mikey. Dengan perlahan, dia melepaskan tangannya dari lengan Nadia. Dengan teratur, dia melangkah mundur dan meninggalkan Nadia dan juga Mikey.

Berbagi Hati (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang