Part 20

5K 298 2
                                    

Kesadaran Nadia perlahan pulih. Matanya mengerjab pelan. Rama dan Mikey yang duduk di samping Nadia mendesah lega. Rama lalu menyeka keringat yang membasahi kening Nadia.

"Mikey, tolong nyalain kipas anginnya, biar ada pergantian udara dan gak pengab" Mikey mengangguk dan menyalakan kipas angin di meja samping tempat tidur.

"Gimana? Ada pusing barangkali? Atau mau minum dulu?" Rama lebih mendekatkan tubuhnya ke arah Nadia.

"Minum, mas" Lalu Rama menyodorkan gelas berisi air putih dan Nadia meminum beberapa teguk.

"Udah? Ngerasa lebih baik?" Pertanyaan Rama dijawab anggukan lemah dari Nadia.

"Oke, kalau gitu istirahat aja. Soal laundry-an, biar ntar dikerjain Mikey sama mas. Udah makan belum? Mas pesenin makanan ya?" Rama lantas membuka aplikasi pesan antar dari ponselnya, dia mengutak-atik sebentar sebelum kembali memasukkan ponselnya ke saku bajunya. Saat Rama hendak berdiri dan beranjak, tangan Nadia meraih lengan Rama dan menahannya. Rama yang paham akan itu, lantas kembali duduk.

"Tadi orang tuaku, ah bukan, bekas orang tuaku datang mas. Mereka yang udah ngebuang aku, yang udah caci maki aku, tiba-tiba saja datang. Ngaku-ngaku lagi sebagai orang tua lagi." Rama paham. Mungkin Nadia ingin melepaskan emosi yang ada di dirinya. Dengan membuka cerita, mungkin akan membuat perasaan Nadia menjadi lebih baik. Rama membiarkan saja Nadia bercerita. Mikey yang juga penasaran dengan apa yang sesungguhnya terjadi. Dia lantas mengambil duduk di sebelah Rama.

"Aku berusaha berbakti sama orang tua, nurut sama meraka. Mereka ngejodohin aku sama Dito, aku nurut aja. Mereka minta aku jadi ibu rumah tangga aja dan gak usah nerusin cita-citaku, aku juga nurut. Apapun yang mereka minta, kalau aku bisa, aku lakuin. Tapi, apa yang mereka lakuin? Mereka ngusir aku, bahkan mereka gak mau ngakuin aku sebagai anaknya sendiri" Nadia menghela napas panjang. Rasanya sungguh perih saat membuka kembali kenangan yang penuh dengan luka.

"Tiba-tiba aja saat aku dan Mikey udah sampai di titik ini. Sampai di posisi dimana aku udah bahagia, udah seneng hidup berdua aja dengan Mikey, mereka datang. Minta maaf, minta kesempatan kembali, minta balikan. Apa mereka gak mikir perasaanku? Apa mereka mikirnya aku cuman barang yang gak punya hati? Gak punya perasaan?" Rama menyodorkan gelas berisi minum, namun ditolak oleh Nadia. Dia ingin menyelesaikan dulu semuanya supaya sesak di dadanya bisa berkurang.

"Trus, sekarang aku harus bagaimana? Mereka datang lagi dan minta maaf. Mereka ke sini setelah Dito ngasih tahu, semudah itu mereka percaya sama orang lain tapi enggak sama anaknya sendiri. Sama, kayak dulu. Mereka percaya sama orang lain dan malah gak percaya sama anaknya sendiri" Nadia mendesah dengan menghela napas panjang beberapa kali. Mencoba untuk menetralkan emosinya.

"Mungkin banyak yang bilang, kalau enggak ada yang namanya bekas anak atau bekas ayah atau bekas ibu, tapi itu gak berlaku buat aku. Nyatanya, aku ngalamin itu semuanya. Dua orang tuaku bahkan membuangku, mencaciku dan sama sekali gak membelaku"

Pandangan Nadia kosong menatap langit-langit kamar. Rama masih membiarkan saja Nadia bercerita. Rama memposisikan sebagai pendengar yang baik. Sedangkan Mikey, dia hanya bisa menunduk. Dia sangat paham bagaimana perasaan dari Nadia. Satu kali, pernah dia tidak sengaja menemukan dan membaca buku harian Nadia. Dari situ akhirnya Mikey tahu bagaimana cerita mengenai bundanya itu. Sejak saat itu, Mikey berjanji bahwa dia akan berusaha sekuatnya untuk membuat Nadia tersenyum. Dia juga berjanji pada dirinya sendiri bahwa dia akan menjaga Nadia dari apapun yang membuat Nadia bersedih.

"Mereka semuanya gak pernah tahu gimana aku sama Mikey melewati hidup. Hidup di panti sosial, Mikey yang harus membantu aku kerja, dia juga harus mencari beasiswa biar bisa sekolah di tempat yang bagus. Hah.. Mereka gak akan pernah tahu gimana aku ngelewatin semuanya dan sekarang mereka dengan mudahnya minta maaf?"

"Sampai sekarang, aku gak pernah bisa terima soal kejadian itu. Aku gak selingkuh, tapi aku dituduh ngelakuinnya. Mereka gak pernah mau terima penjelasanku jadi kalau sekarang aku gak mau nerima mereka, apa aku salah? Apa aku salah memperlakukan mereka sama mereka memperlakukan aku?"

Rama dan Mikey hanya diam saja. Mereka tidak menjawab pertanyaan-pertanyaan ungkapan hati Nadia. Membiarkan saja Nadia mencurahkan semua yang terpendam semua di hatinya.

"Aku cuman manusia biasa. Aku punya hati, aku punya emosi. Aku punya rasa marah juga. Aku bukan malaikat yang dengan mudah menerima dan maafin mereka..."

Pintu rumah yang tidak tertutup sempurna membuat tiga orang yang ada di luar rumah Nadia bisa dengan gampang melihat dan mendengar semua yang terjadi di kamar Nadia. Tiga orang itu adalah Dito, Ferdi dan Santi. Mendengar semua yang diungkapkan Nadia dan melihat langsung bagaimana Nadia drop saat bertemu dengan mereka, membuat mereka sadar sepenuhnya jika mereka memang sudah membuat luka yang sangat dalam di hati Nadia.

"Sepertinya anak dan cucuku akan sulit memaafkanku. Sepertinya juga tidak mungkin membuat Nadia kembali lagi seperti dulu. Semua salahku kalau memang Nadia tidak memaafkanku" Ferdi bergumam dalam hati. Matanya merah menahan tangisnya. Hatinya jatuh sakit mendengar semuanya.

"Anakku, maafin mama... Mama salah.. Maafin mama..." Santi tidak berhenti bergumam sendiri. Sama dengan Ferdi, dia sungguh sangat menyesal dengan semuanya.

Ferdi dan Santi sungguh tidak menyangka jika mereka sudah sangat salah dalam bertindak. Mereka menjodohkan Nadia dengan Dito karena mereka pikir Dito akan mampu membahagiakan Nadia. Dito mampu memenuhi semua keinginan dan kebutuhan hidup Nadia. Mereka juga melarang Nadia meneruskan cita-citanya karena mereka tidak ingin Nadia capek dengan pekerjaan yang Nadia inginkan. Sekarang, mereka akhirnya tahu jika yang mereka pikir itu yang terbaik belum tentu juga akan terbaik untuk anak mereka.

Sedang mereka bertiga larut dalam lamunan dan penyesalan mereka sendiri-sendiri, tiba-tiba saja Rama keluar dari kamar Nadia. Tampaknya pesanan makanan yang tadi dia pesan sudah datang. Rama tentu kaget mendapati tiga orang di depan pintu rumah Nadia. Mereka terduduk sayu di kursi depan rumah Nadia. Rama bisa menebak siapa mereka dari ekspresi wajah mereka.

Setelah membayar makanan yang dia pesan, dia ingin segera masuk. Rama memilih untuk tidak memperdulikan tiga orang di depannya itu, namun sebelum dia masuk, lengannya ditahan oleh Dito. Mendapati perlakuan itu, Rama langsung menoleh dan menatap lurus ke arah Dito.

"Tolong sampaikan ke Nadia, aku yang akan mengurus perceraian kami. Aku janji, kali ini memang akan aku urus perceraian kami. Tidak perlu dia yang mengurus dan membuat gugatan cerai. Menikahlah dengannya setelah semuanya selesai. Aku janji tidak akan memperlambatnya. Bahagiakan Nadia dan Mikey. Tolong jaga mereka. Tolong jangan buat mereka menangis lagi." Rama bingung dengan perkataan Dito baru saja. Rama hanya mengangguk saja lalu dia kembali masuk ke rumah Nadia bersama dengan bungkusan makanan yang tadi dia pesan.

"Maksudmu apa berkata seperti itu ke laki-laki itu?" Ferdi langsung bertanya karena merasa bingung dengan ucapan Dito kepada Rama.

"Setelah semua peristiwa yang dilalui Nadia dan Mikey, mereka harus bahagia. Jika memang bahagianya mereka gak sama Dito, ya udah Dito ikhlas. Dito hanya gak mau lagi jadi penghalang kebahagiaan mereka" Dito berucap itu sambil matanya menerawang entah kemana. Bukan hal mudah untuk benar-benar melepas Nadia dan Mikey, apalagi setelah dia mengetahui apa yang sesungguhnya terjadi pada mereka.

Tidak mau membuat Nadia kembali drop, ketiganya memilih untuk meninggalkan rumah Nadia.

Berbagi Hati (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang