Liburan kali ini menjadi sangat berbeda bagi Mikey. Dulu, saat masih belum bersama dengan Rama, dia akan menghabiskan waktu liburannya dengan bermacam kegiatan. Sekarang, dia harus mengisi liburannya dengan cek kondisi kesehatannya. Mikey menepati janjinya untuk mau melakukan cek kesehatan menyeluruh dan melihat kemungkinan apakah hatinya cocok untuk menjadi donor atau tidak. General check up yang sekarang dilakukan Mikey, membuatnya harus menginap di rumah sakit. Sebenarnya, Mikey sangat tidak nyaman dengan situasi rumah sakit. Aroma cairan antiseptik, alkohol dan bau obat-obatan membuatnya pusing dan mual. Untunglah, Dito yang mengetahui itu langsung membooking rumah sakit yang bagus. Dito berharap, Mikey tidak terganggu dengan semua hal yang tidak nyaman itu.
Dito juga sengaja memesan kamar rawat inap bertipe VIP. Tujuannya hanya satu, membuat Mikey lebih nyaman. Dito sadar kalau apa yang dilakukan oleh Mikey itu juga karena dirinya, maka dia ingin membalasnya dengan membuat Mikey merasakan nyaman selama proses cek kesehatan.
Tentang Mikey yang mau untuk memeriksakan diri dan kemungkinan mau juga untuk mendonorkan hatinya, Dito sendiri masih dalam kebimbingan. Satu sisi dia tidak mau menyusahkan Mikey. Sekecil apapun pasti operasi itu akan berdampak pada Mikey dan Dito tidak mau itu terjadi. Mikey sudah cukup menderita karena kelakuannya di masa lalu, sedapat mungkin Dito berusaha untuk menggantikannya dengan memberikan apa yang seharusnya dia berikan sedari dulu. Tapi, dengan menolak donor dari Mikey, dia akan kehilangan kesempatan untuk bisa hidup lebih lama. Dito masih ingin melihat Mikey tumbuh dan berkembang lagi. Masih ingin berbagi cerita dengan Mikey.
Malam ini harusnya Mikey beristirahat karena besok harus menjalani beberapa tes kesehatan. Dia sendirian di ruang rawat inapnya. Merasa bosan dengan acara televisi, Mikey beralih untuk memainkan beberapa game di ponselnya. Fokus Mikey kini tertuju ke ponselnya itu.
CEKLEK...
Pintu ruang rawat inap Mikey terbuka dan sekarang nampaklah Dito yang membawa dua kresek yang isinya cukup banyak. Penampakan itu membuat Mikey mendengus kesal. Bagaimana tidak, besok dia harus menjalani pemeriksaan dan malam ini dia harus puasa dan sekarang Dito datang dengan banyak makanan. Mikey kembali fokus pada ponselnya. Dia memilih untuk mengabaikan Dito yang sekarang sibuk menata buah, camilan dan beberapa makanan lainnya.
"Kamu gak tidur aja? Besok mulai cek kesehatan kan?" Dito yang sudah selesai menata beberapa makanan-makanan tersebut lalu mendekati brankar Mikey.
"Heem......" Mikey hanya menjawab dengan singkat. Hanya dengan deheman saja. Dito bingung sendiri. Dia menghampiri Mikey dan mendekati Mikey.
"Kamu kenapa?" Dito tahu ada yang janggal dengan jawaban Mikey. Biasanya Mikey penuh dengan cerita bahkan cerita yang tidak penting pun Mikey biasa lakukan. Mikey melirik ke arah Dito. Dia lantas mengakhiri permainan di ponselnya.
"Ayah ngeselin!" Mikey menjawab dengan nada kesal. Alis Dito langsung tertaut mendengar jawaban Mikey. Dia kebingungan sendiri.
"Tau kan besok Mikey mau cek kesehatan?" Pertanyaan Mikey langsung dijawab dengan anggukan dari Dito.
"Trus kalau tahu ngapain ayah bawa makanan kayak gitu? Mikey tuh harus puasa. Gak boleh makan sampe besok buat tes kesehatan kan? Trus maksudnya bawa-bawa makanan kayak gitu buat apa? Buat godain Mikey gitu? Udah tahu Mikey gak bisa makan malah dibawain makanan" Dito yang kena marah Mikey malahan cengengesan sendiri. Melihat itu, Mikey bertambah kesal. Sikap Dito malah seolah-olah mengolok-olok Mikey yang sekarang hanya bisa minum air putih saja untuk persiapan cek kesehatan besok.
"Iya.. Iya... Ayah minta maaf. Kan bisa dimakan besok habis cek kesehatan. Habis ini ayah masukin lagi ke kulkas" Dito tersenyum dan dia beranjak berdiri bermaksud untuk membereskan makanan-makanan yang tadi dia bawa dan dimasukkan ke kulkas.
"Mana enak martabak dimasukin kulkas. Martabak telur lagi! Itu kan enaknya dimakan pas hangat" Dito bingung. Baru kali ini dia mendapati Mikey yang uring-uringan dengan masalah yang menurutnya sangat sepele. Hanya masalah makanan saja. Dito tidak jadi memasukkan makanan-makanan itu ke kulkas. Dia lalu melihat ke Mikey yang menampakkan wajah kesalnya.
"Trus gimana? Ayah harus harus gimana?" Dito menyerah dengan kebingungannya.
"Bodo ah! Mikey mau tidur! Mikey kesel sama ayah!" Mikey malah sekarang menarik selimutnya bahkan hingga menutupi sebagian wajahnya. Dia juga membalikkan tubuhnya dan menutup mata. Dito hanya menghela nafas panjang melihat kelakuan Mikey. Dia pernah menghadapi Mikey yang sangat marah, pernah menghadapi Mikey yang berkata ketus hingga berkata kasar tapi baru kali ini dia menghadapi Mikey yang uring-uringan seperti sekarang.
Dito memilih diam saja dan tidak meladeni Mikey yang nampak kesal dengannya. Setelah selesai memasukkan kembali semua makanan di dalam kulkas, Dito lantas menghubungi Nadia. Dia ingin menanyakan apa yang harus dia lakukan sekarang. Sikap yang ditunjukkan Mikey saat ini sangat berbeda dengan sikapnya sehari-hari.
Dito memilih duduk di sofa tunggu dan mulai menghubungi Nadia melalui aplikasi pesan singkat. Dia tidak menelpon Nadia karena takut akan mengganggu istirahat Mikey.
Senyum di bibir Dito langsung mengembang. Dia berulang kali menahan agar tidak tertawa saat membaca pesan singkat dari Nadia. Sekarang, Dito paham mengapa Mikey sampai uring-uringan saat dia datang dengan membawa makanan dan Dito datang pada saat yang tidak tepat. Kegiatan utama Mikey selain bermain sepak bola adalah menikmati semua macam makanan. Mikey juga akan menjadi uring-uringan jika memang moodnya sedang tidak baik. Obatnya cuman satu, makanan. Sederhana dan mudah.
Dito berjalan mendekati Mikey yang sudah tertidur. Suara dengkuran menandakan jika Mikey sudah pulas tertidur. Dito kembali duduk di samping brankar Mikey. Tangannya terulur mengelus rambut Mikey. Perasaan haru bercampur sedih langsung menguasai Dito.
"Harusnya ayah yang jadi pelindung buat kamu. Harusnya ayah yang berkorban buat kamu. Bukan sebaliknya kayak gini. Ini bukan maunya ayah." Dito berkata lirih. Ditariknya tapak tangan Mikey dan ditempelkannya tapak tangan itu di pipinya. Sesekali Dito mencium tapak tangan Mikey.
"Banyak yang ayah belum tahu soal kamu. Banyak yang ayah lewatin selama ini. Maafin ayah. Ayah terlalu bodoh waktu itu. Harusnya kita bisa bermain bersama, kita bisa ribut bareng, kita juga bisa bertengkar sama-sama juga." Dito tidak dapat menahan harunya. Tetes air mata membasahi pipinya. Dia langsung menyekanya dengan kasar. Dia tidak mau tidur Mikey terganggu dengan tangisannya.
"Makasih banget. Makasih banget udah mau ngelakuin ini semua. Ayah gak tahu lagi harus gimana. Maaf, ayah udah nyusahin kamu. Maafin ayah yang belum bisa bahagiain kamu. Belum bisa jadi hero buat kamu. Maafin ayah..."
Selesai menumpahkan keharuannya, Dito kembali menuju sofa tunggu. Dia merebahkan tubuhnya. Dia sudah berjanji akan menemani Mikey selama Mikey menjalani tes kesehatan. Bahkan, Dito juga sengaja mengambil libur dan cuti kerja hanya untuk menemani Mikey menjalani tes kesehatan.
Dito mencoba untuk beristirahat dan tidur. Tapi banyaknya pikiran membuatnya susah untuk sekedar memejamkan matanya. Dalam keheningan malam itu, hati Dito terus memanjatkan doa agar dia masih diberikan waktu untuk melihat Mikey lebih lama lagi. Jika bisa, dia juga ingin berbuat banyak hal untuk Mikey. Untuk menebus semua yang sudah terlewatkan sekian lama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Berbagi Hati (Tamat)
General FictionSaat tidak ada yang mempercayai. Saat semua ditimpakan tanpa bisa bersuara. Saat semuanya nampak sudah usai, Tapi.... Bagaimana jika dia kembali? Bagaimana jika yang sebenarnya terkuak? dan, Bagaimana jika harus berbagi hati? Cover by Canva