Jam sudah menunjukkan waktu makan malam dan Rama masih ada di rumah Nadia. Selain menjemput Nadia dan Mikey dari konseling psikologi, Rama ingin menanyakan beberapa hal tentang Nadia.
"Nad, aku pengennya kita segera nikah. Kamu gak keberatan kan?" Rama mulai mencari topik yang sekiranya bisa menjadi pembuka untuknya. Pertanyaan singkat Rama itu lalu dijawab gelengan oleh Nadia, yang artinya dia juga tidak keberatan jika Rama menjadi suaminya.
"Trus kalau aku pengen ngelamar kamu, aku harus kemana?" Rama kembali bertanya. Pertanyaan sederhana sebenarnya tapi akan sulit mencari jawabannya bagi Nadia.
Nadia terdiam sesaat. Pertanyaan dari Rama seperti kuncian baginya. Dia tidak tahu harus menjawab bagaimana. Semenjak Mikey mengusir Ferdi dan Santi dengan keras dari rumahnya, dia belum pernah bertemu kembali dengan kedua orang tuanya.
"Mas kan bisa langsung ke orang tuaku. Mas bisa tanyain langsung ke mereka kalau mas memang harus melamar aku" Nadia lalu mencoba merilekskan dirinya. Topik mengenai orang tuanya masih menjadi hal yang sebisa mungkin dia hindari.
"Ok, mungkin itu bisa aku lakukan. Nanti barengan papa sama mama, aku bisa ke om Ferdi. Tapi, apa kamu gak mau ngelibatin mereka dalam pernikahan kita?" Nadia lantas terdiam dengan pertanyaan dari Rama. Dia tahu bahwa suatu saat, hal ini pasti akan datang.
"Nad, bagaimanapun nanti waktu akad nikah, yang menjadi wali dan yang menikahkan kamu itu adalah om Ferdi." Rama berusaha dengan pelan untuk memberikan Nadia pengertian. Nadia masih terdiam.
"Kamu masih belum siap bertemu dengan mereka? Masih ada yang mengganjal di hati kamu?"
"Aku sendiri gak tahu mas. Memang setelah ikut konseling, aku udah enggak lagi emosi kalau keingat sama masa lalu aku." Nadia memang sudah tenang saat ada yang menyinggung masa lalunya. Saat Renita datang kepadanya tadi siang, Nadia juga bisa mengontrol emosinya, walaupun nada bicaranya masih terkesan sinis dan ketus.
"Lalu?"
"Aku masih gak tahu kalau itu berurusan dengan kedua orang tuaku, mas. Kalau dibilang marah, mungkin enggak tapi jujur aja aku masih enggak nyaman kalau ada orang tuaku di sekitarku. Kalau bisa memilih, aku gak mau berhubungan dengan mereka lagi." Rama mengangguk paham. Setidaknya dia tahu apa yang dirasakan oleh Nadia sekarang. Rasa marah sudah berkurang, namun masih ada kecewa yang ada di hatinya. Itu yang Rama simpulkan dari omongan Nadia.
"Mau gak kita coba ketemuan gitu sama orang tua kamu? Aku, kamu sama anak-anak. Bagaimanapun orang tua kamu tetep harus kenal sama aku, sama Silla juga."
"Trus kita ketemuan mereka mau ngapain?" Rama mengerutkan keningnya. Pertanyaan Nadia terkesan konyol dan aneh.
"Yaa.. Kita bisa makan siang bareng misal. Atau sekedar ketemuan sama orang tua kamu di mana gitu semisal kamu juga enggak siap ketemuan sama orang tua kamu di rumah mereka"
Wajah Nadia sekarang kebingungan. Jelas sekali dia bimbang dengan permintaan dari Rama.
"Mas tahu kamu masih kecewa sama mereka, tapi semakin kamu tunda untuk membuka diri dengan kenyataan yang ada, semakin lama juga hatimu akan memendam sakit. Mas gak minta kamu melupakan semuanya, enggak. Cukup dengan memaafkan mereka dan membiarkan semua terjadi seijin Tuhan. Mas yakin kok kalau yang diinginkan sama om Ferdi dan tante Santi cuman maaf yang ikhlas dan tulus dari kamu sama Mikey." Rama kembali memberi nasihat ke Nadia.
"Oke mas, aku akan coba. Semoga aja bisa ya mas" Rama mengangguk senang mendengar ucapan Nadia. Sudah menjadi tekadnya untuk bisa memperbaiki hubungan Nadia dengan kedua orang tuanya.
***
Sore hari di kediaman Ferdi. Suasana sedikit ramai saat kakak Nadia datang berkunjung ke rumah Ferdi. Kakak perempuannya yang bernama Lucy datang berkunjung dengan keluarga kecil mereka. Kedatangan Lucy, suaminya dan anak mereka yang sudah beranjak remaja setidaknya membawa sedikit kegembiraan bagi Ferdi dan Santi. Terlebih saat suami Lucy ingin memindahkan kantor operasional perusahaannya di Indonesia. Artinya, mereka akan kembali ke dan menetap di Indonesia. Lucy sudah tahu semua cerita tentang Nadia. Sejak awal dia bahkan sudah mengingatkan kedua orang tuanya untuk tidak langsung mempercayai perkataan Dito. Dan sekarang, semua yang sudah dikatakan Lucy menjadi kebenaran. Ferdi dan Santi tenggelam dalam rasa bersalah yang dalam. Posisi Lucy yang saat itu ada di luar negeri dan terlambat mengetahui kejadian itu membuatnya menyesal karena tidak bisa menolong adiknya.
Mereka sekarang sedang bersantai bersama di ruang keluarga. Meskipun Ferdi dan Santi sangat senang setelah mengetahui bahwa anak tertua mereka akan kembali tinggal di Indonesia, namun wajah mereka menyiratkan masih ada beban yang mereka tanggung. Mereka berbincang ringan dan hangat. Perbincangan mereka langsung terhenti saat asisten rumah tangga mereka mengatakan bahwa ada tamu datang dan menunggu mereka di ruang tamu. Lebih kaget lagi saat asisten rumah tangga itu menginformasikan bahwa yang datang sore itu adalah Nadia. Tidak sendirian, Nadia datang bersama dengan Rama, Mikey dan Silla. Semuanya langsung saja menghambur menuju ke ruang tamu.
"Nadia... Nak... Papa senang kamu mau datang nak.. " Ferdi tidak bisa menahan rasa senang di hatinya. Nadia hanya meresponnya dengan senyuman ringan saja.
"Kami ke sini cuman ingin bertamu aja kok. Gak lebih. Nadia juga cuman ingin bilang kalau kami akan menikah mungkin dua atau tiga bulan lagi. Jadi Nadia cuman pengen tahu apa bapak mau jadi wali nikah buat Nadia nanti?"
Senyum yang melengkung di bibir Ferdi langsung hilang saat Nadia memanggilnya dengan "bapak" dan bukan dengan "papa". Sama saja artinya Nadia masih menganggap Ferdi seperti orang asing baginya. Tapi Ferdi langsung kembali melengkungkan senyumnya. Dengan sedikit menahan getaran di hatinya, dia lantas berkata
"Tentu papa bersedia. Kapan dan dimana? Papa pasti datang dan akan jadi wali buat kamu." Ferdi ingin memenuhi janjinya, kalau dia akan melakukan apapun untuk membuat Nadia bahagia. Jika memang Nadia bahagia dengan menikah dengan Rama, tentu Ferdi menyetujuinya. Lagipula dia juga sudah mengetahui sedikit tentang Rama dan itu sudah cukup bagi Ferdi. Tidak mengapa Nadia masih belum bisa menerimanya, tapi dia tetap bertekad untuk terus menebus kesalahannya di masa lalu.
Setelah memastikan jika Ferdi mau menjadi walinya saat pernikahannya dengan Rama, Nadia bermaksud ingin berpamitan dan pulang. Tapi, Santi langsung mencegah mereka pulang dan menahan mereka untuk makan malam. Sepertinya Santi tidak mau kehilangan kesempatan ini. Paksaan dari Santi akhirnya berhasil dan malam itu adalah malam pertama kalinya Nadia kembali ke rumahnya setelah tujuh belas tahun dia tidak pernah menginjakkan kakinya di rumah masa kecilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Berbagi Hati (Tamat)
General FictionSaat tidak ada yang mempercayai. Saat semua ditimpakan tanpa bisa bersuara. Saat semuanya nampak sudah usai, Tapi.... Bagaimana jika dia kembali? Bagaimana jika yang sebenarnya terkuak? dan, Bagaimana jika harus berbagi hati? Cover by Canva