Selesai menghabiskan waktunya di rumah sakit, Mikey langsung pulang. Dia sudah diperingatkan untuk pulang dan sampai di rumah sebelum jam enam sore. Berulang kali Rama dan Nadia mengingatkan melalui pesan singkat di ponselnya.
"Lha tumben ada mobilnya kakek Ferdi. Ngapain kakek ke rumah malam-malam kayak gini?" Guman Mikey saat dia melihat mobil Ferdi sudah terparkir di depan rumah.
Pendengaran Mikey menangkap suara sedikit ramai dari dalam rumah. Lebih tepatnya didominasi suara tawa dan teriakan cempreng dari Silla. Merasa penasaran, Mikey sedikit bergegas melangkahkan kakinya memasuki rumah. Dia tidak sabar untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi.
"Lha kok rumah jadi rame ya? Ini lagi ada arisan atau apaan nih?" Pemandangan yang nampak sekarang sedikit membingungkan bagi Mikey. Silla yang bermain, berceloteh entah apa yang dia bicarakan dan ditemani oleh Ferdi di sampingnya. Tidak nampak ada Santi dan Nadia. Biasanya akan ada Santi jika ada Ferdi. Sementara Rama hanya duduk saja sambil menikmati teh dan berbagai cookies di depannya. Papanya itu nampak tersenyum ringan saja melihat Silla yang duduk di samping Ferdi.
Suara dari Mikey langsung membuat Silla dan Ferdi spontan berhenti dari acara bermain mereka. Keduanya kompak menolehkan pandangan mereka ke arah Mikey yang berdiri di ambang pintu.
"Kakak... Ayo ikut main lari-larian sama kakek Ferdi." Silla berlari berbalik arah menuju Mikey. Dengan cepat Silla menggandeng tangan Mikey untuk segera bergabung dengannya. Tapi dengan cepat Rama menegur Silla.
"Silla, kakak belum bisa diajak lari-lari dulu ya. Masih belum sehat lho kak Mikey-nya." Sikap Rama itu langsung membuat Silla menghentikan tarikan tangannya. Lalu Silla menengok ke arah Mikey. Wajahnya langsung terlihat sedikit murung. Berbeda dengan tadi yang selalu memberikan tawa cerianya.
"Kakak masih sakit ya? Masih belum sembuh?" Tanya Silla pada Mikey.
"Belum sembuh benar. Tapi kakak udah gak sakit kok. Ini buktinya kakak ada di sini kan?" Mikey lalu membawa Silla ke pangkuan Mikey. Silla menurut saja dan sekarang dia malah menyandarkan kepalanya pada dada Mikey.
"Gimana tadi? Udah ketemu kan sama ayah kamu? Gimana kondisinya?" Tanya Rama
"Baik kok pah. Udah gak ngeluh nyeri lagi ayah. Mungkin dua atau tiga hari lagi bisa balik pulang. Tadi kateter sama infus juga udah dilepas. Udah sehat sih kayaknya ayah" Penjelasan Mikey mendapat anggukan dari Rama. Sebagai dokter yang juga ikut terlibat dalam operasi Dito dan Mikey, dia cukup senang dengan hasil keduanya. Tidak ada komplikasi lanjutan atas tindakan medis pada Dito dan Mikey.
"Kak, tadi tuh kakek ke sini bawain Silla boneka barbie baru. Bagus deh kak. Koleksi barbie jadi nambah deh" Silla berceloteh riang sambil dia menunjuk beberapa box yang isinya boneka barbie dengan berbagai macam modelnya.
"Hayooo... Udah bilang terima kasih belum sama kakek?"
"Udaahh dong kak. Tadi Silla langsung bilang terima kasih sama kakek" Jawab Silla kemudian. Mikey hanya tersenyum sambil tangannya mengacak-acak rambut Silla. Silla membiarkan saja, dan sekarang dia sibuk memainkan boneka yang diberikan oleh Ferdi.
"Ekhem... Mikey" Ferdi yang sedari tadi berdiam diri dan hanya melihat bagaimana interaksi Mikey dengan Rama dan Silla, sekarang mencoba untuk memulai perbincangan. Mikey yang merasa dipanggil lantas menoleh ke arah Ferdi. Nampak sekarang Ferdi tersenyum memandang Mikey.
"Kamu udah mulai kuliah?"
"Harusnya sih kek, tapi sama papa gak boleh dulu. Minggu depan baru mulai kuliahnya. Jadi seminggu ini Mikey bolos kuliahnya"
"Bukan bolos. Kamu masih masa pemulihan. Papa udah urus ijin kamu di kampus. Lagipula minggu pertama palingan cuman perkenalan doang materi kuliahnya. Katanya kamu kan cerdas jadi ketinggalan satu minggu kuliah kayaknya gak masalah" Rama langsung membenarkan ucapan Mikey.
Ingin sekali Mikey membantahnya, tapi dia hanya menganggukan kepalanya saja. Mau membantah Rama juga akan percuma saja. Dirinya pasti akan kalah dengan alasan-alasan Rama yang memang masuk akal. Perkataan dari Rama membuat senyum di bibir Ferdi terbit. Sikap Rama yang cenderung protektif pada Mikey membuatnya semakin yakin pada Rama.
"Kamu jadi ambil arsitektur kan?" Ferdi seolah kembali memastikan.
"Pemintan utama emang arsitektur, tapi kampus Mikey bisa ambil dua peminatan sekaligus. Jadi selain arsitek, Mikey juga ambil bisnis. Mikey fokus di keuangan bisnis" Ferdi langsung berdecak kagum. Sungguh dia tidak menyangka jika Mikey langsung mengambil kuliah dua bidang sekaligus.
"Kakek kemarin beli meja gambar arsitek buat kamu. Harusnya udah nyampe sih hari ini. Kakek kasih alamat sini buat ngirimnya. Tapi kok belum datang juga ya? Kalau memang belum ke kirim, coba besok kakek samperin tokonya"
Mikey langsung kaget. Dia bahkan belum mulai kuliah. Perkuliahan di awal tentu masih materi dasar. Mungkin belum membutuhkan apa yang dibeli Ferdi.
"Makasih kek. Mikey kuliah aja belum, tapi udah dibeliin meja gambar" Mikey jujur kebingungan harus mengucapkan apa pada Ferdi.
"Gak apa-apa. Kakek kan belum pernah ngasih apapun buat kamu. Diterima ya nanti kalau barangnya datang. Kalau entar gak cocok sama barangnya, bilang ke kakek biar nanti bisa ditukar sama yang kamu mau"
Sepertinya Ferdi sangat serius dengan apa yang pernah dia ucapkan. Dia ingin memperbaiki semuanya dengan memberikan lebih banyak perhatian pada Mikey. Apalagi saat mengetahui soal alasan Mikey mengambil arsitektur. Masa lalu yang sudah tidak mungkin diputar ulang tetapi sekarang bagaimana memulai untuk membangun masa depan yang lebih baik menjadi tujuan utama dari Ferdi.
Ketiga lelaki itu sekarang berbincang ringan. Sampai akhirnya Nadia dan Santi datang dari arah dalam. Rupanya mereka tadi sibuk menyiapkan makan malam untuk hari itu. Kedatangan Ferdi dan Santi yang mendadak membuat Nadia akhirnya harus menyiapkan makanan lebih untuk malam. Santi memanfaatkan hal itu untuk lebih mendekatkan diri lagi dengan Nadia. Langsung saja dia menemani Nadia menyiapkan makan malam.
Suasan hangat kini berpindah di ruang makan. Semuanya menikmati makan malam. Gurau canda dan obrolan ringan sesekali keluar dari keenam orang itu.
"Oh ya pa, tadi ayah bilang kalau nanti ayah keluar dari rumah sakit, dia pengen ngundang papa, mama trus kakek sama nenek, pokoknya pengen ngundang semuanya buat syukuran. Tapi gak tahu kapan sih acaranya." Setelah selesai makan malam, mereka kini berkumpul di ruang keluarga kecuali Silla yang sudah ngantuk dan kecapekan. Dia langsung tidur setelah makan malam selesai.
"Ok, bilangin ke ayah kamu kalau papa sama mama pasti datang. Cuman, papa pesen jangan dadakan ya ngasih tahunya. Takutnya papa kena giliran jaga di rumah sakit." Nadia ikut mengangguk membenarkan perkataan Rama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Berbagi Hati (Tamat)
General FictionSaat tidak ada yang mempercayai. Saat semua ditimpakan tanpa bisa bersuara. Saat semuanya nampak sudah usai, Tapi.... Bagaimana jika dia kembali? Bagaimana jika yang sebenarnya terkuak? dan, Bagaimana jika harus berbagi hati? Cover by Canva