Dada Ferdi langsung terasa sesak saat mereka mulai memasuki kompleks rumah susun sederhana tempat tinggal Nadia dan Mikey. Riuhan dan celotehan dari anak-anak yang bebas berlarian membuatnya seringkali bertabrakan dengan anak-anak penghuni rumah susun. Hari sudah menjelang sore hari saat ketiganya datang ke kompleks rumah susun itu. Kondisi yang berbanding terbalik dengan suasana tenang di rumahnya. Kilasan kata-kata kasar dan juga tamparan yang dia lakukan pada Nadia seketika muncul kembali.
Langkah Dito memelan dan akhirnya berhenti pada satu unit rumah susun yang pintunya sedikit terbuka. Dapat dilihat dari luar Nadia dan Mikey sedang merapikan baju-baju yang sudah di setrika oleh Nadia dan Mikey memasukkan baju-baju yang sudah di setrika itu ke kantong kresek. Setelahnya, akan menjadi tugas Mikey untuk mengantarnya pada pelanggan-pelanggan laundry kiloan mereka. Sesekali terdengar candaan dari Nadia dan Mikey.
Mata Ferdi dan Santi memerah saat melihat apa yang terjadi di depannya. Sungguh, sekarang hanya rasa sesal yang ada di hati mereka. Mereka mematung. Seolah ada paku yang menancap di kaki mereka hingga mereka tidak bisa bergerak dari tempat mereka berdiri sekarang.
"Nad...." Suara Ferdi bergetar tertahan memanggil Nadia. Suasana rumah susun yang riuh dengan penghuninya, membuat Nadia tidak mendengar ada yang memanggil namanya. Merasa tidak ada respon dari Nadia, Ferdi mendekat. Dia kini berdiri di ambang pintu. Di sampingnya Santi juga susah payah menahan air matanya untuk tidak keluar.
"Nadia..." Ferdi sengaja lebih keras memanggil Nadia meskipun dengan nada yang masih bergetar.
Merasa ada yang memanggil namanya, Nadia lantas menoleh ke arah pintu rumahnya. Dilihatnya sekarang ayahnya berdiri di ambing pintu dengan mata memerah. Juga ada Santi, ibunya. Nadia langsung terkesiap. Gilirannya sekarang yang terdiam dengan pandangan yang penuh tanya. Bohong sebenarnya jika Nadia tidak ingin datang dan memeluk Ferdi, tapi semua kerinduannya itu kalah dengan ingatan bagaimana Ferdi dengan mudahnya percaya dengan orang lain dibandingkan dengan anaknya sendiri bahkan sampai mengusirnya.
"Oh, iya pak. Ada apa ya?" Mati-matian Nadia bersikap sewajarnya. Dia lantas berdiri dan menghampiri Ferdi dan Santi berdiri. Mikey yang peka dengan situasi yang mendadak tidak nyaman, langsung berdiri juga dan langsung di samping Nadia.
"Nad, ini papa.." Ferdi berusaha mendekat ke Nadia. Tangannya merentang hendak memeluk Nadia. Tetapi, respon Nadia malah menghindar dan menjauh. Hati Ferdi tentu sakit mendapat respon penolakan dari Nadia.
"Maaf pak, saya sudah tidak punya orang tua. Di dunia ini, saya cuman punya anak saya ini."
"Nad... Papa sama mama minta maaf nak.. Maaf..." Ferdi masih berusaha merengkuh Nadia dalam pelukannya. Lagi, Nadia masih berusaha menghindar dari rengkuhan Ferdi.
Mikey yang melihat itu langsung menarik Nadia dan menghalangi Ferdi yang masih berusaha mendekat ke Mikey.
"Maaf pak, tapi bunda saya sepertinya tidak berkenan dengan anda. Jadi bisa tolong tinggalkan rumah kami?" Mikey berkata tegas, tepat di depan Ferdi. Sedikit tergagap, Ferdi kaget dengan apa yang dilakukan Mikey.
"Kamu Mikey kan? Ini kakek nak.."
"Silakan anda keluar dari rumah kami!" Tangan Mikey menunjuk ke arah pintu. Suara Mikey juga lebih keras dan tegas.
Penolakan tegas dari Nadia dan kemarahan yang nampak dari Mikey membuat Ferdi tidak kuasa menahan air matanya.
"Maafkan kami, maaf... " Ferdi masih tetap terus berusaha, namun itu justru membuat Mikey bertambah emosi, apalagi sekarang Nadia seolah bersembunyi di belakang tubuh Mikey. Dia bisa merasakan jika punggungnya bergetar yang artinya Nadia menangis di punggungnya.
"SILAKAN KELUAR!! SAYA GAK PEDULI SIAPA ANDA, TAPI YANG JELAS ANDA SUDAH MEMBUAT BUNDA SAYA MENANGIS!"
Mikey sudah tidak bisa lagi menahan emosinya. Dia berteriak dengan sangat keras melihat Ferdi yang masih saja berusaha mendekati mereka. Suara Mikey yang cukup keras mengundang penghuni rumah susun lainnya untuk mendatangi rumah Nadia. Dito langsung merangkul Ferdi dan Santi dari belakang. Dia tidak mau ada kejadian yang lebih buruk lagi, Dito langsung menenangkan Ferdi dan Santi. Dito kemudian berbisik kepada Ferdi dan Santi untuk mengalah terlebih dulu.
Selepas Dito dan Santi meninggalkan rumah Nadia, Mikey langsung menutup pintu rumah. Nadia langsung meluruh ke lantai. Dia duduk bersimpuh sambil menangis. Mikey yang kebingungan langsung memeluk Nadia dari samping, mencoba memberikan kekuatan kepada Nadia. Namun kondisi Nadia malah drop. Dia jatuh pingsan. Mikey yang masih disampingnya lalu menggendong Nadia dan menidurkannya di kamar. Dia segera mencari ponselnya dan langsung menghubungi Rama.
"Papa dimana sekarang? Bunda pingsan pah.. Bisa tolongin bunda gak?" Mikey langsung berucap saat panggilannya tersambung ke Rama.
"HAH? Pingsan? Kok bisa? Oke, Hm.. Kalian dimana sekarang?" Sudah tentu Rama menjadi panik waktu Mikey mengabarkan Nadia pingsan.
"Di rumah pah.. Ini nanti mikey cerita ada kalau papa ada di sini. Cepetan ke sini ya pah.." Mikey menjawab sambil tangannya memijit lengan Nadia.
"Mikey, di sana ada minyak kayu putih? Kalau ada coba kasih ke kapas dan dekatkan ke penciuman bunda kamu ya.." Rama mencoba memberikan instruksi untuk penanganan pertama.
Puskesmas tempat Rama bekerja letaknya ada di seberang kompleks rumah susun, jadi sangat memudahkannya untuk bisa datang secepatnya ke rumah Nadia.
Kurang dari setengah jam, Rama sudah berada di rumah Nadia. Untunglah dia sudah selesai menangani pasien yang ada di poliklinik puskesmas sehingga dia bisa bergegas menemui Nadia. Pikirannya langsung panik saat Mikey menelpon dan mengabarkan jika Nadia pingsan.
Dito bersama dengan Ferdi dan Santi menenangkan diri sejenak di mobil. Tentu saja mereka shock saat Mikey berteriak lantang di depan Ferdi. Penolakan Nadia juga membuat Ferdi dan Santi langsung drop. Mereka sungguh tidak menyangka jika akan mendapat reaksi begitu keras dari anak dan cucu mereka sendiri.
Dito penasaran saat melihat Rama yang berlari dan terkesan terburu-buru. Dia memang belum mengenak Rama, tapi yang dia tahu adalah Rama adalah lelaki yang sekarang ini sangat dekat dengan Nadia dan Mikey. Tidak mau bergelut dengan prasangka, Dito lantas keluar dari mobil dan mengikuti Rama dari belakang. Jika Rama sedemikian tergesanya, pasti ada sesuatu yang tidak beres diantara Nadia dan Mikey. Dito yang langsung keluar mobil dan menyusul Rama akhirnya juga diikuti oleh Ferdi dan Santi. Mereka juga penasaran dan mengikuti Dito juga.
Karena tergesanya, Rama bahkan lupa menutup pintu rumah Nadia. Dia membiarkan pitu rumah itu terbuka dan langsung menuju kamar Nadia. Disana dapat dia lihat Mikey sedang memijit lengan Nadia.
"Mikey, ini ada apa sebenarnya? Kenapa sampe kayak gini?" Rama langsung mengambil pergelangan tangan Nadia dan mengecek denyut nadinya.
"Tadi ada yang datang, pah. Ternyata mereka orang tuanya bunda. Karena mereka maksa terus mau masuk, akhirnya Mikey usir mereka pah. Abis Mikey usir, trus Bunda langsung pingsan gini. Makanya, tadi Mikey telpon papa" Mikey dengan lugas menceritakan apa yang baru saja terjadi.
Rama mengangguk. Dari cerita Mikey, dia bisa menyimpulkan jika ada konflik diantara Nadia dan juga orang tuanya. Dia mengambil sapu tangan di kantongnya lalu menyemprot dengan alkohol dan mengarahkannya pada hidung Nadia. Mencoba untuk mengembalikan kembali kesadaran Nadia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Berbagi Hati (Tamat)
General FictionSaat tidak ada yang mempercayai. Saat semua ditimpakan tanpa bisa bersuara. Saat semuanya nampak sudah usai, Tapi.... Bagaimana jika dia kembali? Bagaimana jika yang sebenarnya terkuak? dan, Bagaimana jika harus berbagi hati? Cover by Canva