Hari yang ditunggu terutama oleh Rama akhirnya datang juga. Hari pernikahannya dengan Nadia. Acara akad nikah dengan lacar sudah dilaksanakan tadi pagi. Ferdi menepati janjinya dengan menjadi wali untuk Nadia. Acara akad sempat tertunda beberapa waktu, saat Ferdi tidak bisa berkata-kata. Lidahnya terasa kelu tidak seperti tidak bisa berkata apa-apa. Banyak sekali perasaan yang berkumpul menjadi satu di dada Ferdi saat itu. Ada rasa tidak rela karena dia sebenarnya masih ingin mempunyai waktu dengan Nadia. Dia juga merasa mengingat kembali saat dia menikahkan Nadia dengan Dito namun berujung petaka untuk Nadia. Ada rasa ketakutan sendiri dari Ferdi. Benarkah Rama memang benar-benar orang yang akan membahagiakan Nadia dan Mikey? Benarkah Rama tidak akan mengulangi kesalahan fatal yang dilakukan Dito pada Nadia? Pikiran-pikiran itu yang terus menghantui Ferdi sehingga dia tidak bisa konsentrasi saat menjabat tangan Rama saat akad tadi pagi.
Malam harinya, Nadia nampak cantik dan elegan dengan tampilan gaun berwarna silver grey, sewarna dengan jas yang dikenakan Rama dan Mikey. Sementara Silla malah tampil dengan gaun berwarna soft pink. Baju yang seharusnya digunakan untuk resepsi malam ini sudah dipakai untuk akad tadi pagi dan karena Silla yang terus berlarian hingga tanpa sengaja dia menumpahkan minuman di bajunya, sehingga bajunya tidak bisa digunakan dalam acara resepsi malam ini.
Semua orang tersenyum bahagia di hari pernikahan Rama dan Nadia. Hanya satu orang yang walaupun di bibirnya tersenyum tapi harinya menangis sedih. Orang itu Dito. Sejak awal, Dito mengikuti semua rangkaian pernikahan Nadia dan Rama. Dia tidak boleh melewatkan satu acarapun karena mungkin ini adalah kali terakhir dia bisa melihat Nadia dan Mikey. Sejak awal, dia terus saja merekam semuanya dengan kamera ponselnya. Biarlah semua video itu nanti menjadi obat jika dia kangen dengan Nadia dan Mikey.
Harus menggunakan setelan jas dan dasi yang mengikat lehernya membuat Mikey menjadi gerah. Dia memilih keluar dari gedung resepsi pernikahan sekedar untuk mencari udara segar. Mikey membuka ikatan kecang yang melilit lehernya itu. Saat tengah mengedarkan pandangan ke sekeliling taman hotel, pandangannya terpaku pada satu sosok yang duduk terdiam dengan pandangan mata yang kosong. Lelaki itu sangat dia kenal. Lelaki yang mempunyai perawakan sangat mirip dengannya. Mikey memutuskan untuk mendekat ke lelaki itu.
"Ayah, kenapa gak masuk ke dalam? Ngapain kok malah di sini?" Mikey langsung duduk di samping Dito tanpa permisi terlebih dulu. Dito langsung menoleh kaget ke arah Mikey. Apa telinganya tidak salah dengar? Mikey memanggilnya dengan "ayah"? Kalau memang Mikey sudah menyebutnya "ayah" apa mungkin Mikey sudah memaafkannya dan sudah bisa menerima Dito sebagai ayahnya?
"Tadi bilang apa?" Dito menanyakan sekali lagi. Memastikan jika dia tidak sedang berhalusinasi.
"Kenapa masih di luar? Kenapa gak masuk di dalam? Acarannya kan di dalam" Mikey mengulangi pertanyaannya.
"Enggak.. Enggak... Sebelum itu! Tadi bilang apa sebelum itu?" Pertanyaan Dito membuat Mikey berpikir sejenak. Seketika dia sadar jika tadi sudah memanggil Dito dengan sebutan "ayah".
"Ehm.. Ayah... " Belum selesai Mikey berucap, langsung saja Dito memeluknya. Pelukan yang sangat erat, seolah tidak mau dipisahkan. Beberapa saat kemudian, Mikey menyadari jika pundaknya sedikit basah.
"Terima kasih.. Terima kasih.. Terima kasih udah mau manggil ayah. Ayah bener-bener seneng dengarnya." Dito terus saja bergumam terima kasih dalam pelukan Mikey. Pelukan itu terurai setelah beberapa waktu.
Mikey sendiri juga tidak tahu mengapa dia dengan sangat mudahnya malam ini memanggil Dito dengan "ayah". Mungkin sudah saatnya mulai menyembuhkan luka batinnya sendiri. Nadia, sang bunda sudah berbahagia bersama dengan Rama sosok papa baru untuknya. Mungkin dengan mencoba memaafkan masa lalu dan menerima sosok Dito sebagai seorang ayah baginya akan membuatnya menemukan kebahagiaan.
"Hm.. Boleh gak ayah minta nomer ponsel kamu? Biar kalau ayah kangen atau pengen ngobrol sama kamu jadi enggak susah" Dito mengeluarkan ponselnya dari sakunya lalu menyerahkan ke Mikey. Mikey lalu menyimpan nomer ponselnya di kontak ponsel milik Dito.
"Ayah beneran gak mau masuk? Lagian di sini angin lumayan kenceng. Mending ke dalam aja deh" Mikey masih mencoba mengajak Dito masuk tapi tampaknya Dito tetap tidak mau masuk. Hatinya semakin sakit saat dia melihat bagaimana Nadia sekarang menjadi milik pria lain. Bagaimana Nadia sekarang justru tersenyum bahagia dengan lelaki lain dan bukan dengan dirinya.
"Ayah gak sanggup masuk. Mungkin habis ini ayah mau pulang aja. Makasih udah mau nerima ayah. Maafkan ayah yang dulu. Ayah dulu bodoh banget sampe percaya gitu aja sama fitnah orang. Maafin ayah" Akhirnya Dito memilih untuk jujur saja kepada Mikey. Air mata yang tadinya sudah reda kini kembali keluar. Mikey mengangguk mengerti penjelasan dari Dito.
"Missed call ke nomernya Mikey ya yah. Biasanya kalau nomernya gak Mikey kenal bakalan Mikey cuekin." Dito mengangguk dan menuruti kemauan dari Mikey. Setelah menyimpan nomer ponsel Dito, Mikey memasukkan kembali ponselnya.
Sesudah itu, keduanya berpisah. Mikey kembali masuk ke gedung resepsi sementara Dito memilih untuk kembali pulang. Dia sungguh tidak menyangka, hari ini benar-benar terjadi dan ini sungguh sangat berat untuknya. Hatinya tidak bisa melepaskan dan merelakan Nadia bersama orang lain. Dia sangat menyesali kebodohannya dengan percaya saja fitnah dan justru tidak mempercayai Nadia. Tapi, ada satu hal yang bisa membuat dirinya cukup senang hari ini adalah saat Mikey memanggilnya dengan sebutan ayah. Satu hal yang sangat dia nantikan dari dulu. Duduk satu bangku dan berbincang sejenak dengan Mikey tanpa adanya reaksi penolakan dari Mikey seperti yang sudah-sudah, juga satu hal lain yang sangat di syukuri oleh Dito.
Dito melangkah pelan meninggalkan semuanya. Meninggalkan semua kenangan dan semua perih di hatinya. Sudah tidak ada lagi yang tersisa untuknya sekarang. Pulang, menjalani rutinitas hariannya dan juga terapi karena kerusakan hati-nya akan menjadi kegiatannya sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Berbagi Hati (Tamat)
General FictionSaat tidak ada yang mempercayai. Saat semua ditimpakan tanpa bisa bersuara. Saat semuanya nampak sudah usai, Tapi.... Bagaimana jika dia kembali? Bagaimana jika yang sebenarnya terkuak? dan, Bagaimana jika harus berbagi hati? Cover by Canva