Part 22

4.1K 251 10
                                    

Mata Renita menyipit saat melihat Dito, Rangga dan Vito keluar kamar dengan membawa tas besar dan juga koper yang mereka geret. Perasaan Renita langsung tidak nyaman melihat pemandangan itu. Dia lantas memberanikan diri berdiri dan bertanya pada Dito.

"Mas... Ini mau kemana? Kenapa bawa kayak ginian?" Suaranya bergetar. Sebenarnya, tanpa dia tanya sekalipun, dia pasti tahu apa yang Dito pilih.

"Aku butuh waktu untuk menenangkan diri. Sementara waktu aku gak bisa ada di rumah ini. Tadi, aku berpamitan ke anak-anak, tapi ternyata mereka malah pengen ikut denganku. Aku gak bisa cegah mereka" Dito menjelaskan dengan lugas. Mendengar penjelasan Dito itu, Renita langsung mengalihkan perhatiannya ke arah Rangga. Dari tatapannya jelas jika Renita ingin meminta penjelasan lebih. Jika benar yang dikatakan oleh Dito, itu artinya dia ditinggal oleh suami dan juga anak-anaknya.

"Bener. Kami ikut papa. Rangga juga butuh waktu buat nenangin diri. Semuanya ini terlalu mendadak buat Rangga. Trus, tadi Vito bilangnya dia gak mau ditinggalin sendirian, jadinya dia ikut sekalian sama Rangga sama papa"

Benar dugaan Renita. Mereka semua akan pergi meninggalkannya sendirian.

"Ka... Kalian mau ninggalin mama? Mama di sini sendirin?" Renita berucap dengan sedikit terbata. Air matanya sudah turun tanpa bisa dia cegah.

"Mama ikut ya..." Renita memohon. Tidak mungkin dia mau sendiri di rumah.

"Kamu itu sumber dari kita ngelakuin semua ini. Kalau kamu ikut sama aja aku dan anak-anak gak bisa nenangin diri." Rasanya percuma saja jika Dito dan anak-anak pindah ke apartemen jika Renita ikut dengan mereka.

"Biarin suami dan anak-anak pergi dulu. Gak perlu kamu ikutin mereka. Beri waktu buat Dito dan anak-anak menenangkan diri. Kamu sendiri, gunakan ini buat intropeksi diri kamu sendiri. Gak usah merasa sebagai korban, karena semuanya ini kamu yang mulai" Budianto dan Erna memang masih ada di rumah Dito. Mereka sebenarnya ingin meminta Dito untuk mengantarkannya ke Nadia, tapi tadi malah Dito langsung pergi ke rumah Ferdi.

"Mas... Jangan tinggalin Nita, mas. Aku bisa jelasin semuanya mas. Tolong jangan pergi. Jangan tinggalin Nita" Bahkan Reniita sekarang mengatupkan tangannya di depan dadanya. Dia meminta dengan sangat supaya Dito dan kedua anaknya tidak meninggalkannya.

"Oke, kalau mau jelasin, silakan" Renita gelagapan sendiri. Jawaban tenang dari Dito diluar dugaannya. Sekarang, justru Renita yang bingung untuk menjawab tantangan dari Dito. Apa yang sudah dia sembunyikan sudah terbuka semuanya. Bahkan dia sendiri yang membukanya.

"Kenapa? Kok malah diam? Katanya mau jelaskan?" Dito kembali berucap menantang Renita setelah melihat Renita yang hanya diam sambil kebingungan sendiri.

"Kamu gak bisa jelasin karena memang sudah tidak ada lagi yang bisa dijelaskan. Kita semua sudah tahu, bukan dari orang lain tapi dari mulut kamu sendiri. Aku beneran gak bisa paham, ada orang yang dengan sadar memfitnah teman dan sahabatnya sendiri. Kamu bener-bener keterlaluan, Nit!"

Renita menggelengkan kepalanya saat Dito mengatakan hal itu. Dia berusaha untuk menampik semua yang dikatakan Dito, namun tidak bisa. Benar bahwa dia memang tidak bisa menjelaskan lagi karena semua telah mengetahuinya.

Selesai mengatakan itu, Dito lalu berjalan sambil diikuti Rangga dan Vito. Pundak Dito ditahan Budianto saat mereka hendak melangkah.

"Antarkan kami ke tempat Nadia dan Mikey. Aku ingin minta maaf ke mereka. Aku juga ingin melihat bagaimana cucuku. Yang aku denger dia itu pinter dan hebat di sekolahnya" Budianto mengetahui itu semua saat dia membaca berkas yang diberikan oleh Dito. Satu sisi dia sangat senang melihat cucunya tumbuh dengan baik, tumbuh dengan pendidikan yang sangat baik tapi di sisi lain dia juga merasa trenyuh karena dia tidak bisa melihat proses itu. Dia tidak bisa melihat bagaimana Mikey tumbuh dan berkembang. Hatinya semakin nelangsa saat mendengar bahwa mereka tinggal di kawasan rumah susun, kawasan perumahan yang berbading terbalik dengan tempat mereka sekarang ini tinggal.

"Tadi Dito nganter om Ferdi dan tante Santi ke sana. Sama, mereka juga berniat buat minta maaf ke Nadia, tapi sama kayak Dito. Nadia gak mau menerima om Ferdi dan tante Santi. Bahkan tadi saat om Ferdi berusaha mendekati, Mikey langsung marah dan mengusir kami." Dito lalu menceritakan semua yang terjadi saat dia, Ferdi dan Santi alami di rumah Nadia termasuk juga bagaimana Nadia yang sempat drop bahkan sampai pingsan.

Cerita mengenai bagaimana Nadia yang menolak kedua orang tuanya sendiri membuat Budianto dan Erna langsung ciut hati. Bahkan Nadia menolak Ferdi dan juga Santi yang adalah orang tuanya sendiri, lantas bagaimana dengan mereka? Sudah jelas sepertinya jika diapun akan mendapatkan hal yang sama.

"Trus, sekarang kamu sendiri gimana? Setelah ini apa yang akan kamu lakuin?"

"Dito akan hubungin pengacara Dito buat ngurus perceraian Dito dengan Nadia mah.." Suara Dito yang tadi cukup santai sekarang berubah serak saat dia menjelaskan akan mengurus perceraiannya secara resmi.

"Maksud kamu? Bagaimana?" Erna bertanya menegaskan apa yang dikatan Dito.

"Selama ini, Dito memang belum pernah mengurus secara resmi perceraian Dito sama Nadia mah. Kemarin, saat Dito bilang ke Nadia kalau Dito ingin bersama kembali dengan Nadia, Nadia bilang kalau dia akan menikah dengan orang lain" Dito bahkan harus menguatkan dirinya sendiri untuk mengatakan itu. Sekali lagi, Budianto dan Erna terhenyak.

"Dito gak mau nyakitin Nadia lagi, mah, pah. Cukup waktu dulu aja Dito udah nyakitin Nadia. Kalau emang Nadia bahagianya bukan sama Dito, ya udah. Dito gak mau jadi penghalang buat Nadia sama Mikey meraih kebahagiaannya" Dito tersenyum sumir mengatakan itu. Matanya mendadak panas. Dadanya sesak mengingat semuanya.

"Dito ikhlas pah ngelakuin semua ini. Cuman satu yang sampai saat ini Dito belum bisa ikhlas, waktu Mikey manggil papa ke orang lain. Tapi, Dito bisa apa? Awal semua ini juga karena Dito yang salah. Dito yang justru gak percaya sama Nadia tapi malah percaya sama fitnah orang"

Semua mata sekarang tertuju pada Renita saat Dito mengatakan hal itu. Pandangan yang sangat tajam dan menusuk itu membuat Renita hanya bisa menunduk dan meremas ujung bajunya.

Dito lantas melangkahkan kakinya ke luar rumah. Rangga dan Vito mengikuti dari belakang. Melihat anak dan cucunya sudah pergi meninggalkan rumah, tidak lama sesudahnya Budianto dan Erna juga pergi dari rumah Dito.

Tubuh Renita meluruh sesaat setelah Budianto menutup pintu depan. Hilang sudah kekuatan tubuhnya. Dia bersimpuh di lantai dengan tangis berderai.

"AARRRGGGHHH... Kenapa semuanya jadi seperti ini?" Renita berteriak mengeluarkan semua sesak yang ada di dadanya. Tangisnya kini makin kencang. Dia kini benar-benar sendirian. Tidak ada lagi suaminya tempatnya bersandar, tidak ada lagi anak-anaknya yang selama ini menjadi sumber kegembiraannya. Sekarang semuanya hampa. Rumah yang biasanya hangat itu sekarang menjadi dingin.

Sempat terbersit dalam pikiran Renita untuk kembali lagi ke rumah orang tuanya, namun jika dia melakukan itu, sama saja dia membongkar sendiri apa yang sudah dia lakukan. Sekarang yang ada di pikiran Renita adalah bagaimana dia bisa mengembalikan semuanya. Dia tidak mau berpisah dengan Dito dan anak-anaknya.

Berbagi Hati (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang