Part 14

4.3K 290 2
                                    

Dentuman suara musik yang memekakkan telinga, aroma alkohol dan asap rokok yang memenuhi ruangan serta lampu yang dibuat cenderung temaram adalah gambaran dari tempat Dito sekarang berada. Pikirannya yang kalut membuat kakinya melangkahkan lagi di diskotik dan klub malam. Berharap dengan beberapa teguk minuman beralkohol akan membuat pikirannya menjadi lebih rileks, tapi nampaknya tidak berhasil. Masih saja hatinya terasa sakit saat mengingat kedekatan Nadia dan Mikey dengan lelaki lain. Bahkan, dengan jelasnya Mikey menyebut lelaki itu adalah papa. Harusnya dialah yang dipanggil papa oleh Mikey, bukan orang lain.

"Hooii... Ardito my man.... What a big surprise to see you here? Whats up bro!" Dito yang sedang memegang gelas berisi minuman beralkohol tinggi. Keningnya berkerut saat mendengar suara yang tidak asing.

"Weeiii.. Ardito is back! Napa lo bro? Lagi tengkar lo sama bini lo? Hah?" Lelaki yang nampak mengenal dan akrab dengan Dito itu lantas mengambil duduk di samping Dito.

"Suntuk gue Ger.. " Gerry, nama lelaki yang ternyata teman akrab dari Dito.

"Suntuk ngapain sih Dit? Lo kerajaan oke, duit lo ngalir terus dari kerjaan lo, lo juga ada istri di rumah, lo suntuk ngapain?"

"Lo masih inget sama Nadia gak?" Dito bertanya sambil pandangannya beralih ke arah Gerry. Gerry menjawab pertanyaan Dito dengan anggukan saja.

"Ternyata dia yang benar dan gue yang salah. Dia bener kalau gak selingkuhin gue. Dia juga bener soal anak yang waktu itu dikandungnya itu anak gue" Dito bercerita dengan mudahnya. Mungkin juga karena pengaruh alkohol yang membuatnya menjadi seperti itu.

"Oh... Jadi lo udah tahu?" Jawaban yang sangat ringan santai dari Gerry justru menimbulkan tanda tanya di kepala Dito.

"Maksud lo? Lo udah tahu soal ini?" Anggukan kepala dari Gerry yang menandakan jika dia sudah mengetahuinya membuat emosi Dito langsung naik. Dia menarik kerah Gerry.

"ANJING! Lo ngapain diem aja? KENAPA LO GAK BILANG KE GUE!" Gerry langsung menyentak tangan Dito yang mencengkeramnya.

"Gue ngomong ke lo? Nadia yang waktu itu masih jadi istri lo, orang yang tiap hari ada di rumah lo, tidur juga lo barengan berdua dan lo gak percaya ke dia kan? Apalagi gue? Siapa gue? Gue bukan siapa-siapa lo. Istri lo sendiri aja gak lo percayain apalagi gue yang orang lain di diri lo!"

Dito menyandarkan tubuhnya dengan kasar ke sofa. Tangannya memijit pucuk hidungnya. Bahkan orang lain sudah menyadarinya apa yang sebenarnya terjadi.

"Sejak kapan lo tahu kalo Nadia gak salah dan gue dijebak seseorang?" Setelah emosinya menurun, Dito kembali bertanya ke Gerry. Barangkali juga masih ada informasi yang ditahu oleh Gerry dan dia tidak.

"Since the begining. Gue tahu dari awal. Darimana gue tahu, lo gak perlu tanyain itu karena gue gak akan jawab. Satu hal yang mesti lo tahu, kalo lo itu udah dijebak pake jebakan murahan, dan gak cuman satu jebakan doang yang kena di lo. Lebih dari itu" Lagi, perkataan Gerry membuat Dito mengernyit. Apa dia sebodoh itu untuk bisa dijebak bahkan lebih dari sekali?

"Lo tahu yang udah ngelakuin ini semua ke gue?" Tanya Dito lagi

"He em. Cuman gue gak bisa kasih tahu lo. Gue gak punya bukti kuat buat ngomonginya ke lo. Kalau gue kasih saran sih, lo mulai inget-inget kejadian-kejadian dulu abis lo ngusir Nadia. Liat orang-orang deket lo waktu itu. Karena mungkin aja mereka yang udah ngejebak lo. Trust nobody! Even thugh orang itu orang terdekat di circle lo. Itu pesen gue"

Selesai mengatakan itu, Gerry lantas pergi meninggalkan Dito. Dan sekarang, tinggal Dito sendirian di keramaian klub malam. Liukan penari yang hampir tidak mengenakan satu helai benang di tubuhnya tidak membuat Dito tertarik untuk menikmatinya.

Merasa tidak menikmati hingar bingar musik dan alkohol, Dito lalu memilih pergi dari sana. Dia melajukan mobilnya tanpa arah. Berputar-putar tanpa ada tujuan yang pasti selama beberapa saat, tidak tahu mengapa Dito tanpa sadar mengarahkan mobilnya ke arah kompleks rumah susun dimana Nadia dan Mikey tinggal. Tidak mungkin baginya untuk masuk di jam sebelas malam seperti ini. Dito lantas memarkirkan mobilnya di parkiran rumah susun. Kakinya ingin sekali masuk dan menuju unit rumah susun Nadia, namun untunglah akal sehatnya langsung mencegahnya. Dia masih ingat bagaimana Mikey langsung marah padahal dia hanya menyentuh lengan Nadia.

Malam semakin larut. Dito tidak berniat sedkitpun untuk pulang ke rumahnya. Dia malah memilih untuk tidur saja di mobilnya yang diparkir di parkiran rumah susun. Dia baru bisa terpejam saat melihat jendela unit rumah susun yang ditinggali Nadia mematikan lampunya, menandakan jika Nadia dan Mikey sudah beristirahat.

"Sebenarnya apa sih salah gue? Gue punya salah apa sampe ada yang ngejebak gue sampe kayak gini?" Dito mendesah pelan. Dia mencoba memejamkan matanya, walaupun dia sendiri tidak yakin jika dia bisa istirahat dengan tenang, apalagi setelah dia mendengar apa yang sudah dikatakan oleh Gerry.

***

Pagi menjelang dan Dito sudah berada di ruang kerjanya. Dia tidak pulang semalam dan memilih tidur di mobil. Dito tidak mungkin pulang ke rumah dengan keadaan yang sangat kacau. Aroma alkohol dan asap rokok melekat di tubuhnya. Dia tidak mau keluarganya melihatnya seperti itu.

Jam sudah menunjukkan waktu jam kerja, dan sekarang di depan Dito sudah ada orang yang dia sewa dan bayar untuk mencari tahu tentang kejadian yang sebenarnya.

"Jadi, bagaimana? Apa yang bisa anda ceritakan tentang kasus mantan istri saya?" Dito tidak sabar, dia tidak ingin menunggu lebih lama lagi.

"Saya mengalami kebuntuan. Awal kejadiannya juga sudah lama, sudah tujuh belas tahun yang lalu. Saya benar-benar kesulitan untuk mendapatkan bukti dari kejadian itu. Foto itu memang hasil rekayasa, tapi soal siapa yang mengirimkannya dan apa motifnya saya tidak bisa melacaknya"

"Kemarin malam saya bertemu dengan teman saya yang sebenarnya tahu soal masalah ini. Tapi dia menolak untuk menceritakan detail yang dia tahu. Ada satu perkataannya yang sampai saat ini jadi pikiran saya, kalau saya jangan percaya sama seorangpun walaupun itu adalah orang terdekat saya" Dito menceritakan apa yang dikatakan Gerry kepadanya.

"Orang terdekat anda? Keluarga anda sendiri, maksudnya? Anda meminta saya untuk menyelidiki anggota keluarga anda sendiri?" Orang tersebut bahkan harus mengulang pertanyaan untuk meyakinkannya.

Dito mengangguk menjawab orang itu, lalu dia berkata

"Mungkin selidikilah orang-orang di sekitar saya. Silakan jika memang itu bisa membuat anda bisa mengungkap ada apa sebenarnya dengan ini semuanya" Bukan pilihan yang mudah jika akhirnya Dito memberikan akses pada orang lain untuk menyelidiki bahkan menyelidiki orang-orang tedekatnya sendiri. Tapi hatinya sudah bertekad untuk segera mengurai permasalahan ini. Setelah mengetahui fakta yang sebenarnya, dia akan fokus untuk kehidupan Nadia dan Mikey. Dia tidak mau Nadia dan Mikey hidup seperti sekarang, tinggal di rumah susun, harus menjadi buruh cuci dan setrika. Tidak. Dito tidak mau itu. Nadia dan Mikey harus hidup dengan lebih layak dibandingkan dengan sekarang.

Berbagi Hati (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang