🌹🌹🌹
Yogyakarta Oktober 2021
Mata itu mengerjap, terbuka pelan dan tepat saat terbuka tiga orang yang menantikan momen itupun tersenyum, tapi Asmi sama sekali tidak bereaksi apa-apa, diam, hanya saja dia baru saja menghembuskan napasnya.
"Gila! Untung tadi gue gantiin Lo, Ha, kalau enggak bisa ambruk depan pengantin!" kekeh Yusuf lega.
"Kamu gapapa? Masih ada yang sakit? Atau ke rumah sakit aja?" tanya Sande bertubi. Faiha bangun dari tidurnya, duduk dibantu Sande. "Gak usah, aku gapapa, cuma kecapekan aja."
"Kita pulang!" Asmi berdiri setelah mengucapkan kalimatnya, membuat semua mata menatap kearahnya.
"Ayo! Udah selesai juga acaranya." lanjut Asmi karena tak ada yang merespon kalimatnya.
"Iya-iya ayo, perasaan marah-marah mulu dari tadi." Sande menggerutu sambil membantu Faiha berdiri.
"Iya, lagi PMS Lo?"sahut Yusuf setelah berdecak sebal.
Asmi memutar bola matanya jengah. Dia hanya ingin cepat-cepat pulang, mengantar Faiha ke rumahnya, toh memang itu caranya agar gadis itu bisa istirahat, mau diajak ke rumah sakit pun pasti tidak mau, ditanya apa yang sakit pun pasti jawabannya tidak apa-apa. "Bodoamat!"
"Sabar-sabar, bisa darah tinggi beneran nanti." gerutu Yusuf mengelus dadanya.
Ceklek
Pintu terbuka sebelum Asmi membukanya. Menampakan seseorang berjas hitam, kemeja putih berdiri diambang pintu menatap satu arah dan untuk waktu yang lama.
"Ya? Mencari siapa?" Yusuf membuka suara. Tidak mungkin bukan, membiarkan seseorang berdiri diambang pintu dan itu tidak hanya dua atau tiga detik dan tidak ada kalimat ataupun obrolan apa-apa.
"Faiha."
Sontak semua mata menatap Faiha yang wajahnya masih pucat, tapi tak bisa ditangkis, mata Faiha menampakkan guratan yang selama ini belum pernah tiga sahabatnya lihat.
"Ada apa?" tanya Faiha dengan nada begitu datar dan terdengar dingin.
Sungguh, Faiha dengan watak seperti ini membuat tiga sahabatnya saling tatap, dan cukup mengerti situasi Asmi berdeham pelan, cukup memahami meski tak tau apa yang tengah terjadi, tapi yang jelas gadis itu tidak menyukai kehadiran pria ini.
"Bisa ikut denganku?"
"Tidak, saya mau pulang."cepat Faiha menjawabnya. Bahkan mengajak Sande untuk terus berjalan keluar, meski dihalangi oleh tubuh kekar itu.
Bahasa formal yang digunakan Faiha, cukup membuat Sande menatap Faiha seolah bertanya apa yang terjadi. Siapa pria ini? Mereka saling mengenal?
"Siapa dia?" bisik Sande sebab sejak tadi tatapannya tak dibalas sedikitpun oleh Faiha meski hanya lirikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dzikir Sendu Sang Perindu ✓
Подростковая литератураJika cinta meninggalkanmu, biarlah cinta pula yang melepasnya pergi.🍁 _________@@@_________ 🌸Fauzi, menjadi seorang militer masuk di Tim pasukan khusus, membuatnya mempertaruhkan nyawanya di Medan perang. Berhadapan dengan musuh bersenjata, dan di...