Inikah jalan takdirnya?
Kau dan aku menjadi nyata atau ilusi saja?🌹🌹🌹
Jakarta
"BUNDAA!" teriakan itu memenuhi ruang makan. Juga panci yang berkelontangan, bersahutan dengan lantai.
Waktu makan malam yang tadinya akan terasa menyenangkan sebab Rissa kembali ke Indonesia menjadi menegangkan saat tubuh wanita paruh baya itu tergeletak bersamaan dengan sop ayam yang tumpah di lantai.
Sementara di lantai atas, Rans yang sibuk dengan laptopnya dan Kaivan yang sibuk dengan ponsel miringnya pun teralih saat telinga mereka mendengar sayup-sayup keributan di lantai bawah.
"Ada apa?" tanya Rans pelan.
Kaivan hanya mengendikan bahunya, tapi tetap saja ikut Rans meletakan benda di tangannya dan beranjak keluar.
"Rans, cepat kemari!" lantang Ayah berbicara saat melihat kepala Rans menyembul di tangga.
Melihat Ayah yang sudah membopong Bunda, degup jantung Rans tak beraturan. Bergegas turun. Disambut dengan beberapa pekerja yang sibuk lalu-lalang membersihkan lantai, menyiapkan tas berserta isinya seperti permintaan Ayah.
"Bunda kenapa, Ayah?" paniknya.
"Tidak apa-apa. Siapkan mobil, kita ke rumah sakit sekarang." titah Ayah dengan tenang. Tak menunggu lama, Rans langsung mengambil kunci mobil, berlari kearah garasi.
"Bunda kenapa?" rintih Rissa sambil berlari dibelakang Ayah dan sontak hal itu menyita perhatian Kaivan. Ikut tergesa, Kaivan mendekati Rissa, menyamakan langkahnya.
"Tenang, berhenti menangis, Bunda pasti tidak apa-apa, seperti kata Om Agis." ucap Kaivan pelan.
Rissa yang merasa diajak bicara pun langsung memutar kepalanya menghadap Kaivan. Menatap wajah itu beberapa detik lalu mengangguk.
"Boleh lo ikut gue aja pakai mobil, gue gak biasa pakai motor?".
Kaivan yang hampir naik motor besarnya pun langsung terhenti, lalu matanya beralih menatap mobil putih yang ditunjuk gadis itu. Sedikit menimbang-nimbang, Kaivan akhirnya mengangguk, toh mau ikut satu mobil dengan Rans yang membawa Bunda, kasihan Rissa yang pasti bakal sendiri, mau pakai motor Rissanya tidak mau. Bolehlah mengalah sesekali.
"Oke."
Bibir Rissa tersenyum kecil. Memberikan kunci mobil miliknya dan siap membelah jalanan Ibukota. Pontang-panting Agis membopong istrinya masuk rumah sakit, setelah membelah jalanan dengan kecepatan dan kelihaiannya dalam menyetir. Meski banyak umpatan yang di dapat, namun Agis tak peduli, istrinya adalah tanggung jawabnya, dan dia juga tidak mau sesuatu hal terjadi padanya, bahkan satu gores pisau mengenai kukunya.
Layaknya berkunjung ke restoran mahal, bintang lima, mereka langsung di sambut beberapa perawat sambil mendorong kereta brankar.
"Sejak kemarin Bunda gak kenapa-kenapa." gumam Rans sambil memijit keningnnya.
Kaivan yang ikut menunggu pun menepuk pelan pundaknya kawannya.
"Paling kecapean, tahu sendiri, sejak dari Jogja satu tahun lalu, Bunda banyak kesibukan, hari ini aja waktu libur Bunda milih buat masak banyak, bersih-bersih, seperti kaga ada capeknya, lebih lagi Om Kemal sekeluarga juga udah balik ke Semarang juga, kan? Jadi gak ada yang ikut nimbrung."
Kalimat Kaivan memang menenangkan, tapi tetap saja, ada rasa gelisah yang tak kunjung hilang. Keluarga Om Kemal memang beberapa kali berkunjung ke Jakarta satu tahun terakhir. Setidaknya membuat rumah besar itu terasa ramai, dan sekarang bertambah Rissa, gadis yang baru saja pulang studi di Beijing satu bulan lalu.
![](https://img.wattpad.com/cover/281646229-288-k525682.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dzikir Sendu Sang Perindu ✓
Teen FictionJika cinta meninggalkanmu, biarlah cinta pula yang melepasnya pergi.🍁 _________@@@_________ 🌸Fauzi, menjadi seorang militer masuk di Tim pasukan khusus, membuatnya mempertaruhkan nyawanya di Medan perang. Berhadapan dengan musuh bersenjata, dan di...