#9.

9 4 1
                                    

🌹🌹🌹

🌹🌹🌹

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌹🌹🌹

(Sande & Faiha)

________@________

Akan ada detik dimana, kita hanya perlu menerima. Tak bisa melakukan apapun untuk merubahnya. Karena memang itulah jalan takdir kita, terlepas sesakit apapun itu waktu melaluinya.

🌹🌹🌹

Tavisha

'tunggu beberapa hari, ada surat yang akan datang ke rumahmu, Faiha.'

Surat? Apa Ibu Fauzi itu mengirim surat untuknya? Ucapan maaf, kah? Atau Fauzi sudah di temukan? Menduga-duga Faiha tersenyum sekilas, jika memang benar dia tentu akan menjawab iya, toh dia sudah berkata akan pergi dari hidup mereka, bukan?

Setelah mengantar tiga temannya ke rumah setelah membuatnya bahagia dengan pergi ke Bromo menyaksikan semesta yang membentang begitu indah dan membuatnya sedikit semangat kembali untuk menjalani hidup, apakah kini harus kembali mendapat pesan seperti itu?

Fauzi pasti ditemukan, dan pria itu pasti akan segera menikah dengan Tavisha, menyaksikan hadirnya Malaikat kecil di dunia dan menunjukkan bagaimana bahagia, duka, sakit, sehat.

Senyuman tipis tampak samar, Faiha menghentikan mobilnya tepat di depan rumahnya. Menghela napas panjang, lalu menatap mantap arah depan.

Jika memang itu yang terjadi, biarlah, dia akan berusaha untuk tidak apa-apa, biarkan waktu yang menghapus segala luka dihatinya. Pilihannya tinggal satu sekarang, karir.

Melangkahkan kakinya untuk keluar dan seketika pendengarannya seperti di penuhi suara yang begitu asing baginya. Angin kencang seperti mengiringi Faiha saat keluar dari mobil. Membuat gadis itu mendongak, dan tepat matanya menatap lampu kelap-kelip yang mengudara, jantungnya berdegup kencang. Helikopter mengambang diatas sana.

Apa itu Uzi?

Mendadak perut Faiha seperti diselimuti kupu-kupu, rasa lega membuatnya terus menantikan kendaraan yang mengudara itu segera menjulurkan tali untuk salah seorang yang ia nantikan turun dengan itu.

Perlahan air mata Faiha menetes, tapi segera gadis itu hapus saat samar-samar dia melihat seseorang benar-benar turun dari sana. Bibirnya melengkung, senyuman lebarnya kembali tampak oleh semesta. Entah reaksi itu seperti datang dari nalurinya sendiri.

Tunggu, apa dia sebahagia ini? Bukankah dia sendiri yang akan mengikhlaskan pria itu, tapi melihat ketulusan dari matanya, sungguh, tidak tega untuk sekedar mencari kesalahan. Intinya, malam ini biarkan Faiha kembali menorehkan senyuman penuh cinta untuk semesta, malam ini saja. Mengucap banyak syukur atas perlindungan dan keselamatan yang Fauzi terima.

'alhamdulilah, akhirnya dia kembali, dia kembali menuntaskan prinsipnya yang akan pulang.'

Tapi, saat seseorang berbaju hijau berjas kemeja army, dengan wajah tegas dan menghadapnya tegas pun membuat Faiha tak bisa berkata-kata, senyumnya menghilang, dan matanya terlihat kosong saat benda tipis putih tersodor padanya. Bukan, dia bukan Fauzi.

Dzikir Sendu Sang Perindu ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang