#28

8 1 0
                                    

"Egois? Biarkan saja, aku tidak peduli!"

~ArRans~

🌹🌹🌹

Di ujung peron stasiun, menginjakkan kakinya di Yogyakarta kini membuat kakinya bergetar. Dia berbohong dengan semuanya. Yang katanya akan sampai di Yogya sekitar tengah malam, kini sore itu dia sudah menyambut senja yang menjadi kesukaan Faiha dari Kota Pelajar, Yogyakarta.

Tujuan Rans hanya satu, mengharap jawaban dari lelaki bernama Fauzi dan berdiri di depannya sambil berkata, Faiha akan menjadi miliknya. Lalu memberikan pertanyaan kenapa menipu semua orang?

"Bagaimana sama persiapannya?" tanyanya pada ponsel yang telah ia letakan di telinganya.

'ramai seperti biasa. Sudah berangkat?'

Suara yang biasa Rans dengar itu terdengar berbeda. Suara Faiha kini terdengar tidak puas di telinga, terasa berat dirasa, juga membuat Rans tak ikut merasa lega saat mendengarnya. Dan mungkin suara yang biasa Faiha dengar bisa jadi juga berbeda.

"Sudah. Saya sama Kaivan, sampaikan pada Bunda."

"Dan tunggu saya, Faiha."

Serak Rans melanjutkan bicaranya. Sungguh, dia sendiri mulai merasa takut. Karena itu dia memilih menemui Lelaki bernama Fauzi. Sekedar memastikan bahwa semua laporan yang orang suruhannya katakan kemarin, kalau Fauzi keluar dari rumah sakit dengan paksa. Dia tak sanggup kehilangan Faiha untuk yang kedua kalinya.

Menutup teleponnya lalu bernapas gusar. Kaivan yang mendengar deru napas itupun langsung menepuk bahu Rans. Sekedar menguatkan, juga mengingatkan, bahwa sahabatnya itu tidak sendiri, ada dirinya, yang akan tetap mendukung setiap apa pun yang menjadi keputusan Rans. Kaivan sendiri mengambil cuti satu bulan.

Entah paksaan Rans atau kemauan pria itu sendiri karena mau membantu mempersiapkan segala hal, juga membantu menyelidiki pria bernama Fauzi.

"Mobilnya udah sampai."

Rans mengangguk, menenteng tasnya berjalan melalui celah kecil diantara banyaknya manusia yang juga berbondong-bondong keluar dari stasiun.

"Harus kemana kita?"

"Malioboro." jawab Rans singkat.

Kening Kaivan mengkerut. "Lo tau darimana?"

Sambil menyenderkan punggungnya, Rans memijit keningnya. "Orang suruhan gue bisa diandalkan."

Kaivan terkekeh pelan. Melihat wajah sahabatnya ini, setengah membuat dirinya ikut cemas tapi, juga membuatnya selalu ingin tertawa. Rans selalu menampilkan banyak ekspresi ketika bersangkutan dengan Faiha. Dan dia suka itu.

"Santai." kekeh Kaivan membuat Rans berdecak kesal.

"Kesana. Yang cepat!" titah Rans sambil menyerahkan ponsel yang sudah menampilkan titik lokasi dimana orang suruhannya memata-matai Fauzi.

"Siyap, Mas."

Kaivan terkekeh pelan. Sahabatnya ini memang benar-benar seenaknya sendiri.

Pikiran Rans kalut. Hanya satu ketakutan tapi, seribu pertanyaan. Jantungnya seperti ingin mencelos begitu saja saat siang tadi orang suruhannya mengirim foto Fauzi yang datang ke lokasi pernikahannya dengan Faiha.

Takut Faiha melihat pria itu. Takut Faiha merubah keputusannya. Dan takut Faiha pergi darinya lalu kembali pada Fauzi. Tentu dia tahu, Faiha dulu begitu mencintai pria bernama Fauzi itu. Sementara dirinya dulu sangat dibenci oleh Faiha.

Kaivan yang seperti menyadari situasi pun ikut terdiam menatap jalanan. Yogyakarta, kota yang asing baginya tapi, tetap saja matanya selalu berbinar dengan hal baru.

Dzikir Sendu Sang Perindu ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang