🌹🌹🌹
"Apa kabar dirinya?
Sudahkah bahagia?
Benarkah hancurku tidak sia-sia?"Why-2K22
🌹🌹🌹
"Siapa Faiha bagimu, Rans?"
"Orang yang ingin kujaga."
"Kenapa kau tak berdekatan dengannya? Bukankah, kau ingin menjaganya?"
Rans menatap lurus kedepan. Ia hembuskan napasnya dengan pelan. Sejenak hatinya berdenyut nyeri. Jujur saja, sekedar menjawab pertanyaan pertama yang terlontar dari mulut sang ayah saja sangat sakit, apalagi menjawab pertanyaan yang kedua.
"Apa aku harus menjawabnya?" Rans bertanya balik.
Bibir Agis tersungging miring. Menatap putranya yang tidak banyak berubah satu tahun terakhir. Semuanya seperti kembali seperti semula, sebelum pemuda di hadapannya ini menemukan seseorang yang dicarinya.
Ini liburan akhir tahun, wajar saja putranya mengambil hari itu untuk pulang ke Jakarta. Bukan apa, dia sangat merindukan Bundanya, dan tiba-tiba ingin saja lebih dekat dengan ayahnya.
"Tentu saja. Apa kau pikir pertanyaan ayah tidak penting?" balas Agis mantap juga tegas.
Rans melirik ayahnya sekilas. Wajah serius pria paruh baya itu cukup membuatnya benar-benar tidak bisa menjawabnya. Langit sore ini seperti tak membawa aura menenangkan sembari menghirup seduhan kopi hitam.
Rans termenung sejenak. Belakang rumah besarnya seperti tak ada udara.
Suasana taman kecil belakang rumah,yang sekitarnya lebih dipenuhi tanaman tak berbunga, di lengkapi tiga kursi kayu antik, kini hanya hening, kecuali suara gemercik air mancur kecil di sebelah kanan tempat dua pria itu berbincang dingin.
"Tidak tau apa jawaban benarnya. Tapi, aku hanya ingin bersamanya di satu tempat sunyi lalu berbicara banyak hal, tentang apa saja yang sudah kita lewati tanpa harus bertatapan." Rans terkekeh pelan.
Merasa bodoh sendiri dengan kalimat yang baru saja dia ucapkan. Bahkan ayahnya dibuat terdiam. Seperti menyetujui pemikiran Rans sendiri kalau dia memang bodoh, konyol, aneh.
Kembali hening.
Beberapa saat, hingga akhirnya Agis tersenyum tipis. Sangat tipis. Bahkan wajahnya yang terlihat suram masih begitu adanya. Alisnya yang hampir menyatu, matanya yang sipit namun panjang, juga bibirnya yang datar meski rambutnya mulai beruban.
"Kau hampir mencintainya dengan dewasa, Rans. Ayah menyukainya. Tapi, apa kau tau dengan pemikiran dan keinginan bodohmu itu bisa membuatmu benar-benar kehilangannya?" Tegas Agis bersuara.
Tegas pula Rans menatap ayahnya selepas kalimat itu usai. Ayahnya tidak tahu saja, satu tahun yang lalu dia sudah melepas gadis itu pergi, dan dia sudah memilih untuk mengambil resiko besar itu, kehilangan Faiha. Dan, sampai sekarang dia benar-benar tidak mendapat satu katapun dari gadis itu untuknya.
Apa Faiha tidak memanggilnya kembali?
Apa Faiha tak lagi memintanya untuk datang?
Apa Faiha telah melupakan segala sesuatunya?
Dan, ArRans hanya selalu berharap dalam kebisuannya ditengah gemerlap dunianya.
"Aku sudah mengambil resiko itu satu tahun lalu."
Agis menatap dua mata putranya yang begitu sama persis dengannya. Tegas, seperti tak ada sorot mata penuh ketakutan disana, hanya ada garis pemberani, dan Agis menyukainya. Tidak bagi Rans, karena baginya matanya ini begitu menyedihkan karena hanya bisa menatap jarak antara hidupnya dengan Faiha yang begitu jauh. Seperti berbenteng keputusan satu tahun lalu. Tidak tembus pandang. Tidak juga sedekat lautan dengan terumbu karang.
![](https://img.wattpad.com/cover/281646229-288-k525682.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dzikir Sendu Sang Perindu ✓
Fiksi RemajaJika cinta meninggalkanmu, biarlah cinta pula yang melepasnya pergi.🍁 _________@@@_________ 🌸Fauzi, menjadi seorang militer masuk di Tim pasukan khusus, membuatnya mempertaruhkan nyawanya di Medan perang. Berhadapan dengan musuh bersenjata, dan di...