#6. [Luka yang Terdalam]

16 8 0
                                    

Semua orang mungkin menyuruhmu untuk pergi,Tapi satu orang menginginkanmu untuk menetap meski jauh untuk dia tatap

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Semua orang mungkin menyuruhmu untuk pergi,
Tapi satu orang menginginkanmu untuk menetap meski jauh untuk dia tatap.

🌹🌹🌹

Hantaman keras menyentuh kasar tubuh atletis milik Fauzi. Sekujur tubuhnya penuh lebam, keringatnya tak kalah membanjir. Dua jam menjadi bahan dendam dan kemurkaan, Fauzi tetap teguh untuk tak mengucap sumpah serapah dari mulutnya pada mereka yang memang terlihat tak memiliki hati.

Dua tangannya di borgol, diikat di satu tiang, dan dengan begitu mereka leluasa menghajarnya habis-habisan. Tulang-tulangnya kembali terasa ngilu, Fauzi menundukan kepalanya, membuka mulutnya dan terbatuk pelan. Darah kental keluar dari mulutnya bersamaan dengan keringat yang semakin membasuh basah seluruh tubuhnya, terutama bagian atas tubuhnya, karena pakaian hitam tak lagi pria itu kenakan.

"Licik!" desis salah seorang bertampang preman dan begitu bringas.

Fauzi tak menghiraukannya, masih berusaha menetralkan napasnya yang mendadak terasa sesak. Matanya juga sesekali melirik arah jarum jam tiga, Yudhi duduk tak berdaya sambil menatapnya penuh rasa bersalah.

"Berani sekali kau ingin kabur dari sini, Chares?!" ucap pria dengan rantai kalung yang cukup mengkilap di ruang bawah tanah yang remang-remang.

"Kau bahkan hampir bunuh rekanku," Lanjutnya dengan wajah yang sangat dekat menatap wajah Fauzi yang penuh lebam.

"Baj***an." bisik pria itu lalu diiringi tawa nyaring.

Bugh

Satu hantaman kembali mengenai perut atletis Fauzi, membuatnya kembali batuk darah. Tenaganya telah terkuras habis.

"Dasar sialan!" teriak Yudhi.

Sontak Fauzi menatap sumber suara. "Lucifer!" gumamnya. Sepertinya kawannya telah mengeluarkan sifat pemarahnya sekali lagi. Lima orang itu tertawa, salah satu dari mereka berjalan mendekati Yudhi.

"Kenapa? Mau ngerasain juga?" kekeh pria bringas itu sambil menunjukkan kepalan tangannya.

"Cihh! Jijik!" balas Yudhi, dibalik jeruji besi yang masih mengurungnya.

Tubuh Yudhi memang tak berdaya, tapi, melihat kawan satu tim, satu misi, di hajar oleh orang asing yang rupanya bukan tujuan misi mereka pun tak terima. Manusia-manusia itu hanya mencari masalah, mencari musuh dan mencari kedudukan yang ingin diakui hebat oleh warga setempat yang faktanya dari negaranya sendiri.

Pria itu menjambak rambut Yudhi, dan dengan sekuat tenaga Yudhi menepisnya, menatapnya tajam dan meludah ke samping.

"Berani sekali menyentuhku, ha?!"teriak Yudhi menggema di ruang bawa tanah tersebut.

"Kenapa? Apa orang Indonesia begitu?"

"Kau juga orang Indonesia disini!" sinis Yudhi membantah.

"Sayangnya sekarang tidak, menjadi prajurit sangat tidak menguntungkan, disini bergabung dengan mereka, menjalankan bisnis lebih menghasilkan banyak uang, daripada harus beradu peluru." kekeh pria itu setengah berbisik.

Dzikir Sendu Sang Perindu ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang