"Mau bagaimana pun juga, hal yang sudah terjadi tidak akan pernah bisa dihilangkan. Cukup waktu yang menjadikannya masa lalu, dan yang menjadikan kita lupa dengan sendirinya."
🌹🌹🌹
"Ahay, yang mau nikah, repot amat neng!" seru Yusuf yang datang tiba-tiba.
Faiha yang tengah membantu menyiapkan peralatan yang akan digunakan tim nya untuk acara pernikahannya pun berhenti sejenak. Berkacak pinggang. Menghembuskan napas sebal. Yah, selepas Rans berangkat ke Jakarta lima hari lalu, Faiha kembali disibukan dengan pekerjaanya dan segala persiapan. Untung ada Ibu dan Bunda Tia yang membantunya.
"Betah banget ngomong gitu terus. Gak ada topik lain, Mas?" sarkas Faiha membuat Yusuf terbahak.
Sande yang baru saja melipat tripod pun ikut menggeleng sambil tertawa. Memang lucu sekali saat Faiha mengomel, wajah itu terlihat bulat menggembung, matanya yang sengaja dibuat semakin besar malah semakin membuat ngakak.
"Lo gak pantes marah-marah, cuek aja." sahut Asmi membuat Faiha mendengus kesal sambil berjalan menghentakkan kakinya menuju bagasi mobil sambil membawa satu tas kamera.
Yusuf terkekeh, menggeleng takjub. "Kayaknya Faiha udah balik deh." kekeh Yusuf membuat Sande dan Asmi langsung menatap Yusuf sekilas.
Tapi, tak bisa mereka pungkiri, memang kalimat Yusuf benar. Akhir-akhir ini Faiha seperti kembali menjadi dirinya yang dulu, sebelum adanya perpisahan dengan Fauzi, sebelum gadis itu kabur ke Jakarta, dan sebelum mendapat kabar meninggalnya Fauzi.
Sande mengangguk, sambil mengembangkan senyum. "Setidaknya ada Rans, meskipun aku juga masih suka sebel sama Rans yang seenaknya sendiri. Tapi, ya balik lagi, karena itu Faiha balik."
Asmi yang mengakui fakta itu pun ikut tersenyum, meski masih ada sayatan kecil di hatinya. Tak apa, ada waktu yang akan menyembuhkan lukanya, setidaknya Faiha bahagia, seperti yang ia ucapkan dulu. Diantara kita harus ada yang bahagia.
"Lo harus benar-benar ikhlas, Mi. Cari cewek lain, tapi jangan Sande." sahut Yusuf mengambil kesempatan sebelum Faiha kembali masuk studio.
Sande menegakan tubuhnya.
"Ya kenapa juga harus aku. Heh, Suf, hati itu gak bisa dipaksa, kalau Asmi mau cari yang lain juga pasti dia bakal cari, masa iya mau jomblo terus, ya kali. Cuman, dia butuh waktu aja, gak usah kasih petuah-petuah bijak, padahal kamu sendiri juga masih sendiri aja." omel Sande membuat Yusuf tertawa geli.Asmi yang mendengarnya pun ikut tertawa, entah selera marahnya sudah lama hilang kemana. Dia sendiri tidak menyadari kalau dia lebih sering diam, apa mungkin sadar semenjak ucapan Faiha padanya untuk jangan marah-marah atau sejak dirinya merasa begitu tertampar oleh kenyataan bahwa Faiha telah menganggapnya sahabat dan tidak mau kehilangan.
"Dia suka sama Lo, Nde. Makanya gak mau kalau Lo gue ambil." balas Asmi membuat Yusuf terbahak, tapi membuat mata Sande melotot.
"Mana ada, yang ada dia mau cakar-cakaran, suka ngejek gak jelas, ngomel-ngomel, ngatur-ngatur lagi."
"Wuishh, ngaca atuh mbak, dirimu itu bagaimana." sambar Yusuf membuat kilatan mata Sande semakin mengkilat.
"Perasaan cuma tempat kita yang ramai sama suara kalian, untung studio di tutup satu hari ini, kalau aja dibuka para pelanggan udah pada cari tempat lain." sindir Faiha yang berjalan mendekat.
Asmi tertawa menimpali. Benar juga. "Lo juga gitu kali."
Mata Faiha mengerjap pelan, melihat tatapan Sande dan Yusuf yang menatapnya ngeri menguatnya tertawa.
"Iya juga ya." ledak Faiha membuat Asmi semakin tak bisa menghentikan tawanya.
Entahlah, kembali melihat Faiha yang kembali, membuatnya tak bisa untuk sekedar melihat sekilas wajah menggemaskan itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/281646229-288-k525682.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dzikir Sendu Sang Perindu ✓
Teen FictionJika cinta meninggalkanmu, biarlah cinta pula yang melepasnya pergi.🍁 _________@@@_________ 🌸Fauzi, menjadi seorang militer masuk di Tim pasukan khusus, membuatnya mempertaruhkan nyawanya di Medan perang. Berhadapan dengan musuh bersenjata, dan di...