"Datang-pergi."
Apakah seperti itu letak kehidupan?
Sungguh, rasanya begitu menyakitkan.Why-22
🌹🌹🌹
"Rans?" nyaring suara perempuan cantik itu menggema saat Rans memasuki rumah besar ayahnya. Kening Rans mengerut, wajah cantik itu seperti tidak asing baginya tapi, dia siapa?
"Astaga, Rans, lo lupa?"gadis itu mendekat.
"Ya?"
Degg
Gadis itu spontan memeluk Rans dengan erat. Rans yang tak siap pun tak merespon apa-apa. Matanya mengerjap berkali-kali, dan clop, dia ingat.
"Rissa?" gumam Rans.
Gadis itu yang masih melekat ditubuh Rans pun langsung kegirangan. Bibirnya terangkat sempurna, giginya yang putih bersih tampak jelas seiring dengan kecantikannya yang memancar. Rambut panjang yang bergelombang. Bibir yang merah karena polesan tipis, kulit yang putih. Perfect, seperti menggambarkan fisik itu.
"Heemmm." suara deheman keras itu mengalihkan perhatian mereka.
Rissa segera melepas pelukannya, dan Rans berjalan mundur dua langkah sambil berdehem pelan.
"Rissa, kemari sayang, ikut Bunda masak buat makan malam nanti."
Rissa menatap Rans sekali lagi, tapi, karena tak mendapat respon apa-apa, bahkan mengangguk ataupun tersenyum padanya saja tidak, dia langsung kembali menatap Bunda.
"Siyap, bunda."
"Oh ya Rans, jadi ajak Kaivan?"
Rans mengangguk. "Masih di luar." singkat Rans menjawab.
"Ada lagi, Nda?" lanjut Rans.
Bunda tersenyum, lalu menggeleng. Melihat itu Rans langsung berjalan kearah kamarnya. Tanpa menunggu Kaivan, tanpa menanggapi Rissa yang sekian lama tak ia lihat batang hidungnya.
"Kok Rans berubah, Nda?" lesu Rissa bertanya.
Raut penuh semangat, binar-binar bahagia Dimata gadis itu seperti lenyap begitu saja. Padahal baru saja dia pulang studi di Beijing langsung kemari untuk menemui pria itu tapi, lihat sikapnya. Rissa tertunduk kecewa.
Bunda mengusap pucuk kepala Rissa. "Banyak hal yang terjadi, Rissa, di Beijing kamu juga pasti sama."
Ucapan Bunda memang benar tapi, bukan berarti Rans harus mendiamkannya, bukan?
"Tapi, kenapa Rans menjauh?"
Bunda yang paham betul tentu hanya tersenyum. "Dia kelelahan, seharian pergi dolan sama Kaivan." hangat Bunda menjawab.
Menatap sekali lagi arah pergi Rans, Rissa mengembuskan napasnya dengan pelan. "Baiklah."
Ikut meracik bahan-bahan dari kalimat Bunda, dibantu Bi Wati, Rissa turun tangan berkutat didapur. Banyak hal yang dia lakukan disana. Membantu meski banyak juga yang tidak dia mengerti. Ah, tangannya cantik, sepertinya memang terawat karena tidak melakukan apapun selain memegang pena.
"Rans udah punya pacar, Bunda?"
Bunda yang memang sejak tadi sibuk menanggapi pertanyaan Rissa pun sudah begitu siap saat Rissa bertanya seperti itu.
"Belum."
"Kenapa belum, dia tampan sekali sekarang, Dokter di rumah sakit besar lagi?" menggebu Rissa bertanya.
"Karena dia punya seseorang yang dia tunggu." setengah tersenyum Bunda menjawab.
Mendengar itu, senyum Rissa tiba-tiba mengembang. Wajahnya seperti kembali berseri.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dzikir Sendu Sang Perindu ✓
Ficção AdolescenteJika cinta meninggalkanmu, biarlah cinta pula yang melepasnya pergi.🍁 _________@@@_________ 🌸Fauzi, menjadi seorang militer masuk di Tim pasukan khusus, membuatnya mempertaruhkan nyawanya di Medan perang. Berhadapan dengan musuh bersenjata, dan di...