#16. [Desing Waktu Menyambutmu]

16 2 0
                                    

.

🌹🌹🌹

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌹🌹🌹

"Benar katanya, kebohongan memang membuat rasa manis di awal, tapi akan menimbulkan rasa pahit dan sakit saat menutupi kebohongan itu dengan kebohongan pula."

🌹🌹🌹

"Tavisha?" Rans tertawa terpercaya, yah tentu saja tidak percaya, bagaimana bisa perempuan yang terlihat begitu mencintai sahabatnya meski telah pergi itu menikahi pria lain yang Faiha duga adalah Fauzi. "Jangan asal bicara Faiha, bahkan dia mel-"

"Tavisha sahabat Fauzi, dan Satya juga satu tim pasukan dengan Fauzi bahkan mereka bersahabat, juga Fauzi orang terakhir yang menemani Satya saat gugur waktu bertugas di Papua." potong Faiha setengah berteriak.

Rans tertawa, menggeleng pelan, menatap wajah itu lagi, dan sekarang dia tahu, seberapa luka gadis di depannya ini.

"Kau pasti salah paham, jelas-jelas kau tau hubungan mereka hanya bersahabat, tapi kau berspekulasi begini." kekeh Rans kukuh tak percaya.

"Lihat! Bahkan sekarang Tavisha depresi karena kehilangan Satya tahun lalu."lanjut Rans tak habis pikir.

Faiha sontak menatap mata Rans, satu objek yang begitu ia hindari. Mata pria yang bukan mahramnya. Begitupun dengan Rans, menatap mata yang menatapnya dengan tatapan yang tak bisa dijelaskan.

"Omong kosong macam apa ini?" tawa Faiha terdengar hambar.

"Mataku sendiri yang melihat ulah mereka berdua setelah Satya tidak ada, tepat setelah Fauzi melamarku di depan keluarga ku. Ternyata mereka berdua begitu kejam kalau diingat-ingat kesalahan mereka." lanjut Faiha dengan nada yang perlahan melemah.

Rans mengkerutkan keningnya, bukankah Tavisha sendiri yang mengaku kalau bayi itu anak dari Satya, bagaimana bisa gadis dihadapannya ini malah berpikir demikian.

"Kau sendiri yang meminta saya untuk menjaga Tavisha yang melahirkan bayi Satya. Apa yang kejam dari mereka? Sepertinya kau sendiri yang paling merasa tersakiti, Faiha, lalu berusaha berbaik hati dengan wanita yang kau tuduh telah menjalin hubungan dengan suamimu." bantah Rans sedikit sarkas, toh maksud Rans, dia tidak ingin gadis ini menyimpulkan yang dia lihat sendiri.

"Saya melihat tatapan itu dari mata Tavisha kemarin saat mengakui kalau itu anaknya dengan Satya sebelum saya berangkat ke Semarang. Saya juga melihat mata bayi itu yang mewarisi warna hitam pekat milik Satya."

Faiha menggeleng, menyeka air matanya lalu kembali memutar tubuhnya sambil berkata.
"Kalau memang benar, Fauzi pasti menjelaskan semuanya, dia pasti tidak akan membiarkan aku pergi darinya setelah aku memutus hubunganku dengannya." ucap Faiha pelan, bahkan terdengar begitu lirih.

"Dan semuanya sudah terlambat." lanjut Faiha dengan suara serak.

"Bayi itu bersama denganku, kau pasti akan tidak Sudi kalau aku membawa dia menemui keluargamu."setengah berbisik pula Faiha kembali berkata.

Dzikir Sendu Sang Perindu ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang