Dia memang bukan cinta pertamaku. Tapi, akan ku pastikan, dia adalah cinta terakhirku.
_Faiha
🌹🌹🌹
Januari 2022
Menapak jejak di puncak tertinggi di Jawa, bermalam di tenda tepat berada di bibir Ranu Kumbolo, dan sepanjang ingatannya Faiha, langit berbintang tidak pernah seindah itu.
Berselimut bintang. Disamping ArRans. Tangan Faiha teracung kedepan. Menyaksikan jemarinya sendiri yang telah dilingkari benda cantik dari manusia di sampingnya lima hari lalu.
"Thanks, Rans."
Alis Rans terangkat sebelah. Kepalanya berputar. "Untuk?"
Faiha ikut menatap pria itu. Senyumnya merekah. Matanya begitu bersinar seolah menyaingi bintang diatas sana. Melihat itu Rans tak bisa menahan senyumnya. Manis.
"Untuk Rans yang gak pernah menyerah sedikit pun." balas Faiha sembari menahan senyumnya.
Rans tertawa. Dia usap wajah Faiha. Hanya terang api unggun, yang menerpa wajah cantik itu tetap tidak bisa menghalangi pandangannya untuk menyaksikan keindahan yang mengalahkan pemandangan sekitar.
"Apapun untuk Faiha." jawab Rans lembut lalu menarik tangan Faiha dan merengkuh tubuh itu dengan hangat.
"Saya mencintai kamu, dulu, sekarang, dan gak akan pernah tahu mau sampai kapan." bisik Rans tersenyum lebar.
Faiha yang masih tak terbiasa pun membisu. Jantungnya sangat tidak normal. Baru beberapa kali Rans menyentuhnya, memeluknya, dan menciumnya, dan itu membuat jantungnya benar-benar terasa tidak normal.
Hari itu, bukan lagi tentang petualang menapak gunung bersama impian juga sahabat tercinta. Tapi, menapak gunung bersama harapan yang dia damba, juga cinta yang dia rasa, Rans.
Bersamanya, Faiha merasa bahagianya telah utuh sempurna. Sejak pertemuan terakhir dengan pria itu empat bulan lalu di bandara, lima hari lalu dia resmi menjadi tulang rusuknya.
"Segalanya akan terasa lebih mudah sekarang." lanjut Rans berbisik.
Faiha setuju. Segala sesuatu akan mereka tanggung berdua. Apapun itu. Bersama Rans. Dalam rengkuhan itu, kehangatan tercipta. Cinta sejati mulai tumbuh. Dan hanya waktu yang akan menjadi saksi bagaimana kesungguhan cinta mereka bertahan.
"boleh aku membuka dua surat ini sekarang?" tanya Faiha sembari menunjukan dua amplop dari Fauzi yang ia daptkan bersamaan dengan berita dusta kematian pria itu dan dari Tavisha yang kata Asmi datang dari kurir dengan namanya di Jakarta.
"untuk Aih"
Hii.... maaf aku pergi. Segala cerita, segala permasalahan, segala rintangan, tolong terimalah dengan lapang. Aku tidak bisa untuk sekedar menjadi teman selagi kamu ada di bumi.
Segala hal yang terjadi, sebelum aku mengenalmu, aku terlalu lelah untuk menghadapinya. Satu tahun? Dua tahun? Lima tahun? Waktu-waktu itu terasa begitu berat. Aku yang harus berjuang dengan Ibuku menantang takdir. Melangkah perlahan meski ada jarum di hadapan.
Hingga akhirnya kamu datang. Kamu membuat segala langkahku terasa lebih ringan, lebih terarah, dan menyenangkan.
Terima kasih telah hadir, Aih. Aku bahagia mengenalmu. Segala waktuku terasa lebih lama sekarang. Dan karena surat ini sampai di tanganmu itu artinya waktuku yang lama itu telah habis.
Bicaralah pada semesta bahwa kamu merelakan kepergianku.
Selamat tinggal...
Dari Fauzi.
Faiha kembali melipat surat itu. Bibirnya tersungging tipis lalu kembali pudar saat membuka surat dari Tavisha.
"hati-hati, bisa jadi ada bom di dalamnya."kekeh Rans membuat Faiha tertawa sejenak.
"adakah bom setipis ini, heh?"
Assalamualaikum Faiha...
Jika surat ini benar-benar kamu baca, hanya kata maaf yang saya tuliskan di selembar kertas ini. Entah karena saya tidak mampu berkata panjang lebar atau karena saya malu pada keteranganku sendiri.
Segala hal upaya untuk aku bangkit sejak kehilangan Satya, pada akhirnya aku tidak bisa, aku tidak mampu, semuanya sia-sia. Maafkan segala kesalahan saya, Faiha.
Saya menuliskan surat ini dengan hati yang begitu hancur, pikiran yang berkecamuk dan jiwa yang ingin berhenti dari kegilaan dan kebutaan dalam menjalani takdir ini. saya menuliskan surat ini dengan derai air mata dan rasa bersalah. Saya titipkan putraku padamu , Faiha, lagi. Kalaupun nanti Fauzi membawanya pergi jauh darimu, tolong doakan putraku menjadi manusia kuat sepertimu. Kelak savish bisa saja hidupnya dipenuhi tangis yang tak kentara. Aku hanya tidak mau membuatnya teringat bahwa dia tidak punya siapa-siapa.
Tak ada ayah, tak ada Bunda selama dia tumbuh. Itu sangat menyakitkan Faiha. aku sendiri merasakan itu.
Saya mengakhiri hidup saya sendiri dengan sengaja. Maafkan aku. Terima aku sebagai kawan lamamu. Dan doakan aku.
Tavisha
Yang berharap menjadi kawanmu
Faiha menyeka ekor matanya. Sejenak ia ingat perlakuan Tavisha padanya, sejenak pula ia teringat akan senyuman dan tawa Savish yang menggema di pendengarannya.
Rans yang sejak tadi ikut mengamati isi surat itupun berangsur membawa Faiha ke dalam dekapannya. Mengusap kepala istrinya itu lalu mengecupnya pelan. "ini mungkin pilihannya."
"bagaimana dengan Savish nanti? Apa Fauzi masih di Kanada?"
Rans mengembuskan napasnya. "anak itu akan menjadi kuat nantinya. Tidak ada kabar mengenai Fauzi. Percayalah, pasti Savish akan dia jaga sebaik mungkin."
Ya, mereka tidak bisa melakukan apapun sekarang. Tapi, yang jelas untuk sekarang melangkah bersama adalah pilihan mereka. Apapun yang terjadi, bagaimanapun kelanjutan hidupnya, akan mereka lewati bersama.
Dengan tangan yang saling bertaut dan senyuman yang saling menyemburat penuh ketulusan. Dan untuk kali ini, biarkan mereka berbahagia. TAMAT.
🌹🌹🌹
KAMU SEDANG MEMBACA
Dzikir Sendu Sang Perindu ✓
Genç KurguJika cinta meninggalkanmu, biarlah cinta pula yang melepasnya pergi.🍁 _________@@@_________ 🌸Fauzi, menjadi seorang militer masuk di Tim pasukan khusus, membuatnya mempertaruhkan nyawanya di Medan perang. Berhadapan dengan musuh bersenjata, dan di...