#13. [A Man's Sadness]

16 3 0
                                    

🌹🌹🌹"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌹🌹🌹
"

Jiwa-jiwa tumbuh hanya ditemukan di jiwa yang mau tumbuh pula,
yang artinya mau mencoba diterpa badai,
dihantam batu juga di hadapi pesain yang bisa saja menghancurkannya."

@wahyuwidy22

🌹🌹🌹

🌀🌀🌀

_#_

Bismillahirrahmanirrahim

_#_

Happy Reading 🥰

🌀🌀🌀

"Pagi, Ha." sapa Asmi yang baru saja datang.

Langkah Faiha terhenti, mengangguk.
"Langsung siapin alatnya aja, aku mau beli sarapan."

Asmi hanya mengangguk, toh tanpa dia ingatkan dia sudah ingat. Faiha pun begitu, dia memilih langsung berjalan ke tempat favoritnya, dan yah pesan untuk ketiga sahabatnya juga.

Satu hari kemarin, Faiha benar-benar mengerjakan bagiannya, ngedit video part dua dan tiga, dan baru dia upload tadi pagi untuk yang part dua, dan mungkin untuk part tiga meski tinggal upload dia tetap akan menjeda satu hari.

"Bubur ayamnya empat ya, Mbak, seperti biasa yang satu dipisah." ucap Faiha ke tempat pedagang bubur ayam kesukaannya.

"Siyap atuh Mbak Faiha. Ini tumben belinya agak siangan, biasanya juga pagi."

Faiha terkekeh pelan.
"Iya, kesiangan."

"Ha, gue satu yak belum sarapan." teriak Yusuf dari pintu studio.

Faiha berdecak sebal, gak usah teriak-teriak kayanya udah dia belikan deh.

"Udah." jawab Faiha yang dijawab acungan jempol Yusuf.

"Kebiasaan ya mas Yusuf."

Faiha tertawa.
"Iya, dia emang suka gitu."

Mengabaikan ricuhnya orang-orang yang entah tengah berjalan-jalan saja, atau bekerja, Faiha segera masuk studio, membantu memasukan segala peralatan untuk project nya di Semarang nanti.

"Siap?"

"Kamera? Lighting? White Backdrop? Tripod?" tanya Faiha memastikan.

Sande mengacungkan kedua jempol nya.
"Beres semua. Tinggal cuss berangkat." tawa Sande membuat Yusuf berdecak.

Dzikir Sendu Sang Perindu ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang