BAB 44 : Confession

23.7K 1.3K 127
                                    

Malam ini aku update lebih cepat berhubung besok aku ada urusan karena mau balik ke Jakarta setelah puassss liburan di kampuang. Tinggalin komen yang banyak dong kalau mau aku rajin update, itung² nyemangatin aku gitu wkwk...

Dan berhubung beberapa BAB lagi menuju ending, aku mau tanya nih, jawab jujur ya! Wajib! Kalian mau HAPPY or SAD ENDING???

Dan berhubung beberapa BAB lagi menuju ending, aku mau tanya nih, jawab jujur ya! Wajib! Kalian mau HAPPY or SAD ENDING???

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

••• Happy Reading •••

Ditengah kekhawatirannya menunggu Dewangga yang tak kunjung memberikan kabar padanya perihal Arabella, Dewinta kedatangan tamu tak di undang yang tak lain adalah putra tunggalnya, Ayah kandung Dewangga. Ia datang jauh-jauh dari Amsterdam untuk menemui Arabella, cucu satu-satunya yang ia miliki. Ia ingin sekali bertemu Arabella secara langsung kemudian memeluknya. Namun saat mengetahui kabar bahwa Arabella di culik, ia turut sedih dan khawatir.

Dewinta bahkan memarahi putranya karena sudah nekat terbang ke Jakarta di saat putranya itu tengah mendapatkan perawatan akibat penyakit kronis yang di deritanya. Namun putranya seolah tak peduli dengan kemarahan sang ibu padanya.

"Ma, aku masih bisa melakukan pengobatan di Jakarta," sanggahnya membela diri.

"Tapi pengobatan di sana jauh lebih baik," balas Dewinta tak suka dengan kekeraskepalaan putranya.

"Tidak ada yang lebih baik jika harus jauh dari Mama dan... Dewangga," akunya lirih.

Dewinta tersenyum miris. Putranya itu terlalu berbelit-belit sekali dan tidak langsung to the point mengatakan tujuan utamanya kembali ke Jakarta. Sejak dulu mereka memang sudah terbiasa berjauhan.

"Kamu merindukan Dewangga karena itu kamu ke Jakarta? Benar?"

Pria itu mengendikkan bahunya. Apa ia pantas merindukan putranya yang membencinya?

"Selagi Dewangga berada di Jakarta karena itu kamu ke sini, benar begitu?" tebak Dewinta tepat sasaran.

"Ku rasa aku merindukan segala hal yang ada di sini yang selama ini aku tinggalkan," balasnya.

"Termasuk Angel? Atau Alea?" tanya Dewinta penuh selidik.

Pria itu tersenyum miris. "Ma, Angel cuma masa lalu."

"Lalu Alea?"

Pria itu tak bisa berkata-kata perihal Alea yang kini sudah bahagia bersama Dante, suaminya. Bahkan mereka sudah dikaruniai 2 orang putri cantik dan salah satunya adalah Cherry, wanita yang Dewangga sukai. Ya, ia tahu informasi akurat ini dari Dewinta sendiri.

"Kamu meminta Mama mengawasi Alea, menjaga Alea, dekat dengan Alea di saat Alea sudah menjadi seorang Ibu untuk kedua putrinya. Sementara kamu? Jadi Ayah untuk Dewangga saja tidak becus," cibir Dewinta. Untung saja Alea lupa pada wajahnya padahal dulu mereka pernah beberapa kali bertemu saat Alea menjalin kasih dengan putranya. Dan untuk menutupi semuanya dari Alea, Dewinta menggunakan marga Maxwell, marga dari Papanya, bukan Leander.

I MEET THE DEVIL [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang